Pemimpin Amanah Tidak Takut “Lengser” dari Jabatan

Pemimpin Amanah Tidak Takut “Lengser” dari Jabatan
ULFAH SARI SAKTI,S.PI

Sebagai seorang muslim, tentunya kita tahu bahwa menjadi pemimpin adalah amanah, yang mana tugas seorang pemimpin tentunya tidaklah mudah, karena selain terdapat pertanggung jawaban di dunia, juga terdapat pertanggung jawaban di akhirat.  Oleh karena itu yang menjadi seorang pemimpin merupakan orang pilihan yang dianggap mampu mengemban amanah mensejahterakan masyarakat, dengan cara-cara yang sesuai syariat Islam.

Menurut saya sebagai muslimah yang awam, amanahnya seorang pemimpin salah satunya dapat dilihat dari keikhlasannya menyadari kekeliruan serta siap jika sewaktu-waktu diberhentikan (lengser) dari jabatannya.  Coba kita tengok pemimpin kita saat ini, apakah telah menjalankan amanah sesuai dengan syariat Islam? dan ikhlas jika sewaktu-waktu rakyat memintanya untuk mundur?.

Situs berita online tribunwow.com (25/5/2019) melansir  masyarakat Indonesia kini sedang menghadapi sebuah tragedi di dalam demokrasi.  Hal ini seperti yang diungkapkan Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno, Fadli Zon saat menjadi narasumber di CNN Indonesia, Jumat (24/5/2019).  Fadli Zon menjelaskan hal tersebut berdasarkan adanya ratusan korban yang gugur selama proses Pemilu 2019 berlangsung.  Dalam hal ini adalah ratusan korban yang merupakan petugas KPPS, serta sejumlah orang yang meninggal saat terjadi kericuhan dalam aksi tolak hasil Pilpres 2019 di depan kantor Bawaslu pada 21 dan 22 Mei 2019.

“Nyawa di Indonesia sepertinya murah dan sambil lalu saja.  Kemudian dibahas kemudian tidak ada pertanggungjawaban,” ungkap Fadli.  Ia lantas menyebutkan adanya sejumlah bukti seperti video-video di media sosial yang memperlihatkan bahwa ada oknum aparat yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power).

Sementara itu Kepala Bagia Penerangan Umum dan DivisiHumas Mabes POLRI, BrigjenPol Dedi Prasetyo seperti yang diberitakan m.viva.co.id (25/5/2019) mengatakan terjadi penganiayaan orang, Polri akui ada kesalahan prosedur.  Polri telah mengungkap terkait video viral yang menggambarkan seseorang dianiaya sejumlah anggota Brimob di dekat Masjid Al Huda Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat.  Dalam pengungkapan kasus tersebut, yang dianiaya bukanlah seorang anak berumur 15 tahun, melainkan Andriyansyah alias Andri Bibir yang berusia 30 tahun.  Namun, Polri tidak bisa membantah terkait adanya tindakan kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oknum Brimob dalam video tersebut.  Telah tejadi kesalahan prosedur dalam penangkapan Andri Bibir.  Apa yang dilakukan petugas oknum tersebut, tidak dapat dibenarkan.

Tidak Mudah menjadi Pemimpin Amanah

Berbeda dengan sistem Demokrasi Kapitalis-Sekuler seperti saat ini, yang mana tidak sedikit jabatan diperoleh karena faktor korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).  Rasulullah saw bersabda sebagaimana terdapat dalam HR Al Bukhari dan Muslim,”Wahai Abdurrahman bin Samurah ? Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin .  Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepadamu karena diminta, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu  bukan karena diminta, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya”.

Allah swt pun berfirman dalam QS An Nisa : 58,”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu sekalian untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.  Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu dan sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

Disisi lain sebagai seorang pemimpin yang amanah, tentunya seorang muslim memiliki tujuan utama kepemimpinan yaitu menegakan syariat Islam atau dengan kata lain mengatur urusan umat berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah.  Jika melenceng alias tidak sesuai dengan syariat Islam, maka siap-siap saja pemimpin tersebut dilengserkan (diberhentikan) dari tampuk kekuasaannya.  Sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam HR Muslim, “Meskipun kalian dipimpin oleh seorang budak yang terputus hidungnya lagi hitam legam kulitnya, selama dia memimpin kalian dengan menerapkan Kitabullah, maka taatilah ia dan dengarkanlah ia”.

Tidak kalah pentingnya, orang fasik (keluar dari ketaatan kepada Allah dan RasulNya) tidak layak menjadi pemimpin. Al-Qurthubi berkata,”Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama bahwa haram mengangkat orang fasik sebagai pemimpin”, (Al-Quthubi, Al-Jami’Li Ahkami al Qur’an,1/270).

Selain itu seorang pemimpin pastinya haruslah seorang yang berilmu, karena ilmu adalah syarat sah ucapan dan perbuatan.  Ucapan dan perbuatan tidak akan dinilai kecuali dengan ilmu.  Karena ilmu yang akan mensahkan niat dan niat adalah yang mensahkan amal.  Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari mengatakan,” Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”. 

Karena itu dengan menyadari betapa pentingnya dipimpin oleh seorang pemimpin yang amanah, maka sudah selayaknya jika kita sebagai seorang muslim yang taat syariat, memilih pemimpin berdasarkan syariat Islam bukan berdasarkan hal lain.  Hal ini tentunya dapat terlaksana jika sistem pemerintahan saat ini berdasarkan sistem Islam.  Semoga saja perubahan dapat terjadi di negeri kita tercinta Indonesia.  Wallahu’alam bishowab[].

ULFAH SARI SAKTI,S.PI

Komentar