tegas.co, YOGYAKARTA – Pementasan alat musik Tabuhan Nusaraya Kamis (27/4/2017) malam, menampilkan alat musik dari Wonosobo, Jawa Tengah, yaitu Bundengan. Alat musik yang hampir punah ditindas kemodernan tersebut sedang mencoba untuk bangkit, dengan melebarkan sayapnya dengan memodernisasi cara permainan dan pementasannya.
Hengky Krisnawan seorang yang telah menyelamatkan dari jurang kepunahan Bundengan menjelaskan bahwa ia seperti mendapat ilham dari Tuhan untuk melanjutkan perkembangan alat musik tersebut.
“Saya seperti mendapat ilham dari Tuhan untuk melanjutkan perjuangan Pak Barnawi, sosok yang telah menemukan alat musik tersebut” Ujarnya.
Pasalnya beliau baru bertemu sebanyak dua kali dengan Barnawi, kemudian Barnawi meninggal dunia dan meninggalkan semua ilmu alat musik Bundengan.
Untuk menghasilkan nada yang merdu, alat musik ini disatukan dari berbagai gerakan dari petikan, kicrikan dan tembang lagu Jawa.
“Agar musik ini bisa berkembang kemasyarakat luas mari bersama-sama kita lestarikan dengan melalui workshop-workshop ke anak-anak sekolah, harapannya agar bisa terkenal hingga Internasional” Imbuhnya.
Selain Bundengan, alat musik dari Indonesia paling Barat, Aceh. Juga ditampilkan dalam pementasan tersebut. Yaitu Rapai, merupakan alat musik tradisional yang tidak bisa terpisahkan dari masyarakat Aceh baik secara filosofis maupun kultural.
Anas seorang mahasiswa yang telah lama menggeluti alat musik tersebut berpesan kepada anak-anak muda agar bisa mengasah skill untuk bisa memainkan alat musik tersebut.
“Sebagai anak muda kita harus sadar dengan skill dengan cara mengasah untuk bisa memainkan alat musik Rapai ini” Ujarnya.
Selain mementaskan diatas panggung, acara malam ini juga digunakan para penggiat seni dari masing-masing daerah untuk mengajarkan kepada para pengunjung tata cara memainkan alat musik mereka.
NADHIR / HERMAN
Komentar