Umat Islam Phobia Khilafah, Wajarkah?

Umat Islam Phobia Khilafah, Wajarkah?
Indryani Putri.

Takut merupakan hal yang manusiawi. Namun, menjadi tidak wajar jika rasa takut tersebut diarahkan pada objek yang salah.

Islam memandang jika takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, merupakan jenis ketakutan yang hakiki sebab rasa takut ini muncul karena ilmu dan pengetahuan dari Al-qur’an yang diperoleh. Dimana Allah telah mengabarkan konsekuensi atas ketidakpatuhan hamba-Nya dengan neraka sebagai tempat akhir mereka.

Iklan Pemkot Baubau

Dalam hal ini Allah SWT tegas menolak keimanan seseorang yang enggan tunduk pada syariah-Nya:

“Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim atas perkara apa saja yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka atas putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (TQS an-Nisa’ [4]: 65).

Allah SWT juga mengingatkan Rasulullah saw. tentang kaum munafik yang mengklaim dirinya beriman padahal realitasnya mereka seakan tidak takut pada Allah dan berhakim pada thâghût:

“Tidakkah kamu memperhatikan kaum yang mengklaim telah mengimani apa saja yang telah diturunkan kepadamu dan pada apa saja yang telah diturunkan kepada kaum sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thâghût, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari thâghût itu. Setan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya” (TQS an-Nisa’ [4]: 60).

Sedangkan, ketakutan yang tidak hakiki adalah rasa takut yang timbul karena kurang ilmu dan pengetahuan. Salah satu contohnya ialah takut Khilafah (Negara yag menerapkan aturan Islam secara kaffah). Padahal telah tertera dengan jelas jika Khilafah merupakan ajaran Islam, dan tegaknya merupakan sebuah kepastian. Bahkan ada hadis yang menjabarkan terkait perkara tersebut.

Maka akan terkesan aneh jika dia yang mengaku muslim tapi takut Khilafah. Mengaku hamba Allah tetapi menentang sesuatu yang termasuk dalam ajaran Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam. Jika diteliti ternyata alasan mereka juga tidak sesuai dengan fakta pengertian Khilafah dari sudut pandang Islam.

Seperti yang dikabarkan dalam sebuah media berita online bahwa Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nasyirul Falah Amru menegaskan rencana pemerintah yang akan membuat aturan pelarangan terhadap ideologi Khilafah harus didukung (Gesru.id. Sabtu/14/9/19).

Ini adalah sebuah pemahaman yang keliru, sebab Khilafah bukanlah sebuah ideologi, melainkan  sistem pemerintahan. Yakni satu kepemimpinan tunggal bagi kaum muslim di dunia yang dipimpin oleh seorang pemimpin untuk menerapkan syariat Islam.

Maka dari itu, bisa kita simpulkan jika orang-orang yang fobia terhadap Khilafah itu karena tidak memiliki ilmu  dan pengetahuan tentang makna sebenarnya.

Seorang bijak berkata bahwa “Ketakutan adalah akumulasi dari ketidaktahuan”, jadi kalau mereka tahu, maka mereka tidak akan takut. Tetapi bila mereka tidak tahu, maka mereka akan takut.

Dengan demikian, mengkaji Islam secara menyeluruh adalah cara untuk membunuh ketakutan yang mengakar atas makna Khilafah.

Karena, hanya orang-orang yang nyaman dalam kungkungan kemaksiatan yang anti pada Khilafah. Padahal dibawah naungannya akan membawa ketenangan, membawa kebahagiaan, hak-hak individu diberikan, keamanan gratis, kebutuhan pokok dan mendasar dijamin oleh negara, kemudian pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa biaya dan sebagainya, serta hal ini tidak hanya berlaku untuk umat muslim tetapi non muslim sekalipun.

Menolak khilafah sebagai ajaran islam, berarti menolak islam secara keseluruhan. Sebagai seorang muslim tidak boleh mencintai sebagian ajaran islam, tetapi membenci sebagian lainnya. Menerima sebagian hukum islam, tetapi menolak sebagian yang lain. Menjalankan sebagian amalan islam, tetapi anti terhadap amalan islam yang lain.

Iman yang hakiki akan membuahkan kesungguhan untuk berislam secara total (kâffah)  sesuai perintah Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian” (TQS al-Baqarah [2]: 208). Wallahua’lam bi ash-shawab.

INDRYANI PUTRI