TEGAS.CO.,KENDARI – Dikutip dari salah satu media online, sejak dahulu pesona keindahan Teluk Kendari menjadi daya tarik tersendiri di kalangan turis dan para pelancong. Kondisi tersebut membuat kawasan ini sangat sesuai untuk dijadikan sebagai ikon wisata Kota Kendari. Geliat pembangunan pun masif dilakukan, pembangunan Masjid Al-Alam, Jembatan Teluk Kendari, Kebun Mangrove, dan tempat-tempat wisata lainnya terus didirikan.
Teluk Kendari pun sudah menjadi kawasan destinasi wisata terbesar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Namun di balik percepatan geliat pertumbuhan ekonomi, ada nestapa bagi Teluk Kendari. Kawasan teluk mengalami degradasi kualitas lingkungan. Pendangkalan oleh gejala sedimentasi. Suatu pengendapan material yang dibawa oleh air, angin serta juga glester.
Pemerhati lingkungan, Dr. La Baco Sudia, yang juga staf pengajar Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO mengatakan, sedimentasi yang masif terjadi di Teluk Kendari berasal dari muara lebih dari 10 sungai yang tersebar di berbagai daerah, diantaranya Sungai Wanggu dan Sungai Kambu (22/11/2021).
Ketua Forum DAS Sulawesi Tenggara ini juga menyebutkan, pembangunan infrastruktur termasuk pembangunan Masjid AL-Alam dapat mempengaruhi sedimentasi di Teluk Kendari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Reklamasi Teluk Kendari yang dilakukan untuk kepentingan pembangunan fasilitas publik juga turut berandil besar terhadap kerusakan yang terjadi di teluk tersebut.
“Kalau di Dinas Lingkungan Hidup Kota Kendari belum ada upaya lebih yang dilakukan untuk ini, tapi kami ada menangani sampah-sampah di Teluk Kendari. Jadi setiap hari, turun untuk membersihkan sampah-sampah di sana,” kata Kepala Bidang Kebersihan Jalanan dan Lingkungan DLH Kota Kendari, Prayitno Riyadi, Selasa (23/11/2021). Pihaknya juga menjelaskan, permasalahan sedimentasi di Teluk Kendari merupakan permasalahan yang cukup kompleks, mencakup lingkungan provinsi sehingga perlu adanya dukungan dari pemerintah provinsi.
Kegagalan Tata Kelola Pariwisata Dalam Kapitalisme
Pariwisata di Teluk Kendari tidak lagi diperhatikan oleh pemerintah, sedimentasi tak kunjung usai. Hal ini tidak lagi dipelihara dan dirawat tempat-tempat wisatanya, salah satunya Teluk Kendari. Padahal tempat wisata merupakan tempat umum yang memang harus difasilitasi oleh negara dan diperhatikan. Keindahan Teluk Kendari akan hilang jika belum dilakukan penanganan akibat sedimentasi.
Sedimentasi adalah proses mengendapnya material hasil erosi di suatu tempat tertentu. Pengendapan material dapat diakibatkan oleh air, angin, es atau glester pada suatu cekungan yang kemudian membentuk jenis batuan baru yang dinamakan batuan sedimen. Endapan-endapan yang terkumpul menjadi batuan baru terdiri dari abiotik, seperti tanah dan pasir yang berasal dari pelapukan atau pengikisan dalam jangka waktu yang lama.
Namun sampai saat ini dukungan pemerintah provinsi enggan mengabaikan hal tersebut, membiarkan wisata Teluk Kendari menjadi nestapa akibat sedimentasi. Ketika pariwisata menjadi pemasukan anggaran pemerintah, mereka tidak mengabaikan ketika menerima pemasukan. Tetapi pada faktanya, mereka tidak ada perhatian untuk memelihara dan melakukan perawatan terhadap tempat-tempat wisata.
Fasilitas umum di suatu wilayah adalah kewajiban negara, negara adalah pemerhati yang kewajibannya mengayomi seluruh wilayah-wilayah yang ada di Indonesia. Meski bukan prioritas, namun harus mendapat perhatian dari negara. Namun dalam sistem kapitalisme, pemeliharaan tempat semacam ini, menunggu tender yang akan diproyekkan kepada pihak swasta. Yang dampaknya tentu saja akan ditarik iuran saat masuk ke area ini.
Sistem kapitalisme memang tidak mengutamakan hal seperti ini, pemerintah di sistem kapitalisme lebih mengutamakan kepentingan korporasi. Korporasi adalah faktor yang menyulitkan niat untuk mewujudkan kelestarian lingkungan, seperti kurangnya perhatian penanganan wisata yang terjadi di Teluk Kendari. Masalah lingkungan sedimentasi yang terjadi di Teluk Kendari butuh kebijakan pemerintah untuk mampu menuntaskan masalah hingga ke akar-akarnya. Mulai dari tataran individu, masyarakat hingga negara.
Sebab kerusakan lingkungan akibat sedimentasi yang terjadi di Teluk Kendari, akan berdampak besar jika tidak diperhatikan. Salah satunya wisata Teluk Kendari akan hilang. Untuk mengatasi pengendapan yang menyebabkan gangguan aliran air sungai, seperti pendangkalan sungai yang bisa menyebabkan banjir. Maka harus diawali dengan mencari sumber penyebab terjadinya endapan.
Islam Solusinya
Masalah lingkungan akibat sedimentasi Teluk Kendari butuh penanganan sistemis dan dukungan pemerintah provinsi. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan harus sesuai dengan perintah Allah Subhanahu Wata’alaa yang menciptakan lingkungan, seperti wisata-wisata yang di bangun melalui tangan-tangan manusia sebagai habitat seluruh makhluk. Oleh sebab itu penting merujuk pada Islam dalam memelihara dan mengelola lingkungan.
Islam adalah solusi dalam setiap permasalahan, yakni dengan menerapkan syariat Islam secara sempurna. Allah Subhanahu wata’alaa. berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya.”(QS Al-A’raf:56).
Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam. sendiri sering mengingatkan kepada para sahabat untuk menjaga keindahan lingkungan. Saat Rasulullah Saw. ingin pergi berperang beliau tidak lupa memerintahkan para sahabat agar tidak menebangi pohon dan merusak lingkungan. Sehingga para sahabat saja menyadari hakikat firman Allah, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.”(QS Ar-Ruum:41).
Alhasil, penanganan lingkungan harus bersifat sistemis. Pengelolaan yang lahir dari kapitalisme tidak akan mampu mengurai masalah sedimentasi di Teluk Kendari. Oleh sebab itu hanyalah Islam yang mampu mengelola dan memelihara lingkungan, yakni dengan diterapkannya seluruh syariat Islam. Karena Islam adalah aturan yang sempurna dari Allah Subhanahu wata’alaa. wallahualam.
Penulis: Anica Wildasari (Mahasiswa USN Kolaka)
Editor: H5P
Komentar