Maul Sandang Gelar Doktor Hukum Termuda di Sultra

Dr. Maulana Saputra Sauala, SH. M.Kn, alias Maul

Dr. Maulana Saputra Sauala, SH. M.Kn, alias Maul sapaannya mendapat gelar Doktor Hukum. Pria Kelahiran Kendari, 4 Oktober 1990 ini diperkirakan doktor termuda di Sultra pada bidang hukum, yang saat ini baru berusia 28 tahun.

Maul merupakan seorang pekerja keras, kritis, inovatif dan humanis dan gaul terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya.

Iklan KPU Sultra

Dirinya mengaku sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan pada dirinya. Pengalaman yang ia dapatkan semasa remaja menjadi inovasi tersendiri dalam kehidupannya.

“Nilai-nilai pendidikan itu bagi saya penting, khususnya saya pribadi. Saya juga masih menekuni dunia pendidikan sebagai seorang dosen,”ucapnya Kamis (23/7/2020).

Saat ini Maul menekuni dosen aktif di Universitas Nahdlatul Ulama Sulawesi Tenggara (UNUSRA). Dirinya juga aktif sebagai Notaris wilayah Sultra dan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Kota Kendari.

Meski begitu, hal tersebut bukan hal mudah. Untuk meraih tak semudah membalikkan telapak tangan atau menjentikkan jari telunjuk, akan tetapi membutuhkan perjuangan panjang dengan energi dan waktu yang cukup.

Kata dia, saat masih kecil Maul dikenal sebagai anak minim minat untuk menempuh pendidikan.

Jenjang pendidikannya diawali di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Wua-wua Kendari.

Menamatkan pendidikannya pada 2002. Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Kendari, dirinya sempat dinyatakan tidak lulus ujian nasional. Bukan “Bodoh” tapi belum beruntung.

Ketidaklulusannya itu dirinya merasa malu, sebab, untuk melanjutkan pendidikan ke bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), dirinya mengaku sempat merasa kecewa atas kegagalannya.

“Saya memang sempat merasa malu sekali karena tidak lulus Ujian Nasional tingkat SMP. Bertemu teman seangkatan, keluarga dan tetangga, saya malu sekali,”kenang pria yang berkacamata itu.

Namun begitu, dirinya pun memantapkan hati, mengikuti ujian persamaan di tingkap SMA dan dinyatakan lulus pada 2005. Hal itu baginya menjadi kebanggaan karena menyusul teman-temannya di bangku SMA.

Maul tercatat lulus di SMA 5 Kendari pada 2008, dan sempat tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang bangku kuliah karena terkendala ekonomi keluarga yang tidak stabil.

“Kondisi keuangan waktu itu, belum stabil, terkendala ibu saya meninggal, saya mengambil keputusan tidak kuliah agar tidak membebankan keluarga saat itu,” katanya.

Promosi Doktor di Unissula

Diusia 18 tahun, untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan mengumpulkan uang kuliah, dirinya pun menekuni profesi tukang ojek dan sebagai sales.

“Akhirnya saya sadar bahwa pendidikan penting. Mencapai kesuksesan dan cita-cita, pendidikan alat transportasinya,”katanya menambahkan.

Hingga memasuki 2010 berdasarkan dana yang ia kumpulkan dari hasil mengojek dan menjadi sales, ia pun mendaftarkan diri ke Fakultas Hukum Universitas Haluoleo dan memperoleh gelar sarjana pada 2013.

Saat duduk di bangku universitas, ia merupakan sosok yang tak terlalu aktif dalam kegiatan-kegiatan kampus, karena ia mengaku pada kondisi tersebut dirinya sangat sibuk untuk bekerja sambil kuliah.

“Setelah sarjana, saya pun akhirnya berpikir tentang profesi yang dapat saya lakoni dan kemudian bermanfaat juga bagi orang lain. Akhirnya terpikirkanlah mengapa saya tidak buka lapangan kerja berdasarkan bidang profesi saya? dan disitulah awal mula gagasan saya menjadi seorang notaris,” ungkapnya.

Demi mengejar cita-citanya menjadi seorang notaris, memasuki tahun 2013 dikarenakan kondisi keuangan keluargannya mulai stabil, Maul pun memutuskan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi pada Program Magister Kenotariatan Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang.

Pada 2015 dirinya pun dinobatkan sebagai Magister Kenotariatan dan akhirnya dengan gelar dan tujuan mulia untuk memberikan sumbangsih pada tanah kelahirannya, dirinya pun mencalonkan diri sebagai dosen, salah satunya di Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), kemudian berlanjut hingga saat ini di UNUSRA.

Maul pun mengaku bahwa pasca memperoleh gelar Magister Kenotariatan, sudah menjadi kewajiban bagi lulusan untuk melakukan magang selama 2 tahun tanpa upah. Akan tetapi, hal inilah yang membuatnya menjadi semakin termotivasi untuk terus mengejar cita-citanya dengan cara menjual jam tangan untuk memenuhi kebutuhannya.

Selang setahun menjadi seorang dosen, gairahnya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi masih menggebu-gebu, hingga akhirnya ia pun kembali mendaftarkan diri untuk memperoleh gelar doktor di UNISSULA dan lulus tahun 2019.

“Saat ini fokus saya itu ingin memberikan sumbangsih yang lebih untuk kemajuan daerah karena saya memang putra asli Sultra dan sudah menjadi tanggung jawab moril untuk saya mentransfer ilmu yang selama ini saya dapatkan,” ujarnya.

Mengenai pendidikan di Sultra saat ini, dia menganggap perlu adanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini tenaga pengajar dalam rangka menjemput revolusi industri 4.0.

“Saat ini sistem pendidikan menurut saya sudah sangat baik, tinggal SDM nya saja yang perlu ditingkatkan untuk menciptakan kader-kader muda yang berkualitas,” jelasnya lagi.

Dr. Maulana Saputra Sauala, S.H., M.Kn sebelumnya pernah mengikuti pelatihan seminar Penguatan Kapasitas Kepemimpinan Revolusi Industri 4.0. Kemudian sempat menjadi peserta pelatihan kepemimpinan Taplai BKS Lemhanas RI.

Di sisi lain sosok Maul juga merupakan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ia juga pernah menjadi pengajar pada kegiatan kelas inspirasi yang digagas oleh Almuni Indonesia Mengajar di seluruh Indonesia.

Hingga saat ini terhitung aktif dalam organisasi beladiri, sebagai wakil sekretaris provinsi pengurus Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (PERKEMI) dan pemegang sabuk kyu II, mantan atlit asal Sulawesi Tenggara.

Sebagai Duta Wisata Anandonia Kota Kendari tahun 2012 dan juara 3 pada ajang Putra-putri Bahteramas 2013 dalam kegiatan HUT Sultra.

Ia juga memaparkan terkait progres 5 tahun ke depan, dirinya akan membuat konsep rumah asuh untuk anak-anak yang memiliki potensi dalan bidang pendidikan.

Karena menurutnya, Sultra sebenarnya memiliki kader-kader muda yang berpotensi untuk bersaing di tingkat internasional, tinggal kita memberi mereka fasilitas dan jalan untuk mencapai hal tersebut.

SUMBER: Dr. Maulana Saputra Sauala, SH. M.Kn,

REDAKSI