Aksi tolak komunis di daerah-daerah begitu marak dan antisias untuk dihadiri. Dijagat medsos pun viral. Tapi anehnya pemberitaan di televisi sangat minim dan kebanyakan yang memberitakan dari sudut kaca mata negatif. Terlihat sekali bahwa Indonesia yang mayoritas muslim setiap mengadakan aksi jarang diliput malah terkadang dikriminalisasi.
Umat muslim bagaikan minoritas di Negerinya sendiri. Umat muslim yang cinta negeri dan agamanya diaanggap sebagai momok. Padahal aksi dan protes yang di lakukan semata-mata untuk menjaga melindungi negara dan agama dari ancaman terhadap pemikiran maupun kebijakan-kebijakan pro asing dan pro aseng.
Jauh-jauh hari ustad Alfian Tanjung sudah memberi warning bahwa komunis/PKI menguasai istana. Dan bisa di tebak nasib ustad Alfian Tanjung yang kritis ke penguasa yaitu di cari-cari kesalahannya dan di jebloskan ke penjara. Siapapun yang kritis kepada penguasa, akan mengalami nasib seperti ustad Alfian Tanjung. Termasuk musisi seperti Ahmad Dani. Jonru Ginting, ibu Asma Dewi rakyat biasa dan sebagainya, tidak pandang bulu siapapun yang kritis akan dibuli, diintimidasi sampai masuk jeruji besi.
Mantan panglima TNI I Gatot Nurmantyo bahkan pernah menyampaikan bahwa benteng terakhir Negara Indonesia adalah umat muslim. Pernyataan ini tidak bisa dianggap enteng. Apa yang sampaikan beliau bukan candaan tetapi hasil dari analisa-analisa dan data fakta yang ada pada beliau.
Diwaktu yang sama ada anggota DPR koar-koar bangga menjadi anak PKI aman sentosa. Partai politik maupun kelompok yang berjuang ingin menghapus TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI dan Larangan Komunis/Marxisme dan ingin mengubah pancasila terutama sila pertama ketuhanan yang maha Esa menjadi ketuhanan yang berkebudayaan juga aman sentosa. Para pembenci penghina agama Islam yang jelas terangan-terangan melecehkan ajaran islam juga aman sentosa cukup materai 6.000 selesai. Inilah wajah hukum Indonesia.
Hendaknya aksi kaum muslimin tidak hanya mencukupkan pada tolak komunis, semestinya dilanjutkan dengan penolakan terhadap semua pemikiran dan sistem yang bertentangan dengan Islam dan memperjuangkan tegaknya sistem Islam (khilafah). Jangan sampai aksi ini terbelokkan pada sikap pragmatis memperjuangkan Pancasila saja dan melalaikan kewajiban memperjuangkan tegaknya sistem Syariah Islam (khilafah).
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah. Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162).
Oleh : Agung Andayani