Mengungkap Fakta Sejarah Wisata Pulau Emas Hijau di Selayar

Salah satu kapal tongkang peninggalan Kolonial Belanda FOTO: ANDI FADLY DG. BIRITTA

TEGAS.CO., SELAYAR – Sebuah desa di Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan (SulSel) yang terletak di semenanjung paling selatan ibukota menyimpan seribu satu catatan sejarah dengan julukan “Emas hijau”. Desa tersebut bernama Bontolebang.

Penyebutan nama Bontolebang kedengarannya cukup asing di kuping wisatawan atau traveler. Status keberadaan pulau emas hijau ini ditemukannya dua unit bangunan eks gudang kopra, lima buah kolam pendingin mesin yang sampai hari ini masih berdiri kokoh di pesisir pantai timur Pulau Gusung Desa Bontolebang.

Keberadaannya menjadi saksi bisu puncak kejayaan emas hijau yang belakangan melekat pada penamaan Kabupaten Kepulauan Selayar.

Penguatan fakta sejarah kejayaan emas hijau di Pulau Bumi Tanadoang juga dibuktikan dari keberadaan tiga unit perahu tongkang yang terbangun dari bahan cor di pesisir pantai timur Pulau Gusung.

Makam tanpa nama yang diduga makam Tau Barakka FOTO: ANDI FADLY DG. BIRITTA

Bukti lain terkuak dari temuan puing-puing pondasi dan sebaran batu gunung eks bangunan gudang lain yang sudah ambruk termakan usia.

Sementara di sebelah selatan bangunan eks gudang kopra ditemukan sebuah situs makam tua tanpa nama di batu nisannya.

Di dalam bangunan gudang itu ditemukan sebuah ranjang besi Menambah lengkap peninggalan sejarah di sepanjang kawasan pesisir pantai timur Pulau Gusung tersebut.

Sejumlah makam tanpa nama FOTO: ANDI FADLY DG. BIRITTA

Salah seorang saksi sejarah, Achmad (65) yang dijumpai awak media di lapangan menuturkan, eks gudang kopra di pesisir pantai timur Pulau Gusung dibangun pemerintah kolonial Belanda pada kisaran 1954 pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

“Situs gudang kopra tua dibangun hampir bersamaan dengan hadirnya perahu tongkang berbahan cor yang pada 1954, itu digunakan untuk menarik kapal kayu tak bermesin yang bermuatan kopra dari kawasan bibir pantai sebelah barat kota Benteng menuju Pulau Gusung,”ungkap Achmad kepada tegas.co, Sabtu (1/8/2020).

Selain mendirikan gudang, tambah Achmad, pemerintah kolonial Belanda kala itu sempat membangun dermaga susunan batu gunung yang dipancang memanjang dari bibir pantai timur Pulau Gusung sampai dengan perairan terdalam.

Dermaga peninggalan Kolonial Belanda ANDI FADLY DG. BIRITTA

“Dermaga tersebut konon sempat beberapa kali didarati helikopter milik pemerintah kolonial Belanda,”tambah Achmad.

Menurut Achmad, situs makam tua di sisi sebelah selatan bangunan eks gudang kopra disebut-sebut merupakan makam milik Tau Barakka atau manusia berbekah dan berilmu tinggi.

“Keyakinan itu didasarkan pada peristiwa munculnya cahaya berwarna hijau menyerupai sosok manusia berbadan tinggi tepat di atas pusara situs makam tua dimaksud yang terjadi beberapa puluh tahun silam,”pungkasnya.

Kini pulau emas hijau di desa Bontolebang, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan (SulSel), terletak di semenanjung paling selatan ibukota menjadi salah satu destinasi wisata bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

ANDI FADLY DG. BIRITTA / MAS’UD