Bahaya Penyakit Jantung Koroner di Masyarakat

Bahaya Penyakit Jantung Koroner di Masyarakat
Sitti Agustina Solfia S

TEGAS.CO,. KENDARI – Banyak Masyarakat yang beranggapan bahwa penyakit jantung koroner ini banyak terjadi pada usia lanjut. Namun nyata nya hal ini bisa juga terjadi pada generasi muda. Mengingat banyak generasi muda yang menjalani pola hidup yang tidak sehat serta kurangnya aktivitas fisik.

Dalam artikel ini akan dibahas mengapa generasi muda juga beresiko mengalami jantung koroner dan apa saja pencegahan yang bisa dilakukan.

Iklan ARS

Sebelum melakukan pencegahannya kita harus tau penjelasan terkait penyakit ini. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyempitan dinding arteri koronaria karena pembentukan lemak yang mengakibatkan menurunnya aliran darah pada pembuluh darah. Kondisi ini berdampak pada menurunnya kebutuhan oksigen otot jantung sehingga menyebabkan penurunan fungsi otot jantung dan kerusakan sel otot jantung.

Penyakit jantung koroner dapat menyerang siapa saja yang belum menerapkan pola hidup sehat.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia menjelaskan studi baru yang dilakukan oleh the ARIC Community Surveillance Study 2018 mengenai pasien infark miokard akut (IMA) di Amerika Serikat. Penelitian dilakukan sejak 1995-2014 menghasilkan pernyataan bahwa penyakit jantung yang diteliti, 30% telah menyerang usia muda 35-54 tahun dan insiden pertahun penyakit jantung tersebut menunjukkan peningkatan pada perempuan muda dibanding laki-laki muda. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa faktor risiko hipertensi dan diabetes dapat meningkatkan risiko penderita penyakit jantung di usia muda (PERKI, 2018).

Penyakit kardiovaskuler menjadi salah satu penyebab kematian secara global pada setiap tahunnya. Penyakit kardiovaskuler sendiri merupakan penyakit yang disebabkan adanya gangguan fungsi pada jantung serta pembuluh darah di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang termasuk penyakit kardiovaskuler sendiri adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Kemenkes, 2014).

Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya arterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Putri W,2019).

Pada penderita dengan PJK, terdapat kondisi fisik yang mengalami masalah seperti nyeri dada, sesak, intoleransi aktivitas, dan gangguan seksual (Rosidawati, Ibrahim, & Nuraeni, 2015). Sedangkan secara psikologis, penderita PJK akan rentan mengalami cemas dan depresi (Gustad, Laugsand, Janszky, Dalen, & Bjerkeset, 2014; Lane, Carrol, & Lip, 2003).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan tingkat cemas dan depresi pada penderita dengan PJK cukup tinggi. Cemas dari tingkat ringan-sedang sebanyak 37% dan cemas berat 3% (Rachmi, Nuraeni, & Mirwanti, 2015) sedangkan depresi (ringanberat) dialami oleh 62,1% penderita PJK (Lismawaty, Nuraeni, & Rapiah, 2015).

Proses terjadinya PJK yang cukup panjang sesungguhnya tersedia cukup waktu untuk mencegah dan mengendalikannya. Beberapa langkah pencegahan penyakit jantung koroner adalah :

1. Melakukan diet rendah garam dan kolesterol Dalam hal ini natrium sangat berperan dalam peningkatan tekanan darah tinggi dan kelebihan kolesterol akan mengendap dalam pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yaitu atherosclerosis (Soeharto, 2001).

2. Olahraga secara teratur Aktifitas fisik yang baik ditambah lagi olahraga yang teratur memungkinkan obesitas dapat terhindar sehingga akan mengurangi kelebihan energi dan mengurangi peningkatan risiko penyakit jantung atau penderita gagal jantung (Soeharto, 2001).

3. Menghindari obesitas Seseorang dapat menghindari obesitas dengan selalu melakukan, baik itu di jalan atau di tempat lain. Adanya kelebihan lemak dalam tubuh akan menjadi penghalang bagi gerakan tubuh, karena itu penderita obesitas akan selalu terlihat lamban melakukan gerakan. Akibat gerakan yang lamban itu, penderita obesitas lebih cenderung mengalami kecelakaan, baik di rumah maupun di jalan atau di tempat lain. Kelebihan berat badan ini akan memaksa jantung bekerja lebih keras. Adanya beban ekstra bagi jantung tersebut, ditambah dengan adanya kecenderungan terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri koroner, cenderung mendorong terjadinya kegagalan jantung (Soeharto, 2001).

4. Mengurangi stress Orang yang biasanya mengalami emosi negative yang kuat, khususnya merah, memiliki kemungkinan jauh lebih tinggi mendapat serangan jantung daripada mereka yang realiktik, optimistik dan bahagia. Oleh karena itu, praktik yang membantu menenagkan kemarahan dan emosi yang kuat lainnya dapat membantumencegah serangan jantung. Teknik-teknik seperti meditasi, pelatihan pengelolaan kemarahan, yoga, tai chi, dan olahraga bermanfaat dalam pembelajaran untuk mencegah emosi yang negative (Chung, 2010). Tidak merokok atau berhenti merokok Merokok satu pak perhari, orang akan memiliki resiko serangan jantungnlebih tinggi dua kali dari mereka yang tidak merokok. Selain itu, jika orang merokok sekaligus menderita serangan jantung, maka orang tersebut kurang mungkin bertahan hidup dibanding para nonsmoker. Jika orang terus menerus setelah mendapat serangan jantung pertama, kesempatan orang untuk mendapat serangan kedua akan meningkat tajam. Maka seseorang dengan faktor resiko koroner dianjurkan berhenti merokok atau bahkan dianjurkan untuk tidak merokok. Lagi pula, merokok itu meningkat risiko serangan jantung tiba-tiba dan juga kesempatan penyumbatan kembali arteri koroner (Chung, 2010).

Penulis : Sitti Agustina Solfia S (Mahasiswa Universitas Mandala Waluya Kendari)

Publisher : Dion Pramono

Komentar