Modernisasi Islam Rezim Islamophobia

Modernisasi Islam Rezim Islamophobia
Hamisina Halisi Alfatih

Belum lama ini masyarakat dihebohkan dengan pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi yang mengusulkan mengganti Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh diganti dengan Salam Pancasila. (Kabarekonomi.co.id, 23/02/20)

Terkait hal itu, Direktur Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP, Aries Heru Utomo menjelaskan pemberitaan berasal dari wawancara ‘Blak-blakan Kepala BPIP: Jihad Pertahankan NKRI’ di salah satu media nasional pada 12 Februari 2020.

Iklan Pemkot Baubau

Masalah modernisasi islam, Kementerian Agama (Kemenag) bahkan sempat ingin melakukan revisi terhadap konten-konten ajaran terkait khilafah dan jihad dalam pelajaran agama Islam di madrasah. (Cnnindonesia, 08/12/19)

Bahkan terkait masalah khilafah hal ini pun sebelumnya pernah terlontar dari pernyataan ketua umum PBNU, PBNU Said Aqil Siroj yang menegaskan basahan soal khilafah sudah basi dan tidak perlu untuk dibicarakan lagi. (12/11/19)

Revisi materi khilafah dan jihad yang dianggap membawa stigma radikalisme  pun sama halnya dengan menghilangkan ucapan assalamualaikum dengan salam pancasila. Segala sesuatu yang berasal dari ajaran islam satu persatu dimodernisasi. Ini menunjukan bahwasanya rezim saat ini sudah terlampaui islamophobia. Bahkan akibat dari modernisasi tersebut bisa dipastikan dan perlahan akan menghilangkan seluruh ajaran yang berasal dari islam.

Dari segala bentuk kebijakan yang dilakukan oleh rezim sekuler hingga saat ini, mulai dari diskriminasi sampai memodernisasi ajaran islam hal ini tak bisa dipandang sebelah mata. Mengapa demikian? Kita tentu tahu bersama bahwasanya baik khilafah, jihad maupun seluruh bagian dari ajaran islam merupakan ajaran yang dibawa langsung oleh Rasulullah SAW. Maka bila ajaran islam yang telah dicontohkan tersebut di hapuskan tentu akan membawa dampak buruk bagi umat islam. Terutama bagi dunia pendidikan yang mencantumkan materi-materi islami seperti khilafah dan jihad.

Dan ini artinya rezim sedang berusaha menjauhkan ajaran islam baik didunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Fakta yang tak bisa dipungkiri pula bahwa sistem demokrasi sekulerisme saat ini semakin parah dan rusak. Semakin dipertahankan penerapannya, akan terus melahirkan kebijakan-kebijakan zalim pemerintah yang seyogyanya hanya memberhanguskan ajaran islam. Padahal, indonesia sendiri merupakan negara dengan populasi muslim terbesar didunia.

Wajar bila hal ini demikian dilakukan oleh rezim, mengingat indonesia merupakan negara pengekor sistem liberal yang tak lain adalah Amerika dan China. Maka tak heran bila ajaran islam ingin dijauhkan dari umat kemudian tsaqofah asing akan ditanamkan dalam pemikiran umat. Dengan demikian dari permasalahan ini, masihkah kita sebagai umat islam mempertahankan sistem demokrasi yang sejatinya merupakan warisan dari barat?

Tentu saja tidak, menyikapi permasalahan rezim yang terjangkit islamophobia ini maka sikap kita adalah terus mendakwahkan seluruh ajaran islam. Apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW maka itu pula yang akan kita perjuangkan dan kita ikuti. Namun sebaliknya, apa yang dibawa oleh para kafir barat  sudah seharusnya kita buang. Bukan malah menjadikannya sebagai aturan yang hendak mengatur kehidupan umat.

Dengan demikian, untuk mengakhiri problematika yang semakin bersarang ditubuh umat saat ini kita sejatinya membutuhkan sebuah sistem yang benar-benar mampu menyelesaikannya. Sistem yang tak lain adalah Islam yang mampu memberikan kesejahtraan, ketentraman, keadilan serta keleluasaan dalam menjalankan kehidupan. Dan tentu semua akan diatur dalam koridor hukum syara yang selaras sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah.

Allah SWT berfirman:

فَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Artinya: Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?

Tidak ada yang lebih baik keputusan hukumnya dari Allah bagi orang-orang yang meyakini dan memahami apa yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, bukan bagi orang-orang Jahiliah dan pemuja hawa nafsu yang hanya mau menerima apa yang sejalan dengan selera hati mereka meskipun batil.

Wallahu A’lam  Bishshowab

Oleh: Hamisina Halisi Alfatih