Inflasi Sultra Tahun 2023 Diperkirakan Menurun 3,18 Persen

Ilustrasi
Ilustrasi

TEGAS.CO., KENDARI – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memperkirakan inflasi di Sultra menurun 3,18 persen.

Hal tersebut mengemuka dalam Forum Konsultasi Publik Penyusunan RPD Sultra 2024-2026 dan RKPD Sultra 2024 yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sultra di salah satu hotel di Kota Kendari, Selasa (21/2/2023).

Iklan Pemkot Baubau

BI Sultra menyatakan, perkiraan turunnya inflasi didorong beberapa faktor, Pertama, penurunan komponen volatile ford seiring dengan berbagai program peningkatan produksi komoditas tanaman pangan dan hortikultura.

Kedua, normalnya cuaca berakhirnya La Nina sesuai prediksi BMKG bulan Juni sehingga tanaman dapat kembali normal.

Ketiga, beroperasinya bendungan Ladongi serta membaiknya produktivitas tanam selaras dengan berbagai program intensifikasi dan ekstensifikasi yang dilakukan.

Ilustrasi
Ilustrasi

Keempat, sinergi TIPD semakin erat dalam pengendalian inflasi baik di level Provinsi, Kabupaten, dan Kota diperkirakan berdampak positif pada terjaganya tekanan inflasi ke depan.

Kelima, perlambatan ekonomi global di 2023 memengaruhi permintaan salah satunya minyak dunia dan komoditas internasional lainnya.

BI Sultra juga memaparkan, perekonomian Sultra tahun 2022 sebesar 5,53 persen meningkat dibandingkan tahun 2021 yang tumbuh 4,10 persen. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional yang tumbuh 5,31 persen.

Pertumbuhan ini dari sisi penawaran didorong lapangan usaha industri pengolahan dan pertanian. Sedangkan dari sisi permintaan didorong komponen pengeluaran dengan kontribusi tertinggi ekspor, konsumsi rumah tangga, dan konsumsi pemerintah.

Ilustrasi
Ilustrasi

Dari sisi inflasi, bulan Desember 2022 inflasi di Sultra sebesar 0,75 persen lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,34 persen, lebih tinggi dari inflasi nasional.

Capaian inflasi bulanan tersebut menyebabkan inflasi tahunan Sultra pada 2022 tercatat sebesar 7,49 persen, menjadikan Provinsi dengan inflasi tertinggi nasional kedua setelah Sumatera Barat.

Inflasi ini didorong peningkatan harga tarif angkutan udara, besin, rumah tangga, dan angkutan dalam kota yang harganya diatur pemerintah.

Sedangkan inflasi dari sisi komoditas pangan disumbangkan beras yang disebabkan penurunan produksi tahunan karena perbaikan bendungan dan permintaan seiring gagal panen di daerah lain.

REDAKSI

Komentar