Holywings dan Normalisasi Penistaan Agama

Opini1785 Dilihat
Yusriani Rini Lapeo, S.Pd.
(Pemerhati Umat dan Anggota Muslimah Media Jakarta)

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, seorang diantara kalian tidaklah beriman, sehingga aku lebih dia cintai dari kedua orang tua maupun anaknya.” (HR.Imam Bukhari)

Buntut kasus penistaan agama yang dilakukan oleh karyawan Holywings akhirnya berujung tersangka dan ditutupnya perusahaan miras oleh Pemprov. Dimana dalam iklan yang diposting, menunjukan sayembara bagi pengunjung miras yang bernama “Muhammad dan Maria” untuk diberikan miras secara gratis kepada pemilik nama tersebut.

Reaksi keras kemudian datang dari berbagai elemen masyarakat yang tidak terima akan penistaan agama yang dilakukan oleh Holywings. Bukan saja dari ormas-ormas Islam Indonesia, tetapi ada juga perwakilan dari umat Katolik yang melaporkan perihal demikian.

Menurut Ahmad Nurcholis, Aktivis kebinekaan dan perdamaian, mengatakan dalam dialognya pada acara ‘Catatan Demokrasi’ di TVOne, dalam hal promosi mungkin penistaan itu dilakukan dengan sengaja, namun harus dilihat juga bahwa orang-orang muda yang bekerja di Holywings tersebut hanyalah orang-orang kreatif yang tidak berpikir panjang akan tindakan yang mereka lakukan.

Dirinya juga mengatakan bahwa tidak setuju dengan tindakan Pemprov menutup perusahaan Holywings karena masih ada 3.000 karyawan yang harus dipertimbangkan nasibnya.

Pasal Holywings

Berbicara tentang hukum buatan manusia memang tidak akan pernah ada habisnya, karena setiap orang memiliki perbedaan pendapat dalam menilai sebuah kasus. Pun apa yang dilakukan oleh Holywings bukan saja menyalahi aturan agama, seperti menjual minuman keras yang jelas-jelas diharamkan Allah, namun dari 3.000 karyawan ada yang muslim yang terkena percikan dosa dari aktivitas penjualan miras disana.

Khususnya di Indonesia, ada banyak kasus penistaan agama yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selama ini ada banyak kasus penistaan agama yang bahkan tidak digubris oleh pihak berwajib. Dan kali ini Pemprov patut diacungi jempol atas keberaniannya mencabut izin Holywings.

Disisi lain banyak kemudian narasi yang berusaha digiring dalam kasus Holywings ini. Misalnya, adanya argumen yang menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh karyawan Holywings ini merupakan kreativitas belaka.

Ada juga narasi yang menganggap bahwa pasal Holywings ini tidak perlu dibesar-besarkan, dengan alasan pemilik saham atau pihaknya sudah meminta maaf kepada umat Islam dan pihak yang dirugikan.

Hal ini yang sebenarnya justru akan berdampak buruk dan berkepanjangan bagi umat Islam dan yang lainnya, karena jika pasal tersebut terus didiamkan dan berakhir dengan permohonan maaf saja, maka tidak menutup kemungkinan penistaan agama akan terus berulang bahkan identitas kita sebagai seorang muslim akan terkubur. Karena pada dasarnya seorang muslim harus mempunyai prinsip pada diri dan Agamanya.

Semetara pada tahun 2020, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pernah mendorong supaya pasal tentang penodaan agama di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan pasal penistaan agama di Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas) dihapuskan.

Artinya, ada upaya normalisasi penistaan Agama dengan dalil eceh-eceh ini dan itu. Hal ini juga dapat menyuburkan para penista agama menjamur di Indonesia. Padahal jelas desakralisasi terhadap simbol agama kerap dilakukan oleh para pembenci Islam.

Contoh lain desakralisasi simbol-simbol Islam yang melecehkan lafaz Allah, al-qur’an, dan Nabi Muhammad kerap dilakukan di negri-negri kafir seperti yang terjadi baru-baru ini. Semua itu bukan tanpa disengaja, melainkan sudah terstruktur dan sistematis.

Yakin saja jika pemimpin dan kaum muslimin tetap mendiamkan dan memaklumi hal demikian tanpa ada efek jerah bagi para penista agama, maka kemungkinan kekacauan di masyarakat khususnya kaum muslimin akan terus terjadi. Karena peran penting pemimpin adalah selain mengayomi, ia juga harus mampu melindungi dan menciptakan rasa aman dan ketentraman bagi penduduknya.

Keras dan tegas kepada para penista agama bukan berarti tidak mencintai perdamaian, namun diam atas kemungkaran yang dilakukan sesungguhnya para pemimpin dan setiap jiwa akan dimintai pertanggung jawaban atas kebisuan kita.

Islam Memandang

Sekali lagi Islam adalah agama yang damai dan sempurna. Selain kita dilarang untuk mengolok-olok ajaran kita sendiri, Islam juga melarang kita menghina atau mengolok-olok tuhan dan pemeluk agama lain.

Dalam surah Al-An’am ayat 108, Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”.

Pun, salah satu anugrah dan hadiah terbesar bagi kaum muslimin dan Islam itu sendiri, adalah dihadirkannya sosok manusia mulia di tengah-tengah kita.

Baginda Nabi Muhammad adalah sesuatu yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari nyawa kita sekalipun. Bertapa tidak, siapa yang tidak kenal dengan sosok beliau. Seluruh penduduk langit dan bumi pun memuji dan mengagungkan-Nya.

Maka, siapa gerangan yang tidak sakit hati ketika kekasih Allah itu dilecehkan? Sungguh rugi lah kita jika di akhir nanti tidak akan mendapatkan syafaat dari beliau karena kebodohan dan kezaliman yang kita lakukan terhadap ajarannya.

Dari Abdullah bin Hisyam menuturkan; kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam yang saat itu beliau menggandeng tangan Umar bin Khattab, kemudian Umar berujar: “ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidak, demi Dzat yang jiwa berada di Tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Maka Umar berujar; Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “sekarang (baru benar) wahai Umar.” (HR. Bukhari)

Dari hadis diatas kita memahami bahwa seorang yang beriman kepada Allah, maka wajib pula bagianya mencintai Rasulullah daripada dirinya sendiri. Atas dasar inilah kaum muslimin patut marah atas pelecehan yang dilakukan seseorang atau kelompok kepada baginda Rasulullah.

kisah lain yang menceritakan tentang jenazah yang ditolak bumi karena dusta yang ia lakukan kepada nabi Muhammad. Sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dari jalur Anas bin Malik yang berkata, “Di antara kami ada seorang laki-laki dari Bani Najjar yang telah membaca surah al- Baqarah dan surat Ali Imran dan dia seorang penulis wahyu untuk Rasulullah SAW. Kemudian, dia pergi melarikan diri dan bergabung bersama Ahli Kitab yang menyanjungnya.

Mereka berkata, ‘Orang ini pernah menjadi penulis wahyu bagi Muhammad’, sehingga mereka pun mengaguminya. Tidak beberapa lama kemudian Allah menimpakan bencana pada orang itu hingga kematiannya.

Mereka para ahli kitab menggali kuburan untuknya dan menguburkannya. Keesokan harinya bumi telah memuntahkan jasad orang itu ke permukaan.

Hal itu dilakukan berulang kali, namun lagi-lagi mereka menggali kuburan dan menguburkan jasad orang itu dan begitu pula keesokan harinya bumi memuntahkan kembali jasad tersebut. Akhirnya, mereka ahli kitab membiarkan jasad orang itu terbuang.” (HR Muslim).

Ada pula kisah yang diabadikan dalam al-qur’an, yaitu kisah orang-orang munafik yang menjadikan Allah, al-qu’ran, serta Muhammad sebagai bahan bercandaan.

Dimana pada peristiwa Perang Tabuk, sekelompok orang munafik berkata, “Kami tidak pernah melihat seperti para penghafal Alquran itu. Belum pernah ada orang yang lebih rakus, lebih buncit perutnya, lebih suka berdusta, dan lebih pengecut dalam pertempuran ketimbang mereka.”

Seketika persoalan ini sampai kepada Nabi Muhammad, beliau sedang akan menaiki untanya kemudian orang-orang munafik tadi didatangkan kepadanya dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami waktu itu hanya bersenda-garau dan bermain-main saja, sebagaimana obrolan orang-orang di perjalanan jauh demi mengisi waktu luang,” kata salah seorang dari mereka. Mendengar itu, Nabi SAW bersabda, “Mengapa terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”

Hingga kemudian turun firman Allah SWT, surah at-Taubah ayat 65. Artinya, “Dan jika kamu (Muhammad) tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’”

Bertapa banyak peringatan dan kisah yang dapat kita jadikan pelajaran agar tidak bermain-main dengan ajaran Islam, walaupun itu dilakukan dengan tidak sengaja ataupun bahan bercandaan karena hal demikian termasuk orang-orang munafik dan pendusta. Pun, apa yang dilakukan oleh pihak Holywings semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita.

Penting pula bagi kita sosok pemimpin yang mencintai Allah, Rasulullah dan ajarannya. Barangsiapa yang mencintai Allah, Rasulullah dan ajarannya, maka ia akan senantiasa benci kepada sesuatu yang menistakan dan melecehkan apa yang ia cintai.

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang beriman yang akan mendapatkan pertolongan Allah dan syafaat baginda Rasulullah di yaumul akhir. Wallahu’alam bishawab

Penulis: Yusriani Rini Lapeo, S.Pd.
(Pemerhati Umat dan Anggota Muslimah Media Jakarta)

Publisher: Yusrif Aryansyah

Komentar