Bila Aswadi-Fahrul Gagal Dapat Golkar, Apa yang Terjadi?

HASRUDDIN JAYA

Dinamika sosial politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada 9 Desember mendatang di Kabupaten Buton Utara (Butur) sudah mulai memanas. Masing-masing pihak sudah mulai pasang ancang-ancang tempur, dan sudah saling balas pantun.

Baru-baru ini publik disuguhkan dengan dua pernyataan saling sindir antara Bupati Butur, Abu Hasan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Abdul Salam Sahadia anggota DPRD Sultra asal Butur terkait infrastruktur jalas provinsi yang ada di Butur.

Suguhan hangat itu berlanjut dengan kabar arah dukungan Partai Golkar yang belum terkunci sepenuhnya oleh pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Butur, Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad.

Pernyataan berbeda antara Dewan Pengurus Daerah (DPD) II Butur dan DPD I Sultra serta yang terbaru pernyataan Ketua DPD I Golkar Sultra, Hery Asiku tertanggal 20 Juni di Kendaripos.co.id terkait rekomendasi Golkar merujuk hasil survei dan pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Wilayah Kepulauan DPD I Golkar Sultra, Imam Al Ghozaly tertanggal 20 Juni di Lintassultra.com sebagai bentuk komfirmasi dari pernyataan Ketua DPD I Golkar Sultra yang poin pentingnya Golkar masih mengutamakan hasil survei tertinggi.

Dari dua pernyataan petinggi DPD I Golkar Sultra di atas menandakan bahwa untuk arah dukungan Golkar di Pilkada Butur masih belum dikunci oleh pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati, Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad seperti pernyataan Plt Ketua dan Sekretaris DPD II Golkar Butur beberapa waktu lalu.

Partai Golkar masih akan merujuk dan mengutamakan hasil survei. Efektifnya di minggu ke tiga atau ke empat Agustus Golkar akan memutuskan arah dukungannya. Masing-masing bakal calon masih punya waktu untuk meningkatkan elektabilitas di bulan Juli ini. Secara otomatis masih dimungkinkan Partai Golkar akan mengusung bakal calon Bupati dan Wakil Bupati yang lain di Pilkada Butur. (Baca pernyataan ketua DPD I dan Ketua Bappilu DPD I Golkar Sultra).

Sebut saja pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati, Ridwan Zakariah – Ahali yang akhir-akhir ini dikabarkan terus membangun komunikasi politik dengan DPD II Butur, DPD I Sultra dan DPP Partai Golkar. Selain itu, dibeberapa pertemuan tatap muka Ridwan Zakariah selalu menyebut Insya Allah akan lagi partai yang bergabung. Namun ia belum menyebut secara pasti. Mungkinkah partai tersebut adalah Golkar?

Secara elektabilitas (tingkat keterpilihan) tentu Ridwan Zakariah – Ahali lebih diunggulkan dibanding Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad. Ridwan Zakariah adalah Bupati Butur Periode 2010-2015. Basis fanatik dan simpatisan pemilihnya sudah terbentuk. Ditambah lagi dengan bergabungnya para pejuang pemenangan ABR pada Pilkada 2015 lalu seperti Salam Sahadi, Muliadin Salenda, Jumsir Lambau, Harwis Hari, Nasri, Labia, Darmawan dan beberapa tokoh masyarakat lainnya. Disisi lain pasangan wakilnya mewakili wilayah daerah pemilihan satu Butur (Bonegunu, Kambowa dan Kulisusu Barat). Ini menandakan bahwa pasangan ini lebih siap.

Sedangkan Muhammad Aswadi Adam oleh sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai anak kemarin sore yang namanya mecuat setelah mendatangkan Artis Ibukota, Fildan Rahayu dan beberapa gerakan sosial lainnya. Basis fanatik dan simpatisannya tentu belum terbentuk secara masif. Disisi lain pasangan wakilnya tidak memperlihatkan keterwakilan wilayah, Muhammad Aswadi Adam dan Fahrul Muhammad adalah sama-sama dari Kulisusu. Untuk dukungan tokoh Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad terbilang masih minim bila dibandingkan dengan Ridwan Zakariah-Ahali.

Selain survei, dari sini kita bisa melihat bahwa tingkat keterpilihan dan penerimaan Ridwan Zakariah – Ahali lebih tinggi dari Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad. Sehingga bila Partai Golkar masih konsisten dan mengutamakan hasil survei maka pasangan bakal calon Ridwan Zakariah – Ahali masih berpeluang untuk dapatkan Golkar. Lebih-lebih Golkar belum terkunci oleh pasangan bakal calon Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad.

Lalu apa yang terjadi bila pasangan bakal calon Aswadi-Fahrul gagal dapat Golkar?

Pertama, Harus Ada Yang Tanggung Jawab

Bila Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad gagal mendapatkan Golkar maka perlu ada oknum yang bertanggungjawab dalam tubuh DPD II Golkar Butur perihal gagalnya Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad mendapatkan Partai Golkar di Pilkada Butur.

Tentunya dari gerakan Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad selama ini bersama Partai Golkar diduga kuat ada oknum yang dengan berani menggaransi Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad untuk mendapatkan Golkar.

Maka bila Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad tidak mendapatkan Partai Golkar untuk bertarung di Pilkada Butur, oknum tersebut perlu bertanggungjawab.

Kedua, PKB Harus Dipertahankan

Agar Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad bisa kembali dalam bursa Pilkada 9 Desember maka Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad harus betul betul kerja ekstra untuk mempertahankan PKB, yang juga menjadi incaran petahana, Abu Hasan hari ini.

Dalam lobi atau komunikasi politik tingkat elit, kapasitas dan kapabilitas Abu Hasan tidak perlu diragukan lagi. Terbukti pada 2019 lalu Abu Hasan berhasil merebut Ketua DPD PDI Perjuangan Sultra secara aklamasi. Padahal nama beliau tidak pernah disebut-sebut oleh publik saat itu.

Abu Hasan adalah bagian dari 34 orang ketua DPD PDI Perjuangan di provinsi. Tentu komunikasi politik dapat dibangun dengan leluasa oleh Abu Hasan, baik ditingkat provinsi maupun pusat.

Komunikasi politik yang dimaksud tersebut adalah bisa d lakukan Abu Hasan to Sekjen DPP PDI Perjuangan. Lalu Sekjen PDI Perjuangan to Sekjen PKB. Atau Abu Hasan to Sekjen to Ketua Umum DPP PDI Perjuangan dan DPP PKB dan komunikasi politik lainya yang bisa memuluskan langkah Abu Hasan mendapatkan PKB. Untuk diketahui, PDI Perjuangan dan PKB adalah bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin saat ini. Sehingga ruang untuk membincarakan itu cukup terbuka.

Selain itu, Abu Hasan juga tercatat sebagai tokoh Nahdatul Ulama (NU) di Sultra. Yang tentu sangat sejalan dengan syarat dan semangat PKB.

Terlepas dari tokoh NU, Abu Hasan adalah jebolan HMI dan KAHMI yang menurut catatan panjang sejarah PDI Perjuangan terbilang jarang ada kader partainya dari NU, HMI, dan KAHMI. Maka tidak mengherankan bila Abu Hasan begitu spesial dimata PDI Perjuangan.

Bila Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad lengah tentu PKB tidak menutup kemungkinan dapat diambil oleh Abu Hasan. Secara prasyarat dan bangunan komunikasi politik, Abu Hasan lebih diunggulkan dibanding Muhammad Aswadi-Fahrul Muhammad.

Jika PKB ikut lepas, maka Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad dapat dipastikan tidak akan mendapat tiket untuk masuk kedalam gelanggang pertarungan Pilkada Butur.

Ketiga, Pertarungan Head To Head

Bila Muhammad Aswadi Adam-Fahrul Muhammad gagal mendapatkan Partai Golkar dan PKB maka peluang pertarungan Ridwan Zakariah dan Abu Hasan akan kembali tersaji. Pertarungan ini mirip-mirip El Calisico (Barcelona vs Real Madrid) di Liga Spanyol yang selalu ditunggu-tunggu publik penggemar sepak bola.

Tentunya bila head to head terjadi, peran calon wakil diantara Ridwan Zakariah dan Abu Hasan akan sangat menentukan hasil dari pertarungan akhir tahun kali ini.

Ahali dan Suhuzu adalah putra daerah Kecamatan Kambowa yang merupakan bagian dari daerah pemilihan satu Butur pada Pilcaleg 2019 lalu. Keduanya berasal dari Desa Mata.

Ahali bakal calon wakil Ridwan Zakariah berasal dari Kepolisian, sementara Suhuzu bakal calon wakil Abu Hasan adalah bekas ketua KPU Butur selama 10 tahun.

Keduanya punya karir yang bagus selama masa tugas. Basis sosial dan keluarga diantara keduanya juga tersebar di enam kecamatan yang ada di Butur. Soal strategi dan kesiapan untuk menang tidak perlu diragukan. Keduanya cukup dekat, akrab dan dikenal baik oleh masyarakat Butur.

Pertarungan akhir tahun ini akan seru. Tercatat, pertarungan ini adalah pertarungan ketiga buat Ridwan Zakariah dan Abu Hasan di Pilkada Butur. Siapakah yang akan tampil sebagai pemenang? Menarik untuk diikuti setiap perkembangannya.

Demikian tulisan ini dibuat, dan sangat terbuka untuk di diskusikan. Politik itu dinamis dan selalu cair. Berbagai macam kemungkinan bisa terjadi, dan kadang-kadang diakhir waktu.

HASRUDDIN JAYA
ANGGOTA KOPI BUTUR