TEGAS.CO,. NUSANTARA – Miris, mungkin hanya kata ini yang bisa menggambarkan kondisi anak anak saat ini. Betapa tidak anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar namun kini sebagian ada yang terlibat pengeroyokan bahkan sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Hal ini sebagaimana yang terjadi pada salah satu anak SD yakni MHD (9), bocah kelas 2 SD di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tewas akibat dikeroyok oleh sejumlah kakak kelasnya. Penganiayaan diduga dilakukan pada Senin (15-5-2023).
Kakek korban mengatakan, cucunya meninggal pada Sabtu (20-5-2023) setelah mendapatkan perawatan medis selama tiga hari di rumah sakit.
“Hasil visum, korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak,” katanya.
Kakek korban, MY (52) menjelaskan detik-detik sang cucu menutup mata untuk selamanya.
“Ketika ditanya siapa yang melakukannya (penganiayaan), korban hanya bilang AZ, namun itu tidak berlanjut karena suara korban sudah tidak ada,” ujarnya, Sabtu (20/05/2023/TribunTangeran.Com).
Peristiwa pengeroyokan ini turut mendapat perhatian dari pengamat masalah perempuan, anak, dan generasi dr. Arum Harjanti. Ia menyesalkan nasib tragis korban, apalagi pelakunya adalah kakak kelasnya sendiri.
“Sungguh tragis nasib MHD. Mirisnya, pelaku pengeroyokan adalah kakak kelasnya, dan lebih miris lagi mengetahui hasil visum yang sangat parah,” ungkapnya kepada MNews, Selasa (23-5-2023).
Ia menerangkan, parahnya kondisi korban menggambarkan betapa dahsyatnya kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak pelaku pengeroyokan.
Dari fakta ini tentu kita bisa menilai betapa kondisi generasi kita saat ini sangat memilukan.
Mengingat mereka adalah harapan bagi bangsa dan negeri ini. Dari fakta ini juga tentu muncul pertanyaan apa yang menjadi penyebab hal separah ini bisa terjadi ?
Perlu difahami bahwa berbagai tindakan kekerasan ataupun buliyyan yang semakin marak ditengah anak anak hari ini tidak lepas dari pengaruh kondisi dimana mereka hidup.
Ya, saat ini kita hidup ditengah penerapan sitem kapitalisme yang notabene landasannya adalah pemisahan agama dari kehidupan juga yang menjadi asasnya adalah kebebasan.
Dengan asas ini berbagai aktifitas yang dilakukan oleh individu, masyarakat dan bahkan negara berjalan.
Misalnya dalam hal tehnologi, informasi dan komunikasi saat ini setiap individu seolah dibebaskan untuk menciptakan konten konten kekerasan untuk ditayangkan di sosial media maupun dalam bentuk aplikasi berupa Game kekerasan.
Dari kondisi inilah kemudian anak anak terbiasa melihat kekerasan disekitarnya hingga terdorong melakulan hal yang serupa. Mengingat kondisi anak anak itu cenderung melakukan apa yang mereka lihat atau istilahnya adalah “Children see Children do”.
Tidak hanya berbagai tayangan dan konten media kekerasan. Akan tetapi kondisi keluarga juga sangat berpengaruh besar terhadap perilaku anak.
Keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak tentu berperan penting dalam membangun karakter anak. Penanaman keimanan dan akhlak oleh orang tua akan menjadi dasar kepribadian anak yang baik
Sayangnya, saat ini sebagian orang tua terutama seorang ibu justru sibuk mencari nafkah keluarga dan melalaikan tugas dan kewajibannya dalam mendidik anak, lebih lebih seorang ayah saat ini juga disibukan dengan hal yang sama akibatnya sebagian anak anak justru kehilangan jati diri dan karakternya. Mereka, tidak mampu memilih dan memilah hal apa yang harus dilakukan.
Kondisi ini diperparah oleh sistem pendidikan yang kurikulumnya justru mendorong para tenaga pendidik untuk fokus pada metode pendidikan yang memperhatikan penilaian akademik semata tanpa memperhatikan nilak ahlak, adab dan keimanan peserta didiknya seperti apa.
Akibatnya, muncullah para generasi pelajar yang dari segi nilai akademik tinggi namun berperilaku amoral dan miskin adab bahkan menganggap kekerasan adalah hal yang biasa.
Berbeda dengan sistem saat ini, Islam memandang generasi adalah tonggak dan masa depan sebuah bangsa dan negara. Dengan pandangan ini negara akan senantiasa meriayah mereka agar memiliki karakter dan kepribadian yang baik menurut Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menciptakan suasana Islami baik melalui edukasi, sistem pendidikan ataupun penerapan aturan.
Dalam Islam negara berperan sebagai periayah (pemelihara) urusan umat. Negara akan memenuhi seluruh kebutuhan umat dengan cara yang mulia. Baik kebutuhan fisik, psikis ataupun spiritualnya.
Dalam hal kebutuhan fisik misalnya, negara akan memenuhi kebutuhan sandang, papan, dan pangan dengan mekanisme langsun yakni dengan menyalurkan harya zakat (dari orang orang kaya) ataupun dengan mekanisme tidak langsun misalnya dengan menciptakan lapangan kerja agar umat bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pun kebutuhan psikis umat, negara akan memenuhinya dengan penerapsn aturan yang bisa menciptakan suasana yang baik juga mencegah berbagai hal yang bisa merusak psikis anak anak (generasi) misalnya melarang adanya konten dan tayangan yang tidak layak tonton seperti konten kekerasan, konten porno dan lainnya. Dan negara akan menjatuhkan sangsi bagi siapa sj uang menyebarkan konten konten yang tidak layak tonton tadi.
Tidak hanya itu juga dalam sistem pendidikan Akidah dan tsaqofah Islam yang akan menjadi sumber kurikulum di sekolah sekolah ataupun universitas universitas yang ada.
Hingga dengan cara ini maka umat akan senantiasa mendapatkan pendidikan dan penanam akidah dalam diri mereka hingga secara otimatis spirit islam akan senantiasa mengalir dalam diri umat.
Dengan ini tidak akan ditemui anak anak yang berprilaku amoral, miskin adab, ataupun anak anak yang berperilaku sadis. Wallahu A’lam.
Penulis: Satriah Ummu Aulia (Pengurus MT Mar Atul Mut Mainnah)
Komentar