Kebijakan Sekolah Dibuka Pada Zona Hijau, Tepatkah?

Nelly, M. Pd

Memasuki masa new normal, muncul kekhawatiran yang dirasakan para orangtua terkait kegiatan sekolah. Yakni, bagaimana keamanan terkait kesehatan anak-anak mereka nantinya.

Mengingat Indonesia masih mewabah virus corona hingga saat ini, yang jumlah positif dan meninggal dunia terus meningkat hingga Juni ini.

Iklan Pemkot Baubau

Seperti yang disampaikan Kemendikbud bahwa tahun ajaran baru 2020/2021 akan segera dimulai sesuai dengan jadwal yang telah tetapkan seperti tahun sebelumnya yaitu minggu atau pekan ketiga Juli 2020.

Terkait hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan, hanya sekolah di zona hijau yang dapat kembali membuka pengajaran secara tatap muka di tengah pandemi virus corona (covid-19). (Tribunnews.com, 5/6/2020)

Artinya sekolah tersebut dapat kembali buka untuk menerapkan kegiatan belajar mengajar. Menurut Kemendikbud pada tahun ajaran baru 2020-2021 metode pembelajaran jarak jauh atau daring masih akan berlaku di daerah berstatus zona merah dan zona kuning terkait paparan covid-19, (bisnis.com, 28/5/2020).

Sedangkan daerah berstatus zona hijau diizinkan melakukan pembelajaran secara tatap muka. Namun, semuanya diserahkan kepada masing-masing daerah, apakah akan menerapkan pembelajaran tatap muka atau tidak. Zona merah dan zona kuning masih menerapkan pembelajaran online.

Untuk pembukaan sekolah dan pembelajaran tatap muka di daerah yang berstatus zona hijau, nanti itu yang akan menentukan adalah gugus tugas” ujar Plt.

Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Hamid Muhammad melalui video konferensi, Kamis (28/5/2020).
Inilah yang terjadi, sungguh miris negeri ini seakan kebingungan dan gamang menghadapi wabah.

Akhirnya kebijakan plin-plan, mencla-mencle dan berubah-ubah dan ini justru menjadikan rakyat sebagai korban. Apalagi jika kebijakan sekolah tetap akan dibuka di tengah pandemi, anak-anak para penerus generasi dipertaruhkan keselamatannya.

Adanya wabah virus corona ini memang sangat berdampak terhadap kondisi sosial, ekonomi, pendidikan dan perpolitikan negeri ini. Namun yang paling memprihatinkan bagaimana para punggawa negeri yang gagap saat wabah ini melanda negeri dalam mengambil kebijakan.

Lihat saja sudah berapa lama pandemi menyebar ke seantero negeri, namun belum nampak juga akan segera berakhir.
Apalagi kebijakan terbaru dengan mengambil langkah new normal dan akan membuka sekolah kembali sangat mengkhawatirkan.

Apalagi tidak ada ketegasan dan arahan yang tepat, walaupun menurut Kemendikbud, kebijakan ini dirinci dengan persyaratan mengikuti protocol kesehatan dan social distancing. Ini justru membuat stakeholder pendidikan bingung dan ragu apa langkah yang semestinya diambil menyikapi kebijakan tersebut.

Adanya sikap seperti ini menegaskan bahwa pemerintah tidak punya arah yang jelas tentang target pembelajaran sekolah juga tidak ada integrasi kebijakan dengan new normal life yg dijalankan, sehingga kesulitan menetapkan secara tegas apakah perlu tetap belajar dari rumah atau kembali bersekolah bertatap muka.

Seperti inilah tatakelola negeri dalam sistem kapitalis sekuler, belum kelar dan tuntas masalah yang satu, muncul lagi masalah yang baru. Para pemimpin negeri kapitalis hanya semata mengambil kebijakan untuk kepentingan materi dan ekonomi saja.

Tanpa memperhatikan aspek serta dampak dari kebijakan terhadap keselamatan rakyat.
Harusnya negara tidak buru-buru dan secepat ini menerapkan new normal dan pembukaan sekolah meskipun ada yang zona hijau dan zona merah.

Tetap saja tidak akan efektif pembelajaran seperti itu dan resiko akan terjadi wabah penularan baru mungkin saja akan mengulang yang kedua kali.
Negara mestinya serius memikirkan terlebih dahulu dan mengambil langkah cepat untuk segera menuntaskan masalah wabah ini. Cari alternatif kebijakan yang bisa menghentikan virus menyebar dan menghentikan jumlah korban tertular dan meninggal dunia.

Andai saja para pemimpin ini memiliki jiwa negarawan dan sesuper hero para pemimpin Islam dahulu masalah pandemi tentu tidak akan selama ini dan sebanyak ini korbannya.
Namun kebijakan sistem kapitalis di bawah AS justru menjadikan kehancuran bagi bangsa-bangsa yang mengadopsi sistem rusak ini. Alih-alih menghentikan wabah, yang ada malah kebijakan yang tak masuk akar dan terkesan dipaksakan yang menambah permasalahan semakin rumit.

Semua fakta ini sudah jelas menampakkan kegagalan sistem kapitalis dalam memberi solusi bagi masalah kehidupan termasuk masalah pandemi.
Sangat berbeda dengan tatananan kehidupan dalam sistem Islam, hal ini sudah di contohkan Rasul Saw. dan para khalifah setelah beliau dalam menghentikan wabah pandemi dan masalah negara.

Keshalihan pemimpin kunci nomor satu kepemimpinan dengannya maka dia akan mengurus rakyat sepenuh hati, bertanggungjawab, amanah dan sangat serius.
Dengan sistem Islam permasalahan akan dapat dituntaskan karena aturannya berasal dari yang maha benar Allah SWT.

Pemimpin dalam Islam akan mengerahkan semua kemampuannya dan tegas dalam mengambil kebijakan semua untuk kemaslahatan umat dan negeri. Negara akan memaksimalkan peran dalam menghentikan wabah tidak gagap apalagi plin-plan.

Dalam negara Islam pemimpin akan mengambil kebijakan tidak melihat kepentingan yang lain, namun kepentingan rakyatlah yang dinomor satukan. Khusus untuk masalah sekolah, jelas negara tidak akan mengambil langkah coba-coba yang akan menjadikan anak generasi terancam keselamatannya.

Lockdown adalah langkah awal menindak agar pandemi tidak menyebar, namun semua kebutuhan rakyat akan ditanggung oleh negara. Karena memang negara dalam Islam telah menyiapkan segala keuangan di Baitul Mal.

Sedangkan rumah sakit, para medis, dan peralatan kesehatan sudah terpenuhi walaupun tidak ada pandemi. Inilah salah satu kehebatan negeri yang menerapkan sistem Islam.

Khusus untuk pandemi negara hanya akan fokus terlebih dahulu dalam menangani wabah hingga bisa berakhir dan negara telah terbebas. Setelah dinyatakan negara telah bersih dari wabah, baru segala aktivitas diberlakukan kembali.

Termasuk kegiatan muamalah, pendidikan, sosial masyarakat dan kegiatan kemasyarakatan.
Inilah gambaran penerapan sistem Islam dalam bernegara, sangat jauh jika dibandingkan dengan sistem saat ini yang diterapkan di negeri tercinta ini.

Semua berpangkal pada sistem yang benar yaitu Islam yang akan melahirkan kepemimpinan seheroik para khalifah Islam sepanjang sejarah peradaban Islam dalam mengelola negara.

Maka sudah waktunya mengambil sistem Islam untuk diterapkan dalam kehidupan bernegara untuk menyelesaikan problem kehidupan dan mengakhiri pandemi corona ini. Keberkahan dan kesejahteraan akan dirasakan baik muslim maupun nonmuslim.
Wallahua’lam.

Oleh : Nelly, M. Pd