Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Ada Apa dengan Masjid

951
×

Ada Apa dengan Masjid

Sebarkan artikel ini
Ada Apa dengan Masjid
Lulu Nugroho

Menelisik gundah di tubuh umat saat berbagai wacana menyudutkan umat. Satu demi satu bermunculan setiap harinya. Semuanya dikemas dengan bungkus yang sama, yaitu radikalisme. Sebagaimana tersebar di linimasa, media menyampaikan Wakil Presiden meminta agar masjid yang terpapar radikalisme diawasi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Argo Yuwono menyebut akan melakukan pengawasan terhadap masjid yang dimaksud. Mabes Polri bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Bintara Pembina Desa (Babinsa), kelurahan, dan Kepala Desa (Kades). (Republika.co.id, 26/11/2019).

 “Masjid yang dijadikan tempat menebar kebencian harus diingatkan dan diingatkan. Itu harus aktif dari kepolisian maupun pemda untuk melakukan pencegahan,” kata Ma’ruf saat membuka Festival Tajug 2019 di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (22/11).

Masjid harus diisi dengan narasi kerukunan dan kasih sayang. Ajaran ini, sesuai dengan ajaran Sunan Gunung Jati, salah satu Walisongo penyebar agama Islam yang berasal dari Cirebon, kata Ma’ruf. Menurutnya, ajaran Sunan Gunung Jati tak jauh dari menjaga tajug atau masjid dengan pengajaran, pengajian, dan khotbah yang baik seperti dilakukan para ulama terdahulu.

Pemerintah mengajak masyarakat untuk berperan aktif menyampaikan, jika ada masjid yang terpapar radikalisme. Masyarakat seperti terbelah, ingin membela dakwah Islam, tapi kemudian ditakut-takutin dengan opini radikalisme.

Istilah lentur bagaikan karet, bisa ditarik ke sana ke mari sesuai kepentingan pemilik kekuasaan. Bermakna biasa, tapi karena diberi label negatif, maka menjadi bermakna buruk. Bias makna, dan inilah yang disebarkan di tengah umat. Barat berhasil, melalui agen-agennya, menjauhkan umat dari agamanya.

Sekalipun pemerintah masih belum memiliki batasan yang jelas terkait isu radikalisme, akan tetapi secara kasat mata, masyarakat bisa menilai bahwa yang dimaksud adalah Islam. Yang tertuduh adalah umat Islam. Hingga upaya mengebiri syariat pun dilakukan oleh pemerintah, demi menampilkan Islam dengan formasi baru.

Selain mengerahkan polisi, Ma’ruf mengatakan perlu pendataan yang jelas masjid mana saja yang berpotensi terpapar. “Nanti kita minta dewan masjid untuk mencari, untuk memetakan. Kita recheck lagi mana masjid yang perlu pembinaan supaya tidak menebar narasi-narasi kebencian, permusuhan, tapi sebaliknya membangun narasi kerukunan,” ucap Ma’ruf. (Cnnindonesia.com, 22/11/2019)

Sangat jauh perbedaan masjid dalam peradaban Islam dengan kondisi sekarang. Saat Rasulullah memimpin Madinah hingga para khulafaur rasyidin, masjid menjadi pusat pemerintahan. Selain itu, ia juga merupakan pusat kegiatan kaum muslim. Sehingga banyak dijumpai para ulama mengajar di sana, berdiskusi, menimba ilmu, dan menyelesaikan permasalahan kaum muslim.

Tidak seperti saat ini, dalam udara sekularisme, tidak ada tempat bagi masjid. Fungsinya dipasung, yang tertinggal hanya sebagai tempat salat dan mengaji. Itupun masih diawasi. Khawatir umat terpapar radikalisme akibat narasi kebencian yang datangnya dari Islam. Padahal memata-matai mukmin, haram hukumnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadis no. 6064 dan Muslim hadis no. 2563]

Justru seharusnya kepada kaum lain atau negara asing yang berpotensi memecah belah negara, yang pantas dimata-matai, bukan umat. Sebab mereka merusak negeri tidak hanya melalui senjata, tapi juga pemikiran kufur dan pinjaman asing. Sayangnya pemerintah lebih menggandeng erat tangan musuh-musuh Islam, ketimbang membela warganya sendiri.

Umat yang taat pada agamanya, tidak akan merusak negeri. Mereka justru memperbaiki dan menjaga atas dasar iman kepada Allah. Jika hal seperti ini dianggap sebagai ancaman, maka jelas siapa sesungguhnya yang ingin menghancurkan keutuhan umat dan mengahalangi kebangkitannya. Wallahu’alam

Lulu Nugroho,

Muslimah Member Revowriter & WCWH dari Cirebon.