TEGAS.CO.,NUSANTARA – Dakwah adalah kewajiban yang Allah Swt. perintahkan bagi setiap Muslim (Lihat : QS an-Nahl [16]: 125). Allah Swt. akan memberikan pahala yang besar kepada seorang Muslim yang mendakwahi orang lain hingga orang itu meyakini Islam dan meninggalkan keyakinannya. Motivasi inilah yang mendorong umat Islam untuk menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia hingga para pemeluk akidah selain Islam masuk ke dalam Islam secara berbondong-bondong. Namun hari ini dan baru kali ini terjadi, kasus penistaan agama dikaitkan dengan konten dakwah Islam yang membahas ajaran agama lain. Seorang dai dianggap melakukan penistaan agama dan dijerat hukum dengan pasal penghinaan agama ketika mengupas pandangan Islam terhadap agama lain. Bagaimana pandangan Islam terkait mendakwakan seputar perbandingan agama?
Islam sebagai agama dakwah, telah mewajibkan bagi seorang Muslim untuk menyampaikan ajaran Islam kepada segenap manusia. Tujuannya agar orang-orang di luar Islam meyakini Islam dan meninggalkan keyakinannya. Dakwah yang disampaikan tentu tanpa mencela atau menistakan agama mereka, tapi dilakukan dengan ilmiah, argumentatif dan menggugah akal. Misalnya kepada penyembah berhala, kita seru mereka diantaranya dengan firman Allah Swt. Sungguh segala yang kalian seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu menciptakannya. Jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka pun dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemah yang menyembah dan amat lemah ( pula )
yang disembah (TQS al-Hajj [22]:73 ).
Ketika umat Islam menyampaikan ayat ini bukan berarti menistakan kaum paganis, tapi justru mengajak mereka berpikir jernih. Apakah pantas sesuatu yang lemah, yang tidak bisa menciptakan lalat, bahkan tidak bisa menjaga sesuatu dari lalat dijadikan Tuhan oleh manusia. Begitu juga kepada kaum yang meyakini bahwa Tuhan memiliki anak, Allah telah berfirman: Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata, Sungguh Allah ialah Al-Masih putra Maryam. Padahal al-Masih (sendiri) berkata, Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. (TQS al-Maidah[5]:72 ).
Allah Swt. telah memberitakan di dalam al-Qur’an bahwa kitab suci yaitu Taurat dan Injil telah dipalsukan oleh orang-orang Bani Israil (Lihat: QS al-Baqarah [2]:79). Fakta ini diperkuat dalam buku yang berjudul, The Five Gospel: What Did Jesus Really Say? Dimana buku ini hasil seminar 76 orang pakar dari berbagai disiplin ilmu yang meneliti keautentikan Injil. Ternyata hasil penelitian ini menemukan 82 persen isi kandungan Injil sesungguhnya bukan berasal dari Yesus.
Kaum Muslimin pun dilarang untuk menyerukan pluralisme (semua agama benar) serta sinkretisme atas nama kerukunan dan toleransi antar umat beragama. Sebab para ulama telah memperingatkan Siapa saja yang tidak mengkafirkan orang yang beragama selain Islam seperti Nasrani, atau meragukan kekafiran mereka, atau membenarkan doktrin/ajaran mereka, maka dia telah kafir meskipun bersamaan dengan itu dia menampakkan dirinya Islam dan meyakininya (An-Nawawi, Rawdhah ath-Thalibin, 3/444).
Walhasil, untuk mewujudkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama tidak dilakukan dengan menganggap semua agama benar. Sebaliknya kaum Muslimin harus menyampaikan kebatilan ajaran dan agama di luar Islam, sebagaimana yang telah dibahas di dalam al-Qur’an. Kerukunan umat beragama akan terwujud ketika adanya jaminan perlindungan terhadap harta, keamanan, kehormatan dan kehidupan. Semua itu hanya bisa terealisasi ketika negara menerapkan Islam secara Kaffah.
WalLahu a’lam bi ash-shawab.
The Author: Hera (Ibu Rumah Tangga)
Editing by: H5P
Komentar