Hiruk Pikuk Pemilu 2019

Hiruk Pikuk Pemilu 2019
UMMUFAQIH

Pemilu merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh KPU dalam setiap 5 tahun sekali bertujuan untuk memilih pemimpin eksekutif dan legislatif, yang diharapkan oleh seluruh masyarakat agar dapat menemukan pemimpin yang dapat berlaku adil dan mengayomi masyarakat. Namun pada faktanya masyarakat malah dihenyakkan dengan berita penyelenggaraan pemilu 2019 ,yang mengalami banyak masalah seperti berita yang dilansir Tirto.id.

Penyelenggaraan pemilihan umum 2019 di  sejumlah daerah mengalami kendala dari masalah distribusi logistik, kekurangan surat suara, kerusakan kotak suara, hingga surat suara  tercoblos lebih dulu, deretan kasus ini menunjukkan KPU gagal menjamin pemilu berjalan langsung. Dari data yang dihimpun oleh Tirto setidaknya ada belasan Kabupaten/ Kota yang terhambat melaksanakan pemilu karena hal tersebut. Kasus pertama terjadi di Kabupaten Timur Nusa Tenggara Timur yang kekurangan surat suara, Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah ada 11 Kecamatan yang terancam tidak bisa mencoblos,  Kabupaten Bogor ada 682 kotak suara yang rusak. Beruntung KPU Kabupaten Bogor memiliki kotak suara cadangan kabupaten Cirebon Jawa Barat ada 12000 surat suara yang rusak. Kerusakan surat suara ini yang berupa kesalahan cetak, ada bercak tinta, Kota Palopo ada 2625 surat suara rusak.

Banyaknya deretan masalah yang ada dalam penyelenggaraan pemilu 2019 tentunya membuat kita semua bertanya mengapa semua itu bisa terjadi ? Bukan hanya satuataudua daerah, tetapi belasan daerah yang mengalami masalah. Yang itu semua dapat mengarah pada kecacatan pemilu sehingga KPU pun dinilai gagal dalam menjamin pemilu berjalan secara langsung, ditambah lagi berita bahwa ini semua diduga adanya kecurangan sehingga banyak orang yang membicarakan bahwa Pemilu 2019 diliputi dengan cara -cara yang curang.

Namun ketika kita berbicara tentang kecurangan bahwa setiap pemilu, bentuk-bentuk kecurangan hampir pasti terjadi atau setidaknya kita tak pernah bisa memastikan bahwa kecurangan sama sekali tidak ada meski tak selalu bisa dibuktikan. Kecurangan ini dapat terjadi dengan berbagai modus dan disetiap tahap penyelenggaraan pemilu baik,Pileg maupun Pilpres. Sejak persiapan, saat pencoblosan hingga proses perhitungan suara dan pengumpulannya berbagai bentuk kecurangan sangat mungkin terjadi.Kecurangan  ini secara garis besar tampak  di depan mata yakni, berupa politik uang misalkan sebelum hari H terjadinya serangan fajar. Tentunya kecurangan pemilu ini bukan hanya di tahun 2019, tetapi tahun-tahun sebelumnya pun terjadi. Kemudian yang paling menghebohkan yang sangat mengecewakan hati rakyat pemilu 2019 adalah adanya surat suara yang tercoblos lebih dulu. Inilah manipulasi politik demokrasi. Meski banyak kecurangan nampaknya tidak ada keseriusan pihak berwenang untuk mengusut apalagi menghentikan, pembiaran yang seperti inilah yang membuat kecurangan dan kebohongan semakin merajalela di negri ini.Dan anehnya pelaku semua itu adalah orang-orang yang katanya mau merubah Negeri ke arah yang lebih baik adil dan makmur.

Rakyat yang menginginkan perubahan tentu sangat prihatin terhadap pemikiran orang-orang yang dipercaya dan diharapkan untuk dapat membawa perubahan dan pemilu yang diharapkan bisa berlangsung jujur dan adil, nyatanya malah memperlihatkan ketamakan penguasa  dan kekuasaan. Demokrasi hanya berpihak pada mereka yang punya kekuasaan dan uang. Rakyat tak punya kekuasaan apapun mereka hanya objek penderita rakyat gigit jari menelan ludah akibat ulah penguasa curang yang haus kekuasaan. Tak ada kepentingan rakyat yang ada hanyalah kepentingan penguasa dan pemilik modal inilah yang mengakibatkan politisi mau bekerjasama dengan para pemilik modal (Kapitalis), meski merugikan kepentingan rakyat. Dengan kesepakatan yang menguntungkan para pemilik modal tersebut, sehingga ketika sudah menjadi penguasa maka wajar jika kebijakan atau aturan yang dibuat malah menguntungkan pemodal atau dirinya sendiri. Sementara rakyat terabaikan urusannya.

Dan ketika yang melakukan kecurangan dilakukan oleh mereka yang berkuasa maka dampaknya akan merugikan masyarakat luas, mereka punya dana dan perangkat untuk mendukung kecurangan itu,  namun pada sebagian masyarakat dianggap sebagai bentuk kebenaran dan keadilan.Padahal yang sebenarnya adalah kedustaan yang membawa kehancuran. Semua ini adalah hasil dari sistem kapitalis yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan ketika ada yang menghalangi jalan mereka dari tujuan, maka apapun akan disingkirkan termasuk dengan berdusta dan berbuat curang sangat besar peluang untuk dilakukan.

Tak ada kebohongan atau kecurangan yang abadi, semua pasti akan terbongkar seperti peribahasa sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga, sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai pasti akan tercium juga bau nya.

Dalam Islam kebohongan sangat dicela, begitu juga dengan kecurangan keduanya sangat dibenci oleh  Allah SWT. Dan balasan bagi mereka yang melakukan sangatlah Pedih.

Firman allah swt :

    “ Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah pembohong/ pendusta” (Qs.An nahl: 105 )     

Dari Ma’qil Bin Yasar ra. berkata aku mendengar Rasulullah saw. “ tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allah memimpin bawahannya  yang pada hari kematian ia Masih berbuat curang atau menipu rakyatnya melainkan Allah mengharamkan surga atasnya.” (Mutafaq ‘alaih )

Dari ayat dan hadist di atas jelaskan, bahwa betapa sangat tercela orang-orang yang berlaku curang atau kebohongan. Mereka bukanlah orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah dan ketika perbuatannya itu terus dilakukan hingga ajal menjemputnya maka Allah mengharamkan surga baginya.

Apalagi ketika kecurangan itu  digenggam oleh  para penguasa maka semua akan berdampak buruk bagi masyarakatnya, kita tidak akan menemui pemimpin yang amanah yang mencintai rakyatnya dan rakyat pun mencintai pemimpinnya.

Namun, semoga dengan adanya sederet kejadian Pemilu 2019. Membuka hati kita semua bahwa kita tidak bisa berharap pemilu benar-benar menjadi sarana untuk melakukan perubahan sekalipun hanya merubah rezim.Demokrasi hanya akan berpihak pada penguasa yang akan melanggengkan penjajahan dari semua sistem kehidupan. Dan hanya dalam sistem Islamlah kita dapat menemui pemimpin yang amanah, adil,   melindungi, dan mensejahterakan rakyat.Karena semua diraih dari ketakwaan dalam menerapkan hukum-hukum Allah SWT. Wallahua’lam.

UMMUFAQIH

Komentar