Islamphobia Jilid II

Islamphobia Jilid II
Ilustrasi.

Pada saat itu aku berkata kepada ibuku :

“Ibu, sekalipun aku sangat menyintaimu, namun aku tetap menyintai Allah dan RasulNya.Demi Allah seandainya engkau mempunyai seribu nyawa lalu ia keluar dari jasadmu satu persatu,aku tidak akan pernah meninggalkan agamaku dengan alasan apapun.”  Kata Saad bin Abu Waqqash, seorang panglima perang dimasa Umar al-Faruq.

Iklan Pemkot Baubau

Kala itu, Saad diperintahkan oleh ibunya untuk keluar dari agama yang dibawa Muhammad dan mengancam Saad, dengan melakukan mogok makan dan minum, agar Saad keluar dari agama islam. Tapi dengan keteguhan dan aqidah yang kuat hatinya tidak bergeming untuk meninggalkan islam.

Hingga pada akhirnya ibu Saad manakala melihat keteguhan anaknya dia menyerah, maka dia mulai makan dan minum sekalipun dengan terpaksa. Ibu Saad adalah salah satu contoh phobia pada ajaran islam dimasa islam itu hadir.

Kini, kejahiliyaan yang terpapar sekarang bukanlah islam itu belum datang. Melainkan islam itu sudah menjadi lantera di muka bumi sebagai petunjuk hidup yang gemilang.

Lantas, di zaman kini dimana sudah mengenal islam, masih ada pula pemikiran takut dengan ajaran islam atau islam phobiahingga sudah menjadi wabah atau penyakit tingkat akut dinegeri yang mayoritas muslim. Bukan hanya terpaparpada masyarakatnya saja melainkan pada para rezim atau pemimpin hingga mereka melakukan tindakan yang tidak semestinya dilakukan.

Ancaman Negeri Ini Adalah Faham Kapitalis

Seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, seorang PNS Kemenkumham dipecat karena status media sosial pro pada khilafah.ASN tersebut mengunggah kalimat “Era kebangkitan Khilafah telah tiba”.Sehingga ASN tersebut langsung dinonjobkan.Alih-alih menjemput peraturan dengan penerapan syariat islam, Kini syariat islam sudah dianggap sebagai ancaman NKRI.

Bila ditelaah secara riil, sesungguhnya yang menjadi ancaman itu bukanlah syariat islam, melainkan ada dua ancaman utama terhadap negeri ini, yakni sekularisme yang makin menjadikan negeri ini terpuruk dan neoimperialisme atau penjajahan gaya baru yang dilakukan oleh Negara adikuasa.

Semenjak Indonesia merdeka dalam sistem sekuler, aturan-aturan islam atau syariah memang tidak pernah secara sengaja selalu digunakan. Agama islam, sebagaiamana agama dalam pengertian Barat, hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan Tuhannya saja, misalnya pada saat sholat, zakat, puasa, haji, kelahiran, pernikahan, dan kematian.

Sementara dalam urusan sosial kemasyarakatan, agama islam ditinggalkan. Maka, ditengah-tengah sistem sekuleristik tadi lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai islam. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang mementingkan diri sendiri dan menganggap bahwa segala sesuatu yang dilakukan demi pemerintahan dan Negara, apapun itu adalah sah dan baik untuk dilakukan, budaya hedonistik yang amoralistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, serta sistem pendidikan yang materialistik.

Maka, bukan kebaikan yang diperoleh oleh rakyat yang mayoritas muslim itu, melainkan berbagai masalah yang berkepanjangan yang datang secara bertubi-tubi. Walaupun negara ini amat kaya, tapi sekarang ada lebih dari 100 juta orang terpaksa hidup dalam kemiskinan. Puluhan juta angkatan kerja menganggur, jutaan anak putus sekolah. Jutaan lagi mengalami malnutrisi.

Kehidupan semakin tidak mudah dijalani, sekalipun untuk sekedar mencari sesuap nasi.Beban kehidupan semakin bertambah berat seiring kenaikan harga-harga yang kian melonjak tinggi. Negeri yang kaya dengan minyak bumi, menjadi fenomena tersendiri ketika berjam-jam antri di pangkalan pertamina. Kejahatan merajalela tanpa takut lagi dengan murka Allah, kriminalisasi makinbanyakterjadi, mulai dari perampokan, pencurian, pembunuhan, dan tindak asusila.

Adapun neoimperialisme dari nafsu Negara adikuasa menjarah Negara-negara berkembang, dengan meluncurkan kebijakan seperti instrument hutang dan kebijakan global.Neoimperialisme dilakukan untuk mengontrol politik pemerintahan dan menghisap kekayaan sumber daya alamnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintahan akan bekerja dibawah kendali oleh para kapital.

Kejahatan yang berantai, manakala semua masalah terlihat dengan jelas yang dilakukan oleh kafir barat dan yang dipersekusi adalah  syariat islam. Bahkan yang menyebarkan kebaikan memberikan pencerahan untuk kembali kejalan Allah, para ulamanya dikriminalisasi, kajian-kajiannya dibubarkan. Mereka telah mengaku beragama islam, namun enggan menerapkan syariatnya.

Mereka mengatakan bahwa perilaku terpapar paham radikal, sudah menyimpang dari apa yang diamanatkan Undang-Undang, hal ini tanpa alasan yang jelas dan tidak dijabarkan letak penyimpangannya. Dan anehnya mereka tidak mempermasalahkan paham barat yang sudah berakar ini hingga telah menggorogoti bangsa dan terus menerus mengalami banyak masalah. keadannya masih tetap diagung-agungkan hingga masih dijadikan sebagai pegangan.

Hingga dengan jelas, dapat dikatakan bahwa demokrasi menutup celah muhasabah kepada penguasa, dan hanya berpihak pada kepentingan kapitalis. Sampai pada saatnya ketika berbicara mengenai kebenaran didepan penguasa atas kezoliman hal demikian akan menjadi momok bagi para penyampai kebenaran. Para pendakwa akan dibungkam, dan para rezim mereka semakin anti terhadap nash-nash Qur’an.

Sedangkan Allah berfirman: “Sesungguhnya Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus”. [al-Isrâ`/17:9].

Lantas, apa yang telah terjadi sekarang mereka menutup telinga mereka, tidak mau mengenal lebih dalam perkara agama yang mereka anut. Mereka mengikuti hawa nafsu yang menjerat negeri ini pada kubangan masalah. Kita akan mengalami kebinasaan yang teramat sangat apabila petunjuk Alqur’an ditinggalkan.

Kembalilah pada tempat yang sesungguhnya, sudah banyak masalah yang terjadi menimpa negeri ini, kelaparan yang dirasakan rakyat menjadi tanggung jawab seorang pemimpin di akhirat kelak.Tidaklah kuat sekiranya seorang pemimpin sanggup menjalani penghisaban yang begitu berat.

Islam Solusi Umat

Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata : Pada hari ‘Arafah Allah menurunkan firman-Nya yang artinya “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu”

Hal ini adalah nikmat Allah yang terbesar untuk umat ini yaitu dengan menyempurnakan agama mereka, maka tidaklah mereka memerlukan agama selain agama Allah, dan tidak kepada Nabi selain Nabi mereka; oleh karena itu Allah menjadikan Muhamad sebagai Nabi penutup para Nabi, maka tiada sesuatu yang halal kecuali apa yang dihalalkan olehnya, dan tidak pula sesuatu yang haram kecuali apa yang diharamkan olehnya, dan tidak ada agama kecuali apa yang disyari’atkannya.

Jelaslah, ketika kita mengetahui aqidah dan menjalankan kehidupan sesuai syariat islam, maka kita telah dijamin oleh Allah perkara kehidupan dunia dan akherat. Perihal kepemimpinan, kita dapat belajar pada masa kepemimpianan Umar Abdul Aziz ketika beliau meminta untuk dinasehati perkara menjadi seorang pemimpin

“Mendekatlah kepadaku wahai Abu Hazim.” Aku pun mendekat dan berkata, “Bukankah Anda Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz?“Beliau membenarkannya.Lantas aku bertanya kembali, “Apa yang menyebabkan Anda berubah?Bukankah wajah Anda dahulu tampan?Kulit Anda halus?Hidup serba kecukupan?

Umar berkata, “Begitulah, aku memang telah berubah.”Aku pun bertanya lagi, “Lantas apa yang menyebabkan Anda berubah, padahal Anda telah menguasai emas dan perak dan Anda telah diangkat menjadi Amirul Mukminin?” Umar menjawab, “Memangnya apa yang berubah pada diriku wahai Abu Hazim?“Aku berkata, “Tubuh Anda begitu kurus, kulit Anda menjadi kasar dan wajahmu pucat, bening kedua matamu juga telah redup.

Tiba-tiba beliau menangis.“Bagaimana halnya jika engkau melihatku setelah tiga hari aku di dalam kubur, mungkin kedua mataku telah melorot di pipiku, perutku telah terburai, ulat-ulat tanah menggerogoti badanku.Sungguh jika engkau melihatku ketika itu wahai Abu Hazim, tentulah lebih tak mengenaliku lagi dari hari ini.”

Kemudian Umar memintaku menyampaikan sebuah hadis.“Ingatkah Anda tentang suatu hadis yang pernah Anda bacakan kepadaku sewaktu di Madinah, wahai Abu Hazim?”Aku pun menjawab, “Saya telah menyampaikan banyak hadis wahai Amirul Mukminin.Lantas hadis manakah yang Anda maksud?”

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Hadis yang diri wayatkan oleh Abu Hurairah.” Abu Hazim membacakan hadis itu.“Saya telah mendengar Abu Hurairah berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya di hadapan kalian terhampar rintangan yang terjal, sangat berbahaya, tidak ada yang mampu melewatinya dengan selamat melainkan orang yang kuat.”

Lalu menangislah Umar dengan tangisan yang mengharukan, saya khawatir jika tangisan tersebut memecahkan hatinya. Kemudian beliau menghapus air matanya dan menoleh kepadaku seraya berkata, “Apakah Anda sudi menegurku wahai Abu Hazim bila aku berleha-leha dalam mendaki rintangan yang terjal tersebut sehingga aku berhasil menempuhnya? Karena aku khawatir jika aku tidak berhasil.

Sungguh,perjalanan kepemimpinan yang sangat diharapkan dimasa sekarang, seorang pemimpin yang menjadikan setiap langkahnya hanya untuk mendapatkan ridho Allah, rakyat menjadi prioritas pertama untuk dilindungi, bahkan materi tidak akan menjadi jaminan untuk berleha-leha melainkan perkara beban yang senantiasa ditanggung oleh para pemimpin yang menjalankan syariat islam. Bersuara untuk menasehati penguasa adalah perkara yang sangat diharapkan oleh seorang pemimpin.

Hanya syariat islamlah yang bisa menjadikan dunia menjadi makmur, perkara perbedaan keyakinan telah dijelaskan pula pada hukum-hukum syariat islam, sangat jelas dan terperinci. Sehingga dengan masalah umat yang menjadi gonjang-ganjing negeri ini diharapkan dapat membuka mata dan telinga untuk mau mengambil islam secara keseluruhan. Janganlah kita terus mengikuti langkah-langkah setan yang mengambil hukum selain hukum Allah.

Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk masuk ke dalam Islam secara kaffah sebagaimana disebutkan dalam ayat, yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:208).

Ayat ini menerangkan kata Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya perintah pada para hamba Allah yang beriman yang membenarkan risalah Rasul-Nya untuk mengambil (mengamalkan) seluruh ajaran Islam semampunya, termasuk menjalankan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan.Yang dimaksud ‘udkhulu fis silmikaffah, masuklah dalam Islam.

Demikian kata Al ‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas dan lainnya. Sedangkan Robi’ bin Anas katakan bahwa maksudnya adalah laksanakanlah ketaatan.
Adapun maksud ‘kaffah’ dalam ayat tersebut -sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas dan selainnyaadalah keseluruhan. Mujahid mengatakan,

“Lakukanlah seluruh amalan dan berbagai bentuk kebajikan.”Ibnu Katsir menegaskan bahwa maknanya adalah lakukan seluruh ajaran Islam, yaitu berbagai cabang iman dan berbagai macam syari’at Islam Ibnu ‘Abbas juga mengatakan mengenai ayat tersebut“Masuklah dalam syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, jangan tinggalkan ajarannya sedikitpun, maka itu sudah mencukupkan kalian dari Taurat dan ajaran di dalamnya.”

SARMA