OTG Millenial dan Airborne: Ancaman Lonjakan Di Era New Normal

Wisdiyanti

Kasus ribuan siswa-siswi Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) terpapar virus corona (COVID-19) membuktikan penyebaran virus tersebut tidak pandang bulu. Terlebih dari siswa yang kini dinyatakan positif, rata-rata merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG) dengan usia muda atau millenial.

Di Jakarta, Gubernur Anies Baswedan mengatakan 66 persen dari kasus positif Covid-19 baru di Ibu Kota merupakan orang tanpa gejala atau OTG. Para OTG itu ditemukan berdasarkan pelacakan kasus secara aktif atau active case finding yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan, baik rumah sakit, klinik, maupun puskesmas.
Ditambah lagi dengan rilis WHO soal paparan virus corona yang bisa menyebar lewat udara, berdasarkan riset mereka bertajuk: It Is Time to Address Airborne, nampaknya akan menambah lembaran panjang lonjakan kasus penderita covid-19 di tanah air.

Mengerikan memang! Sejak dibukanya era new normal life baru-baru ini, masyarakat luas justru seakan ‘diajak’ untuk kembali pada kehidupan biasa seperti sebelumnya. Masyarakat mulai keluar dari rumah, memenuhi area publik, menganggap biasa saja penyakit ini, tak takut lagi dengan ancaman bahaya pandemi yang masih terus terjadi.

Tentang OTG milenial, memang benar mereka tak menjadi beban RS, namun sulitnya mereka dan masyarakat luas untuk memiliki kesadaran akan menulari atau tertular dari orang lain tentu tak bisa dianggap hal sepele. Justru OTG millenial sangat berbahaya, mereka sangat reaktif karena tanpa gejala, namun bisa menulari banyak orang tanpa disadari.

Begitu juga dengan ancaman penyebaran lewat transmisi udara, disinyakir akan lebih memudahkan lagi penularannya. Alih-alih masalah pandemi teratasi, yang ada dan ditakutkan adalah justru lonjakan kasus akan semakin tinggi di Indonesia. Puncak pandemi gelombang pertama saja belum terjadi, karena kebijakan salah new normal, bisa jadi Indonesia akan mengalami hal sama seperti Amerika atau Italia.

Maka menjadi penting bagi kita untuk meningkatkan kewaspadaan diri lebih ekstra lagi. Namun kesadaran individu tentu tak cukup menjadi penentu keberhasilan melawan pandemi ini, dibutuhkan adanya kesadaran masyarakat yang sama dan juga peran negara yang mengurusi dengan benar rakyatnya terutama dalam masa pandemi ini.
Dan tentunya apa yang disolusikan penguasa negeri ini tak bisa kita terima begitu saja. Kebijakan new normal yang ada, yang nyatanya justru membahayakan nyawa masyarakat seharusnya kita tolak.

Dan sebagai solusinya, sebagai umat Islam kita harus sadar bahwa tidak ada solusi lain yang terbaik selain kembali kepada apa yang sudah diperintahkan Allah SWT dan RasulNya. Islam secara jelas memberikan solusi untuk masalah pandemi. Sebagaimana dalam banyak keterangan, di masa Rasulullah dan sahabat yang mulia, ketika terjadi pandemi maka lockdown harus segera dilakukan. Memisahkan orang yang sakit dengan yang sehat, merawat yanh sakit dengan baik hingga sembuh. Dan menjamin kebutuhan hidup seluruh rakyat dimasa lockdown itu.

Namun sayang penguasa kaum muslimin saat ini yang ada di negeri negeri Islam telah abai dari menjalankan fungsinya mengurus urusan rakyat. Maka kembali kepada aturan Islam yang menerapkan syariat Islam secara total menjadi kebutuhan mendesak saat ini.

Oleh: Wisdiyanti (Ibu Rumah Tangga)