TEGAS.CO,. BAUBAU – Ritual Gorana Oputa merupakan salah satu tradisi yang sudah dilakukan sejak turun temurun dari masa Kesultanan Murhum. Selain bertujuan untuk menyambut Maulid Nabi Besar Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, tradisi ini juga bertujuan untuk malam dimana seorang Sultan atau kepala daerah mendoakan keselamatan dan kesejahteraan seluruh rakyatnya.
Hal ini disampaikan oleh Walikota Baubau AS Tamrin, usai pelaksanaan tradisi ritual Gorana Oputa di rumah jabatannya, Kamis (29/10/30) dini hari.
H. AS Tamrin mengungkapkan, tradisi Gorana Oputa sarat dengan nilai-nilai Budaya dan Religius yang patut dipertahankan. Selain itu, Gorana Oputa juga merupakan momentum yang baik bagi seorang walikota untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan warganya.
Lebih lanjut H. AS Tamrin menjelaskan, Gorana Oputa merupakan pertanda dimulainya haroa Maludu (Maulid Nabi Besar Muhammad SAW) bagi masyarakat Baubau serta Buton pada umumnya. Pada masa Kesultanan, tradisi tersebut dilaksanakan oleh Sara Ogena (Sultan dan Perangkat-perangkatnya) dengan melibatkan Sara Kidina (Perangkat Masjid Agung Keraton) sebagai pembaca Barasanji dan Do’a.
“Pada malam Gorana Oputa ini kita berdoa agar masyarakat kita dijauhkan dari marabahaya dan bencana serta diberikan kedamaian dan kesejahteraan. Nanti setelah malam Gorana Oputa ini masyarakat baru bisa melaksanakan haroa Maludu”, ungkapnya.
Walikota dua periode ini menyadari, di zaman modern sudah banyak yang menganggap tradisi maludu sebagai perbuatan Bid’a. Namun pihaknya meyakini, tradisi ini mengandung banyak makna. Baik makna budaya maupun makna religius. Pasalnya, dalam ritual Maludu yang dibaca adalah Barasanji, dimana didalam Barasanji tersebut bercerita tentang kisah Nabi Besar Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam.
“Dalam pelaksanaan ritual Maludu ini yang dibaca adalah Barasanji, dimana didalam Barasanji ini bercerita tentang kisah-kisah Nabi besar kita Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam. Dalam kisah hidup Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam ini banyak pelajaran yang dapat kita petik sebagai pedoman hidup kita umat Islam”, imbuhnya.
Orang nomor satu di Kota Baubau ini berharap, agar tradisi Maludu dapat terus dijaga dan dilestarikan oleh generasi dimasa yang akan datang. Pasalnya, selain menjaga budaya warisan leluhur, tradisi ini juga merupakan bentuk kecintaan serta mengagungkan Nabi Besar Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam sebagai suri Teladan bagi umat Islam. Selain itu, tradisi Maludu adalah merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat eks Kesultanan Buton pada umumnya.
Reporter : JSR
Editor : YA