tegas.co., KENDARI, SULTRA – Badan Nasional Penangulangan Teroris (BNPT) dan Forum Kordinasi Pencegahan Tororisme (FKPT), bekerjasama Lembaga Dakwa Kampus (LDK) dari berbagai Universitas di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar dialog menghadirkan Mantan pelaku Teroris, Ali Fauzi Manzi, Kamis (1/6/2017).
Dialaog tersebut mengangkat tema”Testimoni Mantan Terosis”. Mantan Teroris Jamaah Islamiah sekaligus juga adik dari Amrozi dan Ali Imron ini mengatakan, Teroris di Indonesia terbagi dua kelompok yakni, kelompok Jama’ah Islamyah dan Isis.
“Banyak yang tidak percaya bahwa orang Indonesia bisa membuat Bom, bahkan keluarga saya sendiri tidak percaya. Adiknya ini mahir membuat bom,”Ujarnya saat berbicara pada dialog di Lembaga Dakwa Kampus dalam pencegahan terorisme.
Ali bercerita, dirinya dulu belajar merakit bom hingga ke Mindanau pulau terbesar ke dua di Philipina.
Di sana kata dia, dirinya belajar berbagai tehnik membuat bom dan operasi perang.”Jadi saya Ahli membuat bom,”kata mantan anggota teroris dari kelompok Moro Islamic Liberation Front, (MILF) itu.
Setelah lulus dari Philipi, iya kembali ke Indonesia dan Malaysia. di sana dirinya mulai melakukan teror.
Saat itu, dia ditunjuk sebagai Instruktur (Field Engineering) Perakit Bom Jama’ah Islamyaah (JI) wilayah Jawa Timur. Ali mengaku, dirinya keluar JI, dan bergabung dengan kompok (Komite Penanggulagan Krisis).
“Jadi dulu kerjaan saya hanya bolak balik Poso, Ambon sambil bawa angota dan suplay senjata saja,” katanya.
Kepala Instruktruktur Pelatihan Militer Milisi Ambon dan Poso, kini hidupnya berubah drastic, setelah tertangkap tahun 2014 lalu, oleh pihak keamanan PNP (Polisi Keamanan Philipina).
Kata dia, dirinya menjalani kehidupan di penjara lalu dideportasi ke Indonesia dan mendapatkan pembinaan Satgas Bom Mabes Polri, karana sakit.
“Alhamdulilah mungkin ini hidayah dari Allah saya sekarang lebih senang menjadi pengamat bom dari pada perakit bom,”tandasnya.
ODEK
PUBLISHER : MAS’UD
Komentar