Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Gara-gara Gadget

1155
×

Gara-gara Gadget

Sebarkan artikel ini
Gara-gara Gadget
Ooy Sumini.

Baru-baru ini viral diberitakan bahwa ratusan anak di Jawa Barat terpapar pengaruh gadget/smartphone hingga kecanduan. Beberapa di antaranya harus rawat inap bahkan ada yang akhirnya harus masuk rumah sakit jiwa. 

Ketertarikan anak terhadap gadget saat ini sangatlah besar. Dengan beragam alasan, anak-anak usia pra sekolah pun sudah banyak yang memiliki handphone dan sejenisnya.

Kemudahan, keasyikan dan keseruan fitur dan konten yang disediakan cukup menghipnotis anak-anak, bahkan menjadi solusi  orang tua agar anak betah di rumah, tidak rewel dan merepotkan. Namun tanpa disadari hal ini justru menimbulkan dampak serius pada tumbuh kembang anak.

Setidaknya ada 11 gejala pada anak yang mengalami kecanduan gadget dalam Diacnostic and Statistical Manual of Mental Disorders(DSM) V. Beberapa di antaranya bisa dikenali dari perilaku sehari-hari.

Ciri-ciri anak yang kecanduan biasanya memainkan gadget lebih dari enam jam sehari. Kemudian lebih mementingkan game-nya daripada melakukan hal positif lainnya. Dia akan mengamuk/menangis ketika diambil paksa gadget yang dipegangnya, demikian ujar Dr. Lina Budiyanti, Spesialis Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Provinsi Jawa Barat (detik health, 16/10/19).

Ironisnya, muncul pernyataan kontroversial dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, ia menyatakan bahwa untuk mendapatkan peringkat tertinggi dalam penggunaan digital, Sri minta kepada para orang tua untuk mengenalkan gadget kepada anak-anaknya sedini mungkin. Bahkan sejak bayi sudah dikenalkan gadget (rmolsumsel, 26/9/19).

Pernyataan Sri Mulyani tersebut tentu saja menuai kontradiksi di tengah masyarakat. Sebut saja  Generasi Optimis (GO) Indonesia. Mereka menolak karena telah banyak penelitian yang mengatakan pengenalan gadget terlalu dini kepada anak kecil justru akan berdampak negatif seperti menjadi agresif, delusi, malas dan obesitas. Secara kesehatan fisik pun akan berekses, minimal mengganggu kesehatan mata. Demikian penjelasan Wakil Ketua GO Indonesia, Frans Meroga Panggabean (rmol, 26/9/19).

Masih dikutip dari laman yang sama, anak-anak beresiko tinggi  dan rentan terkena radiasi yang dipancarkan gadget. Anak lebih mudah menyerap energi (dalam hal ini radiasi) daripada orang dewasa karena memiliki ukuran kepala dan otak yang lebih kecil. Sel-sel pada anak tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada orang dewasa, sehingga sel tersebut rentan berubah menjadi kanker.

Sistem kekebalan tubuh anak-anak belum sesempurna orang dewasa. Sehingga lebih lemah dalam menangkal gangguan akibat penetrasi radiasi. Dibanding orang dewasa, anak-anak zaman sekarang sudah terpapar teknologi nirkabel sejak kecil sehingga waktu “bersentuhan” dengan radiasi lebih panjang.

Walau kebahayaannya nampak, gadget tidak selalu membawa dampak negatif, ada beberapa manfaat yang bisa didapat. Dengan perangkat pintar ini, anak-anak dapat mengakses aplikasi-aplikasi yang dapat membantunya belajar. Namun perlu diingat juga, melalui gadget yang selalu di tangan, anak-anak juga bisa punya akses terhadap media sosial, berbagai macam game, hingga memungkinkan terekspos pada praktek pornografi.

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa gadget ibarat pisau bermata dua yang dapat memberi manfaat dan juga berdampak buruk bagi siapapun yang tidak bijak menggunakannya. Islam menganjurkan agar mengisi waktu dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat, apabila tidak, maka kita pasti akan mengisi waktu kita dengan hal-hal yang sia-sia atau bahkan hal yang negatif. Termasuk kebaikan bagi seorang muslim adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya baik dunia maupun akhirat. Rasul Saw. bersabda:

Di antara tanda kebaikan dalam Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Anak-anak menggunakan gadget biasanya hanya untuk bermain game. Kecanduan main game berarti tidak menghargai waktu yang sangat berharga, karena mengerjakan hal yang tidak bermanfaat. Allah Swt. dalam beberapa ayat Alquran bersumpah dengan menggunakan waktu, misalnya demi masa, demi waktu dhuha, demi waktu malam, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa waktu ini sangat penting dan penting diperhatikan keberadaannya, begitu juga  terhadap anak-anak kita sebisa mungkin orang tua harus bisa mengawasinya terkait penggunaan waktu ini.

Namun demikian, membina generasi masa depan agar menjadi generasi unggul kebanggaan Islam  tidak cukup dibebankan kepada keluarga, atau masyarakat saja. Negara bahkan punya peran yang paling menentukan. Namun sayangnya dalam negara yang menerapkan sistem kapitalis demokrasi seperti saat ini, hal itu mustahil terlaksana.

Alih-alih mencegah terjadinya kecanduan gadget pada anak, bahkan kurikulum yang ada saat ini mengharuskan anak SD menggunakan gadget seperti yang dihimbau oleh Menteri Keuangan  agar para orang tua mengenalkan gadget pada anak sejak bayi. Demi pertumbuhan ekonomi nasional, nasib anak bangsa dikorbankan.

Terkait hal ini, solusi yang bisa dilakukan harus mencakup 3 hal:  Pertama,  mewujudkan individu yang bertakwa kepada Allah Swt. Untuk menjadikan individu remaja yang bertakwa, maka tugas kita sebagai orang tua, pendidik, dan individu muslim kemanapun harus membekali remaja dengan pemahaman agama, agar mengerjakan aturan-aturan Islam secara kaffah.

Kemudian hari akan muncul individu-individu yang merasa bertanggungjawab akan perbuatannya dan menyadari betul bahwa semua perbuatan disaksikan oleh Allah SWT, dicatat oleh malaikat dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.

Kedua, adanya peran masyarakat yang menyadari pentingnya berdakwah. Allah Swt. memerintahkan kepada masyarakat untuk melakukan amar ma’ruf nahyi munkar. Setiap Muslim memilki kewajiban yang sama dalam hal amar ma’ruf, jika ada individu yang melakukan kesalahan, maka masing-masing akan saling menasehati dalam kebaikan dan selalu berusaha untuk mengingatkan satu sama lain. Masyarakat seperti ini akan bisa mencegah generasi muda terjerumus dalam kemaksiatan, sehingga remaja terbina dan selalu diarahkan menuju hal-hal positif.

Ketiga, negara yang menerapkan syariah Islam dalam bingkai khilafah. Negara yang mengadopsi hukum-hukum Islam untuk diterapkan di tengah umat manusia, yang akan meminimalisasi terjadinya kemaksiatan. Hukum-hukum Islam apabila diterapkan akan memberi efek jera bagi pelaku kemaksiatan ataupun bagi orang lain. Sehingga orang lain akan berpikir seribu kali jika berniat melakukan maksiat.

Oleh karenanya, penerapan syariat Islam menjadi solusi satu-satunya dalam menyelesaikan seluruh permasalahan yang dialami oleh kaum muslimin, termasuk masalah ancaman kehancuran generasi penerus akibat gadget. Sudah sepatutnya kita menyegerakan hukum Allah ditegakkan di muka bumi ini agar permasalahan umat dalam semua level juga berbagai aspek kehidupan akan segera teratasi. Wallaahu a’lam bish shawab.

OOY SUMINI