TEGAS.CO,. NUSANTARA – Mahasiswa dididik untuk peduli dengan lingkungannya. Mereka dibekali idealisme yang tinggi. Tak mengherankan mereka berani turun ke jalan demi memperjuangkan sebuah kebenaran.
Selain itu, tak dapat dipungkiri roda perubahan negeri ini semua dimulai dari para pemuda. Gerakan reformasi yang melengserkan tirani orde lama pun dipimpin para mahasiswa. Begitupun demo yang terjadi pada tanggal 11 April 2022 kemarin.
Dilansir dari OKEZONE.com mahasiswa yang tergabung dalam BEM Seluruh Indonesia (SI) menggelar aksi demonstrasi di Istana Negara, Jakarta, pada 11 April 2022. Pihak BEM SI memperkirakan sebanyak seribu mahasiswa ikut serta dalam demo.
Koordinator pusat BEM SI, Kaharudin mengatakan, ada enam tuntutan yang disuarakan pada aksi 11 april. Tuntunan pertama menolak tegas dan memberikan pernyataan sikap terhadap penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan tiga periode, karena jelas mengkhianati konstitusi.
Tuntutan lain mengacu pada UUD Ibu Kota Negara. Selain itu juga mendesak presiden untuk mengkaji dan menunda ulang UU IKN, serta menyinggung kenaikan bahan pokok dan kelangkaan minyak goreng. Dalam hal ini mendesak untuk menstabilkan harga dan ketersediaan bahan pokok bagi masyarakat dan berbagai tuntutan lainnya.
Demonstrasi mahasiswa pun merebak di sejumlah daerah di Indonesia memprotes rencana pemerintahan Joko Widodo. Gelombang aksi ini tak berhenti, mahasiswa akan mengadakan aksi yang lebih besar dari berbagai kampus di Indonesia.
Kondisi ini mengingatkan kita pada aksi mahasiswa tahun 1998 yang menyerukan reformasi hingga berujung pada lengsernya Soeharto. Saat itu ribuan mahasiswa turun ke jalan di berbagai kota. Gedung Senayan pun dikuasai oleh mahasiswa. Melalui aksi mahasiswa saat itu, lahirlah gerakan reformasi.
Sayangnya, pascareformasi kondisi Indonesia tak kunjung membaik. Kebebasan pers memang membawa angin segar berupa keterbukaan informasi. Namun, liberalisasi di berbagai bidang telah menjadikan Indonesia dikuasai asing.
Kekayaan alam dijual, rupiah lemah, kiprah BUMN dikurangi, wewenang Bulog dipreteli, keran impor dibuka lebar, hutan makin mudah dijarah, disintegrasi mengemuka, pornografi merajalela, dan gurita korupsi kian menjadi diperparah lagi kelangkaan minyak goreng dan isu pengkhiantan konstitusi tiga periode. Dua dasawarsa reformasi ternyata tidak membawa Indonesia pada perubahan yang hakiki.
Mahasiswa perlu memahami tuntutan-tuntutan tersebut tidak akan terealisasi sesuai keinginan. Bilamana masih berada dalam system yang melahirkan kebijakan pro elit dan oligarki.
Perubahan yang terjadi pascareformasi sekadar perubahan rezim, bukan perubahan sistem. Padahal, permasalahan Indonesia bersifat sistemik. Para politisi mengakui bahwa Indonesia adalah negara kapitalis-liberal.
Politik berjalan atas asas kepentingan. Untuk memuluskan realisasi kepentingan, uang bekerja bak minyak pelumas. Politik transaksional terjadi di semua lini; Eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Mahasiswa juga tak boleh tergoda bujuk rayu kepentingan pragmatis. Sudah sekian rezim berkuasa di Indonesia, semua gagal menyejahterakan rakyat. Selama rezim masih menjalankan ideologi kapitalisme-liberal, Indonesia tak akan pernah berubah, senantiasa terjajah.
Mahasiswa harus memiliki agenda pergerakan yang mandiri, bebas dari campur tangan rezim. Fokus pada perubahan sistemis yang sangat dibutuhkan oleh negara ini. Agar terwujud perubahan hakiki, mahasiswa harus memiliki asas perubahan yang benar.
Perubahan sistem ini butuh asas yang benar sehingga terwujud kesahihan arah perjuangan. Revolusi yang benar tak akan terbeli oleh iming-iming uang dan kekuasaan. Persis seperti revolusi yang dilakukan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Karenanya, mahasiswa muslim sebagai agen perubahan sosial mestinya memiliki basis ideologi Islam dalam merespon persoalan sehingga bebas dari berbagai kepentingan yang melanggengkan kezaliman.
Demikianlah sikap yang harus dilakukan oleh para mahasiswa, teguh dalam perjuangan. Agar demikian, mahasiswa harus mendasarkan aktivitasnya pada asas yang sahih yakni akidah Islam. Islam harus dijadikan kaidah dan kepemimpinan berpikir. Sehingga, setiap tuntutan dan gerakan lahir dari kebenaran wahyu, bukan kepentingan pragmatis.
Penegakan ideologi yang haq, yakni Islam, harus menjadi agenda perjuangan mahasiswa. Inilah satu-satunya jalan untuk menjaga kemurnian pergerakan mahasiswa dari tangan kotor yang hendak membelokkan pada kepentingan mereka.
Wahai para mahasiswa, waspadalah pada setiap upaya sabotase perjuangan. Berpegangteguhlah pada Islam, kemenangan akan diberikan Allah Swt. pada kita. Wallahu a’lam bishawab.
Penulis: Fhya N (Aktivis Dakwah Kampus)
Publisher: Yusrif Aryansyah
Komentar