Keluhan Pekerja Pantai Yoro: Kami Ditipu, Kami Kecewa

Para pekerja kesal belum mendapatkan upah sesuai komitmen awal dari pihak penyedia (kontraktor) hingga memilih memasang plang “penyegalan” depan gerbang pintu masuk pantai yoro, Binongko.

TEGAS.CO., WAKATOBI – Raut wajah Aliaddin nampak kecewa. Dia salah seorang buruh kerja Pantai Yoro yang menuntut upah yang tak kunjung dibayarkan oleh pihak perusahan.

Bersama Media ini, pada Jum,at pekan lalu, Pria yang berpostur tubuh tinggi ini bercerita blak-blakan mengenang kesepakatan antar pekerja dan pihak Penyedia.

Iklan Pemkot Baubau

Aliaddin bukan sendiri, sebanyak 44 buruh kerja proyek penataan Pantai Yoro Kelurahan Wali Kecamatan Binongko itu menanti harapan.

Rasa kecewa bercampur kesal para pekerja pun ‘dilampiaskan’ dengan menyegel akses pintu masuk pantai (gapura). Bukan sekali Aliaddin dan kawan-kawannya (dkk) bereaksi. Bersuara menuntut upah.

Lewat media sosial (medsos), beberapa waktu lalu, mereka menyuarakan hak-haknya. “Di mana kami menyampaikan aspirasi ini. Sementara pemerintah dan pihak perusahaan tidak pernah temui kami,” ujarnya.

Kata Aliaddin, masih ada 500 jutaan rupiah uang pekerja yang belum dibayarkan pihak PT. Bahana Prima. Nilai itu merupakan hasil kesepakatan.

Namun, belakangan perusahaan yang diketahui milik Supardi itu tak mau membayar senilai apa yang menjadi tuntutan para pekerja.

“16 item bangunan yang kami kerja diborong dan kami Rp 1 miliar dua ratus lebih. Ini hasil kesepakatan awal. Ini malah kami diberitahu nilai borongan itu akan dikurangi 300 juta lebih,” kesalnya.

Sedangkan selama ini para kuli kasar bangunan itu baru mendapatkan uang muka alias panjar gaji dari Perusahaan penyedia Rp 14 juta perorang.

Lewat La Masida, orang kepercayaan La Naane, para pekerja melakukan kesepakatan nilai. Modelnya sistim borongan dengan target kerja lima bulan kalender.

Seiring berjalan waktu, para pekerja mendapat tambahan item pekerjaan, diluar 16 item seperti bangunan musholah dan area kuliner. “Ada pekerjaan tambahan yang kami ditugaskan dan itu diluar 16 item bangunan yang kami bicarakan,” ucap pekerja lain, La Madi.

“Kami ditipu, kami kecewa. Kalau kami tahu hanya 6 miliar kami tidak akan kerja,” pekik Aliaddin, disamping rekan kerja lainnya.

Para pekerja pun hingga kini masih berupaya menagih komitmen pihak perusahan PT Bahana Prima selaku penyedia proyek.

Satu, dua kali, dan bahkan beberapa kali mereka melakukan aksi demo. Para pekerja berjuang agar hak upah mereka dibayarkan.

Mereka ingin ada perhatian pemerintah daerah. “Kami ingin pihak perusahan segera bayarkan gaji kami sesuai komitmen awal.

Penulis: Rusdin

Editor: Redaksi

Komentar