Dilema Kesehatan dan Ekonomi Bagi Pedagang Saat Pandemi COVID-19

IMG 20200618 093007
Vidalia Siti Novrianti

Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah hampir beberapa bulan mewabah di Negeri ini, persoalan mulai muncul dari berbagai sisi. Berbagai kebijakan sudah diterapkan oleh pemerintah Indonesia, dimulai dari PSBB dan saat ini mulai diberlakukannya “New Normal” di beberapa Provinsi di Indonesia dengan memenuhi kriteria dan syarat khusus dari Pemerintah. Dilema kesehatan, antara Ekonomi dan pemberlakuan protokol kesehatan yang wajib dilakukan kepada masyarakat juga menyisakan permasalahan yang sulit.

Efek Covid-19 terdampak pada perekonomian yang mulai jatuh terlihat menurunnya omzet daya beli masyarakat, terutama kepada pedagang. Dapat terlihat, contohnya PSBB di Jawa Barat banyak dilanggar oleh Pedagang dan pejalan kaki yang enggan menggunakan masker. Mereka mengenakan masker jika diminta oleh petugas. Sebagian lagi sudah ada yang menerapkan protokol kesehatan dengan menyiapkan tempat mencuci tangan, tapi ini hanya sebagian dilakukan oleh pedagang.

Dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKPPI), mencatat sebanyak 529 pedagang positiv corona di Indonesia, sebanyak 29 lainnya meninggal dunia. Dan dari Ketua Bidang keanggotaan DPP IKAPP, Dimas Hermadiyansyah mengatakan bahwa terdapat 13.450 pasar tradisional yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Sebanyak 12,3 juta orang tercatat menjadi pedagang di pasar tersebut. (dikutip dari okenews.com, sabtu 13 juni 2020).

Dengan melihat angka kasus yang ada di pedagang maka pemerintah mulai melakukan kebijakan untuk melakukan Rapid test kepada mereka agar mampu medeteksi awal pedagang yang terpapar Covid-19. Yang terjadi pedagang banyak menolak bahkan mereka mengusir petugas kesehatan yang mendatangi mereka. Hal ini terlihat pada berita ratusan pedagang dan pengunjung pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengusir petugas COVID-19 yang akan memerika pedagang (dikutip dari kumparannews.com, rabu, 10 Juni 2020).

Edukasi kesehatan di Pasar dalam mencegah Covid-19
Penanganan masalah pandemi Covid-19 di Pasar berbeda dengan tempat yang lain, harus ada edukasi khusus untuk menangani hal ini. Pasar memiliki karakter masyarakat yang berbeda karena aktivitas di pasar tidak hanya melibatkan barang dan uang, tetapi juga manusia dan manusia. Selain ada penjual, pembeli di pasar juga ada barang dan uang.

Sehingga edukasi untuk memahamkan masyarakat di pasar sangat berbeda jauh dengan instansi yang lain. Pemerintah harus melakukan pendekatan yang benar, agar protokol kesehatan mampu dilaksanakan disana, bahkan penanganan pencegahan Covid-19 berhasil diterapkan di Pasar. Pakar kesehatan Hermawan menjelaskan, bahwa untuk melakukan test sebaiknya tidak dilakukan di Pasar tetapi dilakukan dirumah mereka, alasan ini juga memperkuat agar petugas kesehatan mampu mendata dengan pasti untuk memperkecil penyebaran Covid-19 di tengah-tengah keramaian pasar.
Sehingga jika dilakukan Rapid test di pasar dengan mendatangkan ambulans maka resistensi penolakan dari pedagang akan terjadi.

Edukasi kesehatan adalah salah satu kebijakan tegas yang harus diterapkan oleh pemerintah. Dan dalam hal dunia keilmuwan kesehatan masyarakat. Edukasi untuk memahamkan terhadap wabah penyakit menular adalah salah satu usaha yang mampu memutus rantai penyebaran penyakit menular, terutama pada masa Pandemi saat ini. Dalam hal ini, promosi kesehatan melalui edukasi akan mampu menjadikan gaya hidup mereka sehat secara optimal. Kesehatan optimal disini di definisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Jika dilihat siapa saja yang menjadi sasaran promosi kesehatan yaitu pasien, individu yang sehat, keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Adapun konsep dasar dari promosi kesehatan diharapkan masyarakat mampu mengubah perilaku hidup dari yang tidak sehat menjadi sehat.

Masa Pandemi Covid-19 ini dengan melihat sudah adanya penolakan dari pedagang untuk dilakukannya Rapid Test ini membuktikan bahwa mereka belum sepenuhnya paham terhadap kondisi yang terjadi, bahaya nya dari Wabah yang sudah menjadi persoalan di dunia. Sehingga pemerintah dan pihak dinas terkait harus memikirkan cara yang mampu membuat masyrakat sadar akan pemutusan rantai penyakit menular ini. Karena keberhasilan untuk memutuskan rantai wabah juga merupakan salah satunya keberhasilan dalam melakukan edukasi dan promosi kesehatan ke tengah-tengah masyarakat khususnya dalam tulisan ini adalah lingkungan pasar. Yang dipahami masyarakat bahwa mereka di pasar hanya sekedar melakukan jual beli, ini harus dipahamkan dengan detail dan rinci bahwa pasar adalah komunitas berkerumunan banyak orang yang menjadi penularan terbanyak dari Pandemi ini.

Selain memahamkan tentang bahaya dari Wabah, Masyarakat juga harus dipahamkan perannya sebagai rakyat untuk harus patuh terhadap protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.

Dilema antara ekonomi dan kesehatan
Wabah Pandemi covid-19 mau tidak mau harus memiliki solusi terbaik di dalam semua sisi. Termasuk dari sisi ekonomi dan kesehatan. Disisi hati kecil pedagang yakin mereka takut dengan Virus yang sudah memakan jutaan rakyat di Dunia, disisi lain mereka harus mencari untuk menafkahi kebutuhan yang ada di dalam kehidupan mereka. Menjadi persoalan yang pelik, antara ekonomi dan kesehatan.

Kebijakan pemerintah seperti “ New Normal “ pun ternyata menyumbangkan hasil angka tinggi kasus Covid-19 per hari. Sehingga harus ada kebijakan terbaik untuk mengatasi permasalahan ini. Sejatinya kesehatan dan keselamatan rakyat juga harus menjadi prioritas, bukan alih untuk membuka ekonomi angka kesakitan akhirnya melonjak tinggi dan bisa dibayangkan jika angka selalu melonjak tinggi, maka pemutusan rantai terhadap Covid-19 akan sulit di lakukan. Mengingat pasar adalah tempat berkerumun yang paling banyak, pemerintah harus melakukan kebijakan tegas terhadap hal ini. Penetapan protokol kesehatan yang tegas dan pemahaman edukasi betapa Covid-19 bukanlah virus biasa ini juga harus dipahamkan ke benak masyarakat pasar.

Pemberian Jaminan pemenuhan kebutuhan rakyat

Melihat dilema antara ekonomi dan kesehatan kemudian kembali berfikir tentang Wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia membuat kita paham bahwa negara adalah pihak utama yang bertanggung-jawab untuk mengurusi permasalahan ini.

Kerja sama dari rakyat untuk memutus rantai penyebaran juga menjadi tugas kita bersama. Melirik tulisan ini terkait pasar adalah komunitas yang mau tidak mau terjadi kerumunan masal maka solusi terbaik dari hal ini adalah Negara khususnya pemerintah harus mampu memenuhi kebutuhannya. Sehebat apapun protokol kesehatan, jika berkemunun menjadi pintu masuk menyebarnya wabah penyakit. Maka pintu itu harus ditutup.

Karena nyawa keselamatan rakyat harus menjadi prioritas. Alih ekonomi harus berjalan membuktikan pemerintah kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Ekonomi kembali dibuka, toko, mal, pariwisata ini membuktikan bahwa pemerintah kesulitan untuk mengatasi permasalahan ekonomi di negeri nya. Bisa terlihat sampai hari ini angka semakin melonjak tinggi setiap harinya membuktikan alih membuka pintu ekonomi menjadi memoar buruk bagi rakyat.

Pemberian jaminan kebutuhan sejatinya memang ada pada sistem yang sempurna. Sistem saat ini belum memadai bahkan sudah gagal menjamin semua aspek yang dibutuhkan oleh rakyat. Terjebak antara dilema ekonomi dan kesehatan, rakyatpun harus berperang menghadapi virus yang bertebaran diluar. Islam memiliki solusi gemilang di dalam mengatasi wabah penyakit menular. Dan sudah dialami pada masa terdahulu, ini seharusnya menjadi tauladan bagi kita bahwa Allah sudah menurunkan solusi terbaik.

Negara harus memiliki peran Riayah dan Junnah, yaitu mampu mengurusi dan menjadi pelindung rakyatnya. Ini juga ada di dalam konsep sistem pemerintahan islam, sehingga dilema antara ekonomi dan kesehatan tidak terjadi di tengah-tengah wabah saat ini. Wallahu a’lam..

Oleh : Fidalia Siti Novrianty, S.KM
(Praktisi Kesehatan, Aktivis, dan pemerhati Publik)