Sesepuh Bangsa Hadir di Yogyakarta Untuk Perdamaain Indonesia

tegas.co., YOGYAKARTA – Dalam menyikapi situasi, saat ini Sesepuh Bangsa hadir di Kota Yogyakarta dalam Forum Sesepuh Bangsa Untuk Perdamaian Indonesia di University Club (UC) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat (26/5). Mereka hadir untuk menyampaikan keprihatinan dan seruan atas kondisi kebangsaan saat ini untuk mendeklarasikan perdamaian.

Sesepuh Bangsa Hadir di Yogyakarta Untuk Perdamaain Indonesia
Sesepuh Bangsa Hadir di Yogyakarta Untuk Perdamaain Indonesia FOTO : NADHIR ATTAMIMI

Diantara Sesepuh Bangsa yang hadir, Mohamad Sobary, H. Abdul Munir Mulkhan, Budi Suniarto, Bhikkhu Nyana Suryanadi, Pdt. Gomar Gultom, Nyai Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid, Buya Ahmad Syafi’i Maarif, Kadinal Julius R Darmaatmadja, Engkus Ruswana, Ida Bagus Agung, KH. Moh Quraish Shihab, dan K. H. Ahmad Mustofa Bisri.

Allisa Wahid selaku moderator dalam kegiatan tersebut menuturkan, Pilkada Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta telah menggetarkan seluruh Indonesia dari Sabang hingga Merauke, rasa tidak aman pun semakin terasa.

“Rasa tidak aman semakin terasa di penjuru Indonesia, Pilkada DKI sudah membawa getarannya sampai ke ujung Indonesia. Jika hal ini terus dibiarkan maka bangsa Indonesia akan makin sulit melangkah ke depan,”kata Allisa saat membuka acara.

Nyai Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid menyampaikan, kita harus menjaga dan merawat bangsa dari berbagai macam rong-rongan yang bertujuan untuk mengobrak-abrik bangsa Indonesia.

“Oleh karena itu kita harus bersatu untuk melawan kezoliman dan ketidakadilan yang muncul di Indonesia,”lanjutnya.

Sepuluh diantaranya menghadiri langsung acara ini, sedangkan KH. Moh Quraish Shihab dan K. H. Ahmad Mustofa Bisri menyerukan seruannya melalui video yang ditayangkan saat acara berlangsung.

Buya Ahmad Syafi’i Maarif menyampaikan situasi kita sudah jelas memprihatinkan, kita boleh hanyut dalam keputusasaan, tapi harus bangkit kembali untuk menyelamatkan anak cucu dan bangsa kita.

“Sampaikan kepada siapa saja, kita tidak boleh berada di dalam situasi yang tidak menentu,” ungkapnya.

Kadinal Julius R Darmaatmadja menyampaikan, kita harus merawat persaudaraan sejati dan mensejahterakan satu dengan yang lainnya. Allah yang menciptakan kita semua yang banyak perbedaan, namun perbedaan itu merupakan kekayaan.

“Berdasarkan iman kita masing-masing, bahwa Allah kita menciptakan kita dalam keberagaman, dan keberagaman itulah menjadi kekayaan, kita menghormati satu dengan yang lainnya dan menciptakan persaudaraan,”tandasnya.

Bhikkhu Nyana Suryanadi juga menyampaikan, kita harus menyikapi persoalan dengan lembut, sehingga dapat memberi contoh kepada yang lainnya. “Kita tidak menyerah dengan kesulitan, karena kesulitan itu ada untuk membuat kita lebih maju, mari kita selesaikan permasalahan ini dengan damai dan santun,”ucapnya.

Mewakili para sesepuh bangsa, H. Abdul Munir Mulkhan membacakan lima poin seruan sesepuh bangsa, isinya yaitu, pertama semua elemen bangsa, khususnya Pemerintah harus melakukan penyadaran bagi semua pihak tentang pentingnya persatuan dalam Indonesia yang Bhinneka, dan mendudukkan Pancasila sebagai kepribadian bangsa untuk semua generasi.

“Kedua, pemerintah harus bersikap tegas dan bijaksana dalam menanggapi situasi yang menjurus pada keretakan persatuan dan segera bertindak mengutamakan keselamatan bangsa dan negara,” lanjutnya.

Kemudian ketiga, dengan tegas ia membacakan pemerintah harus memiliki sikap dan bahasa yang sama dalam menghadapi berbagai tantangan hidup berbangsa dan bernegara.

“Keempat, pendidikan politik dan sejarah kebangsaan perlu dikuatkan kembali, baik kepada para politisi maupun semua elemen bangsa, demi keselamatan dan masa depan bangsa,”seru Abdul Munir.

Terakhir, perlu dibangun persaudaraan sejati dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan, bahkan semua agama mewajibkan penerimaan dan penghormatan kepada orang lain.

NADHIR ATTAMIMI

PUBLISHER : MAS’UD

Komentar