tegas,co., SURABAYA, JATIM – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) berunjuk rasa di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, pada Sabtu (01/12/2018) kemarin. Mereka menuntut Papua merdeka atau menentukan hak sendiri untuk West Papua.
Aksi turun ke jalan dari massa AMP ini nyaris bentrok karena tiba-tiba dihalau aparat Kepolisian yang mengamankan jalannya upacara Korpri di halaman Grahadi. Aparat yang berjaga menghadang massa dengan kendaraan taktis lapis baja dan Water Canon yang telah disiagakan.
Tak hanya itu saja, aksi tandingan juga datang dari ormas gabungan Pemuda Pancasila dengan Forum Komunikasi Putra-Putri TNI Polri (FKPTP), Himpunan Putra-Putri Angkatan Darat, dan Komunitas Pencak Silat (KPS) Jawa Timur. Ormas yang berupaya merangsek dihadang polisi dan melakukan penyekatan jarak, agar tidak terlibat bentrok dan saling serang.
Sekretaris Pemuda Pancasila Kota Surabaya, Haji Baso Juherman menyatakan, AMP mengusung Papua merdeka sudah menyuarakan separatisme. Dan hal ini tidak bisa dibiarkan karena dapat mengancam keutuhan NKRI.
“Aksi yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) jelas-jelas aksi makar, Ormas Pemuda Pancasila turun mencegah karena aksi tersebut telah melukai warga Surabaya. Kota Surabaya ini kota damai dan rasa patriotismenya tinggi dan itu dibuktikan oleh arek-arek Soroboya, pristiwa 10 November. Aksi ini sebenarnya harus dibubarkan oleh aparat TNI dan Polri, bukan difasilitasi untuk aksi,” pintanya.
Dikatakannya, Pemuda Pancasila menggelar aksi turun jalan sebagai bentuk solidaritas warga Kota Surabaya yang cinta NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Dirinya mengaku heran, gerakan mahasiswa Papua di Surabaya meminta referendum seperti ditumpangi kepentingan, karena di Papua itu sendiri saat ini damai-damai saja.
“Kami sayangkan aksi separatis Aliansi Mahasiswa Papua dibiarkan oleh pihak Kepolisian dan TNI, padahal itu sudah nyata aksi makar, seharusnya pihak Polisi dan TNI membubarkan aksi tersebut,” katanya.
“Mereka berorasi menghina ideologi Pancasila sebagai ideologi kerdil. Ini makar, bahkan mereka berteriak Indonesia adalah penjajah Papua, Papua bukan Merah Putih, Papua adalah bintang kejora dan itu diteriakkan berkali-kali, namun tetap dibiarkan,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua ormas Laskar Pemberdayaan dan Peduli Rakyat Surabaya (Lasbandra), R. Saiful Rahmat saat menyempaikan pernyataan sikapnya mengaku geram dengan adanya aksi mahasiswa Papua tersebut.
Melalui pernyataan sikap mereka menegaskan beberapa poin untuk menghadapi ancaman separatisme.
“Pertama, melakukan tindakan pencegahan dengan menekan sekecil apapun gerakan separatisme yang dimulai dengan pemberdayaan serta pentingnya sosialisasi tentang beragam gerakan separatisme karena bisa mengancam keutuhan NKRI yang dimulai dari skop terkecil, yaitu RT, RW dan warganya,” ujar Rahmat.
“Langkah kedua yang bisa kita ambil untuk memberantas gerakan separatisme adalah ditumpas secara yuridis melalui mekanisme Undang-Undang yang berlaku di Indonesia, dengan tetap menjunjung nilai-nilai hak asasi manusia,” tandasnya.
KONTRIBUTOR: TRICAHYO SW
PUBLISHER: SALAMUN SOFIAN