Bagaimana reaksi anda mendapati berita tentang pembantaian ribuan saudara muslim di luar negeri sana? Biasa saja atau merasakan sakit yang luar biasa? Jika tidak merasakan apa-apa, mungkin hati kita sudah mati rasa. Ingatlah bahwa muslim ibarat satu tubuh. Jika ada satu bagian tubuh yang sakit, bagian lain juga ikut sakit. Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam.” (Shahih Muslim No.4685)
Umat Muslim Bosnia menandai peringatan 25 tahun pembantaian Srebrenica pada Sabtu (11/7) waktu setempat, di tengah pandemi virus corona Covid-19.
Pada 11 Juli 1995, usai Srebrenica dikepung, pasukan Serbia membunuh lebih dari 8.000 pria dan anak lelaki muslim dalam beberapa hari. Perang Bosnia, Srebrenica dikepung oleh pasukan Serbia antara 1992 dan 1995. Saat itu, milisi Serbia mencoba merebut wilayah dari Muslim Bosnia dan Kroasia untuk membentuk negara mereka sendiri. Pada 1993 Dewan Keamanan PBB telah menyatakan Srebrenica sebagai “daerah aman”.
Namun, pasukan Serbia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladic yang sekarang menghadapi tuduhan genosida di Den Haag menyerbu zona PBB meskipun kehadiran sekitar 450 Belanda tentara yang ditugaskan untuk melindungi warga sipil yang tidak bersalah sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB. (CNN Indonesia,12/07/20 ).
Bisakah kita merasakan penderitaan yang luar biasa dari saudara kita di negeri-negeri muslim lainnya? Seolah nyawa mereka tidak ada harganya bagi penjajah kafir Barat. Tidak hanya di Srebrenica tapi juga Palestina, Rohingya dan muslim lainnya. Tidakkah kita takut saat Allah SWT kelak akan meminta pertanggungjawaban atas sikap kita terhadap mereka. Memilih diam atau berupaya menyegerakan pertolongan untuk melepaskan mereka dari kezaliman penjajah kafir Barat. Maka jika kita peduli dan takut pada Allah kita harus bersungguh-sungguh mencari akar masalah dan solusi tuntas untuk menyudahi penderitaan saudara kita sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
Kenapa harus sesuai syariat Islam? Karena kita muslim. Kita meyakini bahwa segala aturan yang datang dari Allah SWT adalah kebaikan dan solusi dari permasalahan kehidupan. Apalagi solusi yang ada dalam sistem kehidupan yang diterapkan hari telah terbukti gagal menyelesaikan penderitaan muslim dunia. Sekalipun ada organisasi skalanya dunia, yaitu PBB dan OKI.
Pada tragedi Srebrenica ada tentara dari badan PBB yang ditugaskan di sana. Tapi mereka gagal melindungi warga sipil yang tidak bersalah. Sehingga menelan korban hingga ribuan jiwa kaum muslimin. Sikap lembaga PBB ini tidaklah aneh jika kita memahami siapa yang mendirikan dan untuk apa didirikan. Lima negara yang memiliki hak veto dalam lembaga PBB adalah Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris dan Perancis. Kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dipilih dalam Piagam PBB karena memegang peran kunci dalam pendirian organisasi dunia itu.
Maka setiap keputusan akan ditentukan oleh suara lima negara tersebut. (Cnnindonesia, 31/12/17)
Kelima negara tersebut bukan mayoritas muslim. Sehingga wajar saja mereka tidak menampakkan keberpihakan saat muslim di berbagai negara dizalimi. Bahkan sebuah organisasi dunia dengan negara anggota mayoritas muslim sekalipun ternyata juga tidak mampu menghentikan dan menyelamatkan saudara muslimnya yang dizalimi.
Ini terbukti dengan mandulnya fungsi Organisasi Kerjasama Islam
Salah satunya organisasi internasional tertua yakni Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). OKI adalah organisasi internasional terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Pembentukan OKI awalnya dilatar belakangi keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam.
OKI saat ini beranggotakan 57 negara Islam atau berpenduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan Afrika. (Kompas.com, 12/2/20)
Tragedi Srebrenica menjadi pelajaran penting bagi kaum muslim. Tanpa seorang pemimpin yang menyatukan kaum muslim dunia dalam satu kepemimpinan (Khalifah), negeri muslim akan terus menjadi medan pertarungan kepentingan negara-negara penjajah.
Mereka tidak segan mengorbankan ribuan nyawa muslim demi kepentinganya. Kondisi muslim dalam suatu negeri, menjadi agama minoritas atau mayoritas tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap jaminan keselamatan dan keleluasaan menjalankan syariat Islam.
Lihat saja apa yang telah terjadi pada muslim Srebrenica, muslim di Palestina, muslim di Rohingya dan muslim lainnya dengan status minoritas mereka dizalimi secara fisik dan militer. Permusuhan yang ditampakkan oleh penjajah kafir Barat tersebut bukan karena kaum muslim telah melakukan kesalahan atau kerusakan.
Tapi mereka dimusuhi karena mereka beriman kepada Allah SWT, hanya karena mereka Islam.
Sedangkan penjajahan dengan gaya yang lebih halus dipakai untuk memerangi muslim dengan agama mayoritas. Seperti yang terjadi di Indonesia. Perang yang dilakukan bukan dalam bentuk fisik, bukan dengan jalan militer.
Perang yang dilakukan melalui pemikiran. Mereka mencekoki pemikiran kaum muslim dengan ide-ide Barat, cara pandang, gaya hidup dan sistem hidup ala Barat.
Dimana semua ide itu berpijak pada asas sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Pemisahan agama dari negara. Juga menjunjung tinggi sikap liberal atau kebebasan. Bebas dalam berbuat, bebas dalam beragama, bebas dalam kepemilikan harta dan kebebasan lainnya. Yang mereka inginkan adalah muslim meninggalkan syariat Islam. Atau muslim hanya mengambil sebagian syariat Islam dan meninggalkan sebagian yang lainnya. Maka kita temukan hari ini, seorang muslim melaksanakan suatu kewajiban tapi juga melakukan aktivitas maksiat kepada Allah SWT.
Misalnya: shalat dijalankan, riba tidak ditinggalkan. Puasa ramadhan dijalankan, aktivitas pacaran masih dilanjutkan. Padahal telah ditegaskan Allah bahwa riba adalah haram. Aktivitas pacaran jalan mendekati zina. Keduanya dilarang oleh Allah SWT.
Perang pemikiran juga dilakukan dengan menanamkan ide nasionalisme di negeri-negeri muslim. Adanya sekat nasionalisme (negara bangsa) menjadi penghalang bagi seorang muslim untuk menolong saudaranya. Seolah penderitaan muslim Srebrenica adalah masalah mereka sendiri tidak ada hubungannya dengan muslim Indonesia. Kondisi ini membuat tidak ada satupun negeri muslim mampu memberikan pertolongan secara militer kepada meraka.
Padahal saudara kita di sana diperangi secara fisik (militer). Mereka membutuhkan pertolongan militer. Sedangkan pertolongan yang bisa kita lakukan hari ini hanya terbatas pada bantuan berupa obat, makanan, uang dan materi lainnya. Akar masalah dari penderita saudara kita tetap tidak tersentuh, bahwa mereka dimusuhi oleh penjajah kafir Barat karena mereka muslim.
Bentuk lain dari perang pemikiran yang mereka lancarkan adalah dengan mengklasifikasikan ulama. Ada ulama yang diberikan panggung luas dalam syiar Islam. Sebagian ulama yang lain, syiar Islamnya mereka persekusi. Artinya ulama yang sesuai dengan kriteria mereka saja yang akan dibiarkan menyampaikan dakwah islam. Persekusi ini terjadi pada para ulama yang konsisten menyampaikan Islam sebagai sebuah sistem kehidupan. Syariat Islam sebagai solusi dari semua problematika kehidupan.
Tidak sampai disitu, bahkan mereka berani memberi stigma negatif terhadap ajaran-ajaran Islam. Diantaranya perintah Allah tentang jihad, sistem pemerintahan Islam (khilafah) dan lain sebagainya. Mereka juga berani mengontak-ngotakan kaum muslim dengan istilah Islam radikal dan Islam moderat. Islam Arab dan Islam Nusantara. Seolah moderat lebih baik dari radikal. Nusantara lebih cocok dibandingkan Arab.Ini sangat berbahaya jika muslim terjebak pada penyesatan pemikiran yang mereka lancarkan.
Jadi tidak ada bedanya kondisi muslim sebagai agama mayoritas maupun minoritas dalam sebuah negeri. Muslim tetap saja terzalimi. Muslim tetap saja tertindas secara fisik dan pemikiran. Jangan sampai tertipu, diperangi secara pemikiran tidak kalah berbahaya dibandingkan diperangi secara fisik dan militer. Perang ini tidak akan berhenti hingga kaum muslim mengikuti milah mereka.
Allah SWT berfirman: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120).
Oleh karena itu, sesungguhnya muslim dunia membutuhkan suatu pelindung. Yang akan menjaga kemuliaan muslim dan Islam. Sehingga tidak ada lagi negara manapun yang berani merendahkan dan menzalimi kaum muslim dan mempermainkan ajaran islam. Pelindung inilah yang kita nantikan kehadirannya. Sebagaimana dulu Rasulullah SAW, para Khulafaur Rasyidin dan Khalifah selanjutnya hadir untuk mewujudkan itu.
Nabi Muhammad Saw bersabda: ”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).
Hadirnya perisai ini akan melindungi dan mengakhiri penderita muslim dunia. Bahkan kemuliaan bagi Islam dan muslim bisa diwujudkan. Islam akan menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Memberikan kebaikan tidak hanya kepada muslim tapi juga non muslim.
FARAH SARI, A.Md
(Aktivis Dakwah Islam, Jambi)