PDAM Wakatobi: Operasional Tinggi, Pelanggan Juga Menunggak*

Dirut PDAM Wakatobi, Subardin Bau

Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Wakatobi, Subardin Bau tak menampik adanya ‘temuan’ Dewan ditubuh perusahannya itu. Menurutnya, peningkatan operasional PDAM di dua tahun lalu, disebabkan beberapa hal.

“Tarif listrik naik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) solar dan solarcall juga naik. Sementara ada dua belas titik yang kami kontrol pemenuhan suplainya,” ucapnya pada media, Senin (9/07/2019).

Iklan Pemkot Baubau

Ia menjelaskan, setiap bulan perusahaan PDAM harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah. Hal itu untuk membiayai operasional sumber air sebanyak 12 titik. Dua belas titik air tersebut tersebar di Kecamatan Binongko dan Togo Binongko. Kecamatan Tomia, Kecamatan Kaledupa Selatan, termasuk se Pulau Wangi-wangi,” jelasnya.

Kembali Subardin Bau menjelaskan, terkait tarif perkubik dalam satuan langganan itu bervariasi, tergantung golongan. Untuk golongan rendah seperti Masjid dibebankan Rp 1.500, untuk warga yang berpenghasilan rendah dipatok Rp 2.500, dan kelompok rumah tangga umum Rp 3.500 per kubiknya.

“Jika kita ingin perusahaan (PDAM) untung bisa saja kita naikan tarifnya menjadi Rp 6.000 atau 7.000 per kubik dari total pelanggan aktif sebanyak 7000. Tetapi pertanyaannya apakah masyarakat mau?,” akunya.

Lanjut Subardi, terjadinya tunggakan pembayaran pada pelanggangnya. Hal ini sejatinya telah mempengaruhi nilai nominal pendapatan PDAM perbulannya.

“Biaya yang kita keluarkan tidak sebanding dengan pendapatan perusahaan yang hanya kisaran dua ratus jutaan per bulannya. Persoalannya tarif yang ditetapkan da pelanggangnya masih menggunakan tarif lama. Tentu perusahan rugi,” ungkapnya.

Berdasarkan laporan hasil audit BPK RI 2018, kerugian yang dihasilkan perusahaan daerah yang dipimpin Subardin Bau itu yakni sebesar 1 milyar di tahun 2017, dan 2 milyar di tahun 2018.

RUSDIN

Komentar