Masyarakat dan tim tenaga medis Indonesia saat ini masih berperang melawan Covid-19. Jika dilihat pada akhir Mei saja, angka persebaran wabah di Indonesia masih terus mengalami kenaikan yang signifikan yaitu kasus positif mencapai 26.473 orang, angka ini tentu saja mengkhawatirkan baik dari pihak masyarakat maupun tim medis, mengapa demikian? Karena tim medis saat ini sangat kewalahan dan stres dalam menangani pasien yang semakin hari semakin bertambah, rasa kewalahan ini diungkapkan dengan adanya #IndonesiaTerserah. Aksi tagar Indonesia terserah kali ini dibarengi dengan rasa kesal tim medis karena hak insentif yang dijanjikan oleh pemerintah masih belum diberikan kepada mereka.
“Sejumlah tenaga medis di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet kemayoran belum mendapatkan insentif keuangan dijanjikan oleh pemerintah. Seperti diketahui, pemerintah memberikan insentif sebesar Rp. 5-15 juta untuk dokter dan para tenaga medis yang terlibat dalam penanganan Covid-19” (merdeka.com 25/05/2020). Alih-alih mendapatkan insentif sebesar Rp. 5-15 juta, kini banyak tim medis yang gugur sebelum hak mereka yang telah dijanjikan oleh pemerintah tertunaikan. Seharusnya tim garda terdepan atau tim medis mendapatkan haknya, baik proteksi finansial maupun proteksi keamanan untuk diri mereka.
Apabila keadaan ini terus berlanjut tentu menjadi polemik di tengah masyarakat. Jika tim medis jumlahnya terus berkurang dan menyerah dalam menangani wabah ini, maka tidak bisa dihindari korban covid-19 akan semakin melonjak pesat. Apalagi, masyarakat sudah bosan dan enggan untuk mematuhi peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Contohnya ketika memasuki bulan lebaran ini masih banyak masyarakat yang keluar rumah untuk pergi ke mall atau pasar untuk berbelanja mencari baju baru dll. Selain itu, kondisi masyarakat yang wajib mencari nafkah menjadikan mereka harus bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak ditanggung oleh pemerintah. Bantuan sembako atau BLT dari pemerintah pun tak cukup menghidupi seluruh anggota keluarga, bahkan banyak bantuan yang tidak tepat sasaran, dikarenakan bantuan tersebut tidak menyasar seluruh lapisan masyarakat.
Dari semakin banyaknya jumlah positif covid-19, tidak patuhnya masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah, maupun rasa kewalahannya tim tenaga medis, ini membuktikan bahwa sistem penanganan wabah saat ini kurang efektif bahkan tidak memiliki titik terang. Keadaan kalut ini pun sangat berbanding terbalik dengan sistem pemerintahan Islam baik yang dipimpin Rasulullah, para sahabat, tabiin dan masa-masa keemasan Islam lainnya, dimana saat terjadi wabah penyakit, pemerintah secara tepat dan cepat mencari solusi untuk menghentikan wabah tersebut. Pemerintah pada masa Islam tidak ragu-ragu mengeluarkan dana besar dan memberikan bantuan secara menyeluruh kepada masyarakat yang membutuhkan, serta memberikan perlindungan untuk para tim medis agar menangani wabah secara baik.
Sistem pemerintah Islam berhasil mencegah merebaknya wabah. Sehingga wabah saat itu tidak sampai menjadi pandemi. Wabah hanya terpusat di satu wilayah saja dan tidak menyebar ke wilayah lainnya seperti saat ini. Selain itu, pemerintah Islam juga menjamin seluruh kebutuhan masyarakat maupun tim medis serta memberikan proteksi finansial dan proteksi keamanan. Negara dengan sistem Islam pun memiliki paradigma bahwa menjaga nyawa rakyat adalah hal yang utama. Karena sejatinya fungsi negara sebagai perisai bagi masyarakat. Peran negara sesungguhnya adalah untuk melindungi jiwa, melindungi keamanan, melindungi negara, memelihara akal, melindungi kehormatan, serta melindungi agama.
Waallahua’lam.
Oleh: Dewi Rohmah (Aktivis Muslimah)