Menteri pendidikan Nadiem Makarim baru – baru ini mengeluarakan trobosan baru di dunia pendidikan. Kali ini dia akan menjohdokan lembaga pendidikan dengan sektor industri, tidak lain hanya untuk menyerap para lulusan mahasiswa agar menjadi buruh di sektor industri.
Di lansir dari, Lensaindonesia.com
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendorong upaya membangun ‘perjodohan’ atau kerjasama antara perguruan tinggi atau Kampus dengan (2020/07/04)
Strategi ini dinilai penting agar perguruan tinggi dan industri bisa terkoneksi untuk saling memperkuat keduanya. Menurut Nadiem, kampus bisa menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan dunia usaha.
Jika dicermati lebih dalam, bahwa alur perjodohan antara dunia pendidikan dan sektor industri adalah salah satu cara untuk mengerdilkan cita – cita gemilang generasi penerus bangsa, yang hanya bisa menjadi karyawan atau buruh di negeri sendiri. Padahal sejatinya tugas lembaga dan praktisi pendidikan adalah mencetak generasi yang unggul. Dalam berinovasi dan berkreasi menciptakan lapangan kerja, untuk masyarakat luas agar mengurangi kuantintas pengangguran.
Inilah potret buram cacatnya sistem yang bebasis materi dan profit, semua di pandang berdasarkan untung rugi .Segala aktivitasnya berasaskan manfaat. Apabila perjodohkan masal antara dunia pendidikan dan sektor industri terjalin, maka ilmu yang mereka dapat selama ini hanya sebatas untuk mencari kerja dengan upah yang tak seberapa, yang lagi – lagi materi yang jadi orientasinya.
Mulai dari pendidikan tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi masyarakat harus mengeluarkan dana yang luar biasa. Setiap tahun biaya untuk bisa masuk ke lembaga pendidikan pun bervariatif tergantug status, fasilitas dan akreditas sekolah masing – masing. Sehingga lembaga pendidikan hanya menjadi komiditi yang dibuat ajang bisnis bagi para penyokong kapitalis.
Bayangkan saja berapa banyak dana yang dikeluarkan orang tua untuk mengeyam pendidikan sampai perguruan tinggi, yang ujung – ujunya setelah lulus hanya bisa sebagai buruh dengan upah rendah. Seakan biaya yang para orang tua keluarkan tak sebanding dengan output yang dihasilkan.
Islam memiliki tujuan politik negara di bidang pendidikan, yakni memelihara akal manusia sebagaimana Firman Allah yang terdapat dalam QS az-Zumar: 9
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dalam prespektif sistem islam mununtut ilmu adalah hal yang wajib bagi laki – laki dan perempuan sebgaimana dalam, hadits berikut ini,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr).
Segala fasilitas dan sarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar pun sangat di perhatikan. Mulai dari sarana prasarana yang dijamin lengkap, tenaga pengajar yang terakridetasi dengan mental pendidikan yang beriman dan bertakwa.
Sehingga terlahir generasi islam yang berkrepribadian Islam, berakidah yang kokoh, memiliki kompetensi dalam IPTEK, serta mampu mengasah keterampilan yang tepat guna dan daya guna.
Dari sini bisa dilihat bahwa sistem Islam layak dalam mengurusi dunia pendidikan, yang dimana memiliki segudang inovasi dan khazanah keilmuan yang luas. Sehingga generasi yang dilahirkan bukan hanya saja sebagai penerima upah saja. Melainkan generasi yang mampu mengerahkan segala kemampuan dan keterampilanya dari ilmu yang didapatkan. Sehingga bisa membuka lapangan kerja serta mengelolah sumber daya alam yang ada di negeri sendiri, agar menjadi kemashalatan umat.
Waallahua’lam bishawab.
Oleh : Tyas Ummu Amira (Pemerhati Remaja)