TEGAS.CO., KENDARI – Nilai ekspor di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terus mengalami peningkatan setiap tahun. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sultra mencatat nilai ekspor terendah terjadi di tahun 2018 dengan nilai Rp1,002 triliun, sedangkan nilai ekspor tertinggi terjadi di tahun 2022 mencapai 5,36 miliar USD atau sebesar Rp75,13 triliun.
Kepala Disperindag Sultra Hj. Sitti Saleha mengatakan, nilai ekspor tahun 2022 mengalami peningkatan 26,58 persen jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang hanya Rp4,2 triliun. Selain ekspor, pada tahun 2019 nilai impor mencapai Rp1,3 triliun dan di tahun 2022 mencapai Rp2,5 triliun.
Adapun komoditas ekspor di Sultra yaitu, tahun 2018 yakni nikel ore, ferro nikel atau NPI, granular, natural bitumen atau aspal, gurita beku, ikan terbang, udang vannamei, getah damar, cocoa butter atau cake.
Tahun 2019, yakni nikel ore, ferro nikel, granular, natural bitumen atau aspal, gurita beku, ikan tuna, udang vannamei, getah damar, cocoa butter atau cake, dan kacang mete.
Tahun 2020 adalah satainlees steel, ferro nikel atau NPI, natural bitumen atau aspal, gurita beku, udang vannamei, lada putih, coconut fiber, cumi-cumi, kerang dara, ikan cakalang, cocoa butter atau cake, dan kacang mete.
Ekspor tahun 2021 yaitu stainless steel, ferro nikel atau NPI, natural bitumen atau aspal, gurita beku, udang vannamei, pala, ikan hias, kepiting, rajungan, kepiting bakau, lobster, crab meat atau kepiting kaleng, dan kacang mete.
Sedangkan tahun 2022, yakni stainless steel, ferro nikel atau NPI, natural bitumen atau aspal, gurita beku, udang vannamei, kacang mete, daging kepiting kaleng, gurita beku, kakap merah, kepiting bakau, tenggiri segar, kerapu segar, dan fresh tuna loin.
“Negara tujuan ekspor pada tahun 2018 itu Jepang, Taiwan, China, USA, Netherland, India, Korsel, Germany, Brazil, dan Italia. Sedangkan untuk tahun 2022 USA, Japan, Korea Selatan, India, Jepang, Korea Selatan, India, Hongkong, Vitenam, China, Singapore, dan Thailand,” jelas Sitti Saleha.
Mantan Penjabat (Pj) Buapati Bombana ini mengungkapkan, pada tahun 2022, terjadi surplus pada neraca perdangangan Sultra sebesar 2,8 miliar USD. Dengan rincian nilai ekspor 5,3 miliar USD dan nilai impor 2,5 miliar USD.
Sedangkan nilai perdagangan antar pulau untuk tahun 2022 sebesar Rp2.516.913.917.000 yang terbesar adalah pada sektor industri yakni Rp1.038.680.118.600, selanjutnya adalah sektor perkebunan sebesar Rp706.577.157.000.
Ia menambahkan, ekonomi Sultra triwulan IV 2022 terhadap triwulan IV 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 5,57 persen (y-on-y). Pertumbuhan tersebut terjadi pada sebagian besar lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan yakni industri pengelolaan sebesar 10,92 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 23,28 persen.
“Pertumbuhan ekonomi ini tidak jauh merupakan dukungan, inovasi, dan dorongan semua pihak. Adapun berbagai kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan eknomi masyarakat seperti pelatihan bisnis online ekspor,” pungkasnya. (info)
Komentar