Pemda Konsel dan USAID APIK Teken MoU Perubahan Iklim

tegas.co., KONAWE SELATAN SULTRA – Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) dan USAID APIK melakukan MoU berupa kesepahaman terkait adaptasi perubahan iklim yang berhubungan dengan daerah pesisir di Moramo Utara, Rabu (8/2/2017).

Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Direktur Program USAID APIK, Paul Jeffrey dan Wakil Bupati Konsel, Arsalim.

Dalam kerja sama yang dilakukan tersebut, pihak USAID menggandeng Universitas Halu Oleo yang melakukan penemuan barunya yakni, pembentukan karang yang dilakukan hanya dengan tempurung kelapa.

Pemda Konsel dan USAID APIK Teken MoU Perubahan Iklim FOTO : MAHIDIN/FIY

Dikatakan Jeffrey bahwa perubahan iklim utamanya di daerah pesisir tentu akan menimbulkan berbagai dampak, seperti abrasi, belum lagi terumbu karang yang semakin sedikit karena berbagai kerusakan yang dilakukan oleh manusia.

Kehadiran USAID mencoba untuk membantu mengatasi perubahan iklim yang cukup ekstrim. “Kita sudah tidak tahu kapan musim hujan dan musim panas, belum lagi abrasi dan masalah lainnya, sehingga kami ingin kerja sama dengan pemerintah setempat,” katanya.

Ia pun berharap melalui kerja sama yang dibangun tersebut, bisa memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat.

Paul Jeffery mengatakan, menjalin kemitraan dengan masyarakat adalah hal yang paling penting, agar masyarakat baik itu petani dan nelayan bisa mengakses informasi Bio reeftech secara utuh, kami sangat senang dengan kemitraan yang telah di bangun disini,

“Baik itu kemitraan kepada Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta Kemitraan kepada masyarakat itu sendiri, ” ujarnya.

Menurutnya, kemitraan kepada masyarakat ini sangat penting, agar nantinya mereka bisa tangguh menghadapi kejadian cuaca ekstrim. Ada beberapa hal fokus kami, yang pertama, fokus pada kapasitas pengetahuan agar lebih memahami resiko-resiko, yang berikutnya, desain kerjasama untuk projec-projec seperti apa serta resiko mengatasi naiknya air laut, ungkap Paul.

Project Leader Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Haluoleo (UHO), Laode Abd Rajab Nadia, mengatakan, program Bio Reeftech ini adalah mitra pertama APIK dalam menjalin kerja sama di Sultra, kenaikan suhu air laut adalah masalah serius, olehnya itu kami mengangkat program ini.

“Manfaat Bio reeftech ini adalah Benteng abrasi laut, dengan cara memperbaiki terumbu karang yang rusak, selain itu berfungsi juga menjadi Bank ikan serta jalur wilayah ikan,” ungkapnya.

“Untuk mensukseskan program keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan, olehnya itu kami melakukan pendekatan baik itu pendekatan kepada Tokoh Masyarakat, Pemuda, Perempuan serta Tokoh Agama dan Allhamdulillah pembibitan Bio reeftech di Kelurahan Lalowaru ini sukses, dan telah menghasilkan 1309 bibit, “akunya.

Sementara itu, Wakil Bupati Konsel, Arsalim mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi kerja sama tersebut.

“Kerja sama ini merupakan sinergitas dari program jangka panjang yang ada di pemda, sehingga kami sangat mengapresiasi,” katanya.

Untuk program tersebut USAID APIK memilih dua wilayah yakni Kota Kendari dan Kabupaten Konsel, jika berhasil maka akan diperluas dengan wilayah lainnya. Kerja sama itu juga dijalin 2015 hingga 2020 mendatang.

Kerja sama tersebut dituangkan melalui penandatanganan Memorandum Of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman antara Pemda Konsel dengan pihak USAID-APIK RI, serta serah terima Bio reeftech USAID-APIK program pembudidayaan terumbu karang dalam pencegahan perubahan iklim dan cuaca ektrim yang digelar di Kantor Kelurahan Lalowaru, Kec. Moramo Utara (Morut).

Pemda Konsel sangat mendukung serta mensyukuri program ini, dimana dari 17 Kab/Kota yang ada di Sultra hanya 2 Daerah yang mendapat kesempatan dari APIK, salah satunya adalah Kab. Konsel hal ini perlu kita berikan apresiasi, ujar Wakil Bupati Konsel, DR. Arsalim saat memberikan sambutan pada acara penandatanganan MoU tersebut.

Lanjut dia, program ini sangat bersinergi dan singkrong dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Konsel periode 2016-2021, ke depan kita harapkan pencegahan resiko bencana bisa kita turunkan di angka 60 persen pada tahun 2021.

Dikatakan, 2017 ini sedikitnya ada 4 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang setiap saat melakukan koordinasi terkait dengan pencegahan perubahan iklim, diantaranya, Bappeda yang bekerja sebagai penyusun program APIK secara simultan,”Mudah-mudahan pedoman yang disusunnya menjadi pedoman kita semua dalam rangka menghadapi perubahan iklim serta dapat mengurangi resiko bencana,” jelasnya.

Yang berikutnya Kantor BPBD selain ada kegiatan investigasi bencana, ada juga program Rehabilitasi and Rainshac (RR), Dinas Kelautan dan Perikanan juga sangat bersinergi, serta Kantor Ketahanan Pangan Perkebunan dan Hortikultura hadir dalam rangka untuk mengolah iklim.

“Kebetulan kita mempunyai program namanya sekolah iklim yang sudah dilaksanakan beberapa tahun lalu,” paparnya.

Menurut Arsalim, dengan masuknya program APIK di Konsel, Pemda sangat mendukungnya, ini adalah program yang sangat luar biasa, dan sangat bersinergi dengan program daerah.

Diharapkan ke depannya bukan hanya Kelurahan Lalowaru saja yang mendapat program ini, namun bisa merambah ke beberapa wilayah di Konsel, karena wilayah Konsel sangat luas dengan longline coastal panjang wilayah pesisir kurang lebih 300 KM,

“Kalau ini bisa kita manfaatkan dengan baik, maka bisa kita kurangi resiko bencana atau perubahan iklim secara drastis, ” ujar mantan Kepala Bappeda Konsel itu.

“Kita ketahui bersama Konsel ini adalah wilayah yang sangat rawan bencana karena berada dihilir dari sungai-sungai besar, seperti Sungai Roraya dan Sungai Laeya sehingga bencana banjir sangat mudah menerjangnya, mudah-mudahan ke depan dengan adanya program APIK ini, minimal dampaknya sudah bisa kita antisipasi, karena kalau bencananya tidak bisa kita antisipasi karena hanya milik Allah,” ujar DR. Arsalim.

Lurah Lalowaru, Sucipto. S. Sos, mengaku, sebagai Daerah penerima program APIK ini, telah membentuk Kelompok Kerja Masyarakat (Pokjamas) serta telah melakukan kegiatan penanaman Bio reeftech atau biasa disebut pengembang biakan terumbu karang. Sejauh ini masyarakat sangat menerima baik program ini, dalam menjalankan program ini.

Kata dia, pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan, agar nantinya dalam mengatasi perubahan iklim yang ekstrim dapat terlaksana dengan baik seperti yang kita harapkan bersama.

FIY/MAHIDIN/MAS’UD