TEGAS.CO., NUSANTARA – Presiden Jokowi Tambah Utang Rp 24,5 Triliun Dalam 2 Minggu sebagaimana dikutip dari Kompas.com., bahkan hal ini selaras dengan solusi kapitalisme global dalam melonggarkan utang sebagai solusi ekonomi terhadap pandemi covid-19 yang belum selesai melanda dunia.
“Ini adalah fasilitas relaksasi bagi pembayaran utang negara-negara miskin […] yang tadinya pada sampai akhir tahun ini, kemudian diperpanjang hingga pertengahan tahun 2021,” jelas Sri Mulyani di Istana Bogor yang ditayangkan secara virtual, dikutip CNBC Indonesia, Minggu (22/11/2020).
Memang demokrasi-kapitalisme menjadikan utang-piutang sebagai solusi penyakit ekonomi. Padahal utang yang didominasi dengan bunga ini menambah pesakitan disektor ekonomi bahkan menyeret sektor lain yang berhubungan erat dengan ekonomi suatu bangsa. Salah satu fakta yang tak terelakkan adalah ketergantungan terhadap luar negeri dan hal ini dimanfaatkan untuk invensi ekonomi terhadap negara-negara lemah tersebut. Bahkan jika Negara tak mampu melunasi utangnya maka akan terancam bangkrut jatuh miskin dan rakyat yang menjadi korban utamanya.
Sebagaimana Negara Pada 2001, Argentina dinyatakan bangkrut gara-gara gagal bayar utang negara USD 100 miliar. 2018, pemerintah Argentina secara tak terduga mengajukan pinjaman awal USD 50 miliar atau sekitar Rp 729,69 triliun (asumsi kurs Rp 14.593 per dolar Amerika Serikat) dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF). Hal itu didorong krisis ekonomi yang terjadi. Krisis ekonomi sebabkan inflasi merajalela. Nilai tukar peso Argentina melemah 40 persen sepanjang 2018. Pada 2008, Zimbabwe, salah satu negara di kawasan Afrika juga mencatatkan kisah kelam dalam sejarah perekonomiannya. Kala itu, salah satu negara miskin di Afrika ini terlilit utang sebesar USD 4,5 miliar. Dengan kondisi ekonomi yang buruk, pemerintahnya juga harus berjuang mengatasi tingkat pengangguran yang semakin tak terkendali hingga mencapai 80 persen. (merdeka.com).
Adapun utang Indonesia kembali naik di 2020. Bank Indonesia (BI) melaporkan jika hingga Agustus 2020, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia meningkat menjadi USD 413,4 miliar, atau sekitar Rp 6.074 triliun. Termasuk bersama hal itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran periode Agustus 2020 mengalami peningkatan sebanyak 2,67 juta orang. Dengan demikian, jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi sebesar 9,77 juta orang. dan “Pada triwulan III 2020, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar -3,49% (YoY);
Jika kita melihat kondisi di atas jelas bahwa bangsa Indonesia sedang berada di zona tidak aman, sementara bangsa ini masih mempercayai sistem kapitalisme-demokrasi yang sejatinya menjadi sumber masalah. Bagaimana mungkin ekonomi akan berdaulat jika menitik beratkan pada utang ke Negara lain dan berujung pada ketergantungan pada perintah dan target pemberi utang?
Maka jelaslah sudah bahwa untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia yakni dengan membuang sistem rusak kapitalisme-demokrasi dan menginstal sistem benar yang sudah jelas membawa kebaikan bagi seluruh alam, yakni sistem ekonomi Islam dalam wajah Khilafah yang jelas menolak bergantung dengan luar negeri pun menolak utang dengan sistem bunga (riba). Sungguh hanya daulah Khilafah saja yang bangsa ini dibutuhkan, sebagai obat dari ekonomi yang sakit pun semua sektor kehidupan lainya sebagaimana yang Rasulullah Saw. contohkan dulu.
Penulis: Shafiyyah Zahra Mustanir
Editor: H5P
Komentar