Ekonomi Sulit, Pengangguran Melejit

Teti Ummu Alif

Dampak virus covid 19 membuat ekonomi dunia seakan terseok bahkan nyaris tumbang. Tak peduli negara maju sekalipun tidak terhindar dari ancaman resesi ekonomi yang sudah didepan mata. Indonesia jangan ditanya lagi, meski konon katanya sudah menjadi negara “maju” dampak virus Wuhan ini begitu terasa diberbagai sektor utamanya sektor industri formal maupun informal. Hal itu terlihat dari kolapsnya ratusan perusahaan yang berakibat ribuan karyawan terpaksa di PHK atau di rumahkan. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan total ada 114.340 perusahaan yang telah terpukul oleh pandemi Corona atau Covid-19 dan tercatat 1.943.916 tenaga kerja telah dirumahkan atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Ahad, (19/04/2020).

Kapitalisme Biang Kehancuran Ekonomi

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan pengangguran bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Dua hal tersebut adalah masalah yang tak pernah ada akhirnya di negeri kita. Seakan tak ada jalan keluar untuk mengurai masalah tersebut, dan kini untuk kesekian kalinya peristiwa serupa kembali terjadi. Gelombang PHK massal kembali melanda. Sejumlah perusahaan mulai dari Ramayana, Matahari, Robinson, iFlix, hingga Konstruksi terpaksa merumahkan ratusan karyawan tanpa upah dengan dalih memangkas biaya produksi demi bisa bertahan ditengah gempuran pandemi corona. Karena sebagian besar masyarakat berada di rumah dan daya beli menurun. Tentu hal itu memberikan efek domino. PHK akan menciptakan pengangguran, bayang-bayang kemiskinan dan kelaparan selalu menghantui, tindak kejahatan semakin marak. Pencurian bahkan pembunuhan menjadi lazim demi mengisi perut yang kosong. Terlebih beberapa waktu lalu ribuan napi baru saja dibebaskan dari penjara.

Jika ditelisik lebih jauh, segala kekacauan ini bukanlah semata karena adanya wabah corona, melainkan cacat bawaan dari sistem ekonomi yang dianut negeri ini yaitu sistem ekonomi kapitalis. Meskipun pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk menghidupkan ekonomi rakyat yang terdampak PHK dengan meluncurkan kartu pra kerja dan bantuan sosial bagi rakyat miskin namun tetap tak efisien sebab prosesnya berbelit, waktu pendaftran yang relatif sempit serta penyaluran yang tidak merata ditambah lagi banyaknya mafia ditengah wabah yang meraup keuntungan dibalik musibah. Sistem ekonomi kapitalis yang dibangun diatas kerakusan para pemilik modal dalam mengeruk kekayaan, telah sukses dalam menciptakan kesenjangan antara dunia ketiga dengan negara-negara maju, penduduk kota dengan desa, serta menumpuknya kekayaan pada segelintir orang. Kapitalisme juga menghasilkan dominasi si kaya atas si miskin, membuat ekonomi bubble yang sewaktu-waktu siap meledak dan menimbulkan bencana maha dahsyat meluluhlantakkan perekonomian suatu negara. Ya, secara faktual kapitalisme merusak seluruh sendi kehidupan dan terbukti gagal dalam memberikan kesejahteraan bagi umat manusia. Sistem ekonominya begitu rapuh karena penerapan sistem yang keliru berlandaskan sistem perseroan terbatas (PT), sistem perbankan ribawi, dan sistem uang kertas (flat money). Hal ini menyuburkan sektor ekonomi non riil.

Pandemi Corona saat ini menegaskan kepada kita semua bahwa dunia sedang butuh sistem ekonomi yang betul-betul menyejahterakan secara nyata tidak hanya sebatas lipservice belaka penuh pencitraan. Tentu masih segar dalam benak kita peristiwa beberapa waktu yang lalu dimana seorang ibu harus meregang nyawa di dalam rumahnya karena kelaparan. Pun ada yang nekat mencuri beras demi memberi makan keluarganya walaupun dengan resiko babak belur dihajar massa. Saat ini selain berjuang melawan virus tak kasat mata, rakyat juga masih harus berjuang keras mencari cara agar tetap survive seakan hanya ada 2 pilihan yaitu diluar mati karena virus atau didalam rumah mati kelaparan. Sementara peran negara antara ada dan tiada, ya negara hanya sebagai simbol yang tak nyata, para pemangku kekuasaan sibuk memeras rakyat yang tengah sekarat atas nama kebijakan dalam penanganan wabah. Lihat saja ketika para pejuang garda terdepan bertaruh nyawa melawan covid 19 dengan minim APD, pemerintah malah mengekspor alat kesehatan tersebut keluar negeri demi pundi-pundi rupiah. Di saat rakyat butuh makan karena social distancing, pemerintah malah mengelontorkan triliunan dana untuk program kartu pra kerja yang harusnya hak rakyat kepada salah satu perusahaan yang belakangan diketahui bukanlah perusahaan asli Indonesia. Begitulah potret kehidupan saat ini nyawa manusia menjadi begitu murah di alam kapitalis.

Saatnya Menata Ekonomi Dunia dengan Syariah

Tak bisa dipungkiri dewasa ini warga dunia sudah mulai gerah dengan sistem kapitalisme, sistem ekonominya menjanjikan stabilitas ekonomi, faktanya yang terjadi adalah kekacauan. Ekonomi kapitalis menjanjikan peningkatan kekayaan bagi semua, faktanya yang terjadi adalah kerusakan dan kemiskinan yang makin meluas dinegara kampiun kapitalis sekalipun. Syariah Islam memiliki sistem ekonomi yang khas, berbeda dari ekonomi sosialis, kapitalis, neoliberal dan sistem ekonomi apapun yang pernah eksis dimuka bumi. Suatu sistem ekonomi yang terbaik, tangguh dalam berbagai kondisi, anti resesi, anti krisis serta rahmatan lil alamin sebab berasal dari Sang Pencipta Semesta yang Maha mengetahui segala kelemahan manusia. ﴿أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ﴾ “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?” [Al-Mulk: 14].

Ya itulah sistem ekonomi Islam yang merupakan suatu sistem komprehensif yang mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sebagai tujuan. Bukan hanya mengejar target angka pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks individu, kegiatan ekonomi dilandasi oleh nilai-nilai ibadah. Bukan materi yang menjadi orientasi, tetapi keridhaan Allah. Mencari materi merupakan perkara mubah dan menjadi wajib bagi seseorang yang menjadi penanggungjawab nafkah dalam keluarga. Mencari nafkah tentu tidak dengan menghalalkan segala cara melainkan harus terikat dengan hukum syariah. Sedangkan dalam konteks negara, kegiatan ekonomi merupakan salah satu wujud pengaturan dan pelayanan urusan rakyat. Inilah tugas umum negara. Untuk merealisasikannya, negara menerapkan syariah Islam baik dalam urusan ekonomi di dalam negeri maupun di luar negeri. Negara menerapkan hukum-hukum Allah sebagai koridor kegiatan ekonomi dan bisnis untuk mencegah aktivitas ekonomi yang zalim, eksploitatif, tidak transparan, dan menyengsarakan umat manusia. Negara menerapkan politik ekonomi agar warga dapat hidup secara layak sebagai manusia menurut standar Islam. Negara juga menjalin hubungan secara global dan memberikan pertolongan agar umat manusia di seluruh dunia melihat dan merasakan keadilan sistem Islam.

Sungguh, Islam memiliki metode untuk membalikkan posisi krisis yang dialami dunia saat ini menjadi sejahtera. Metode tersebut tentu dengan menerapkan sistem ekonomi Islam dalam pola hubungan ekonomi global melalui Khilafah Islamiyah dengan cara : Menerapkan mata uang berbasis emas dan perak, Memajukan sektor riil, Menciptakan mekanisme pasar internasional yang adil, dan Mengemban ekonomi yang bermisi kemanusiaan. Sudah saatnya mengakhiri dominasi kapitalisme yang sudah terbukti merusak dunia. Sistem ini bukan hanya harus dilockdown tetapi harus dishutdown secepatnya. Beralih ke sistem yang selama 13 abad telah memberikan potret ekonomi dunia yang maju, aman, sejahtera, adil dan manusiawi. Siapkah dunia berubah? Wallahu A’lam bis Showwab

Oleh : Teti Ummu Alif (Aktivis Muslimah Kendari)