Mahasiswa adalah sosok intelektual yang memiliki jiwa muda, idealisme tinggi, dan senantiasa mengambil peran penting dalam rentetan sejarah suatu negara.
Dilansir dari KOMPAS.com (Selasa, 1/10/2019) bahwa Aliansi Mahasiswa Indonesia yang terdiri dari BEM-BEM universitas akan kembali melakukan aksi di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta Pusat, Selasa (1/10/2019).
Ketua Dewan Mahasiswa UIN Sultan Rifandi menyebut, aksi mahasiswa dimulai sekitar pukul 13.00 WIB. Titik kumpul di GBK (Gelora Bung Karno) bersama-sama long march ke DPR.
Sultan menyebut, tuntutan mahasiswa dalam aksi hari ini tidak banyak berbeda dengan tuntutan pada Selasa (24/9/2019) dan Senin (30/9/2019).
Aksi serupa juga terjadi di berbagai daerah lain selama lebih dari sepekan ini. Mereka memiliki idealisme luar biasa. Didasari karena kesadaran bahwa ada hal buruk yang tengah terjadi di negeri yang mereka cintai. Sebagai salah satu bagian dari anak negeri tentu tak rela keburukan yang tengah terjadi mereka diamkan. Mereka menginginkan menjadi bagian dari agent of change ke arah yang lebih baik.
Dari poin-poin yang disuarakan semuanya adalah bentuk keprihatinan mereka terhadap kondisi buruk yang terjadi di negeri ini. Ketidakadilan di tengah masyarakat, hukum yang diterapkan demikian jauh dari kata tepat, perilaku koruptif dari para pemangku jabatan demikian kasat mata, berbagai kezaliman yang menimpa rakyat sudah sampai pada titik terburuk, dan seterusnya.
Semua itu menjadikan darah mereka mendidih. Mendorong mereka untuk melakukan langkah dalam mengubah kondisi negeri.
Merunut pada masa sebelumnya. Sejarah mencatat bahwa pergerakan-pergerakan mahasiswa telah mendorong perubahan pada bangsa ini. Bahkan reformasi-reformasi yang terjadi di masa sebelumnya salah satunya didorong oleh keberanian, kekuatan niat dan pengorbanan yang dilakukan oleh mereka.
Namun demikian idealisme yang dimiliki wajib dihindarkan dari beragam penumpang gelap yang akan membajak idealisme mahasiswa. Jangan sampai visi misi mereka terbelah, darah yang sudah tertumpah dan deraian air mata orang tua yang kehilangan permata hati tersebab menjalani perjuangan ini harus kandas di tengah jalan.
Janganlah sebagian kalangan yang tidak bertanggung jawab dengan beragam motivasi busuk mendompleng niat mulia mereka. Mereka adalah kaum oportunistik yang akan merayu para mahasiswa agar terbelokkan arah juangnya menuju pragmatisme tuntutan yang diusung.
Jika jernih menganalisa sederet fakta yang ada, maka kita dapati bahwa negeri ini telah dinahkodai oleh beragam tipikal pemimpin. Dengan sederet aturan dan Undang-Undang yang diberlakukan. Dimulai dari era orde lama, orde baru, zaman reformasi, hingga hari ini. Nyatanya bergantinya sosok pemimpin, rezim juga seabreg peraturan yang dirancang tak mampu mengeluarkan negeri ini dari keterpurukan segala lini kehidupan.
Peraturan dan Undang-Undang bernafas liberal-sekuler telah berhasil menjerumuskan rakyat dan bumi pertiwi pada permasalahan hidup multi dimensi. Kekayaan alam yang luar biasa telah diserahkan kepada asing dan aseng dengan mendapat legalitas hukum yang diatur sedemikian rupa. Para penguasa dan pengusaha (kapitalis) telah bersekongkol untuk mengeruk keuntungan pribadi dan segelintir elit politik.
Rakyat pun diurus dengan tata cara yang berkiblat pada Tuan Penjajah Barat dan Timur. Hal ini menjadikan keadilan, kesejahteraan, kecukupan hajat hidup asasi masyarakat sesuatu yang utopis.
Hal itu membuktikan bahwa segala karut marut di negeri ini bukan hanya tersebab buruknya pemimpin dan butuhnya pengotak-atikan aturan dan Undang-Undang. Namun lebih disebabkan sistem buruk kapitalisme yang menaungi negeri ini. Sistem demokrasi-kapitalisme yang tengah eksis kini adalah biang keterpurukan yang telah jelas kerusakan dan kebusukannya.
Sementara sistem lain yang ada di muka bumi adalah komunisme dan Islam. Tentu untuk sistem komunisme dengan akar akidah yang menafikan keberadaan agama sangat jauh dari kata menentramkan. Kebutuhan akan penyaluran naluri beragama telah menjadikan ideologi ini tertolak dan tidak manusiawi. Lebih jauh bahkan ideologi komunis ini telah memperlihatkan wataknya yang bengis dan berdarah-darah pada saat diberlakukan di beberapa negeri di dunia termasuk di bumi Nusantara ini.
Maka tidak ada lagi pilihan lain kecuali kembali pada sistem Islam. Yakni Daulah Khilafah Islamiyah yang mengikuti manhaj kenabian. Dengan diterapkannya syariat yang berasal dari Sang Pencipta jagat raya.
Maka bagi para mahasiswa yang kini tengah berjuang dengan segenap idealismenya, sempurnakanlah perjuangan kalian. Dengan membulatkan suara bahwa akar permasalahan yang sesungguhnya adalah karena diterapkannya sistem demokrasi-kapitalisme.
Dan berjuang bersama semua lapisan umat untuk menggantinya dengan sistem Illahi yakni sistem Islam. Hal ini karena hamparan sejarah telah membuktikan betapa aturan Islam yang menyeluruh (kafah) dalam bingkai khilafah telah berhasil mengurus masyarakat hingga 2/3 belahan dunia. Tanpa memandang perbedaan bangsa, adat dan keyakinan. Mereka diriayah oleh para khalifah (pemimpin tertinggi sistem khilafah) dengan penuh keadilan dan kesejahteraan. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
YULIYATI SAMBAS