Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Islam Dalam Menghadapi Pandemi

1576
×

Islam Dalam Menghadapi Pandemi

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI

Seperti yang sudah kita ketahui saat ini dunia sedang gelisah, menghadapi pandemi virus Corona (covid-19). Dikatakan pandemi karena saat ini kita sedang menghadapi wabah terbaru, dengan penyebaran yang sangat cepat dan meluas hingga keberbagai negara setidaknya sampai 25 negara, negara terjangkiti virus corona ini, ditambah lagi belum ada vaksin untuk virus ini. Alhasil wabah ini menjadi momok yang menakutkan bagi setiap negara.

Asal mula virus ini menjangkiti sejumlah orang, tepatnya di Kota Wuhan. Menurut Reuters, virus Corona adalah jenis virus baru yang berhasil ditemukan di Wuhan tepatnya Provinsi Hubei. Virus ini berasal dari pasar yang menjual satwa liar secara ilegal. Virus ini diduga menyebar karena kebiasaan warga China menyantap hewan liar, seperti sup kelelawar. Penularan Virus ini sama dengan penyebaran virus SARS, yang ditularkan dari binatang ke manusia.

Virus ini semakin menyebar luas tak terkecuali Indonesia. Setiap harinya, jumlah ODP, PDP, dan pasien positif corona semakin meningkat. Hingga tulisan ini dibuat, Juru Bicara Penanganan COVID-19 di Indonesia Achmad Yurianto mengungkapkan ada tambahan 149 orang pasien positif. Sehingga hingga hari ini terdapat 1.677 kasus positif virus corona di Indonesia (Liputan6.com, 01/04/2020).

Penanganan yang dilakukan oleh pemerintah pun dinilai lamban. Ketika mayoritas negara lain waspada dan melakukan tindakan pencegahan terhadap penyebaran Corona, pemerintah Indonesia tidak melarang masuknya dan keluarnya wisatawan Cina karena bisa merugikan bisnis. “Kita tidak melakukan restriksi, pembatasan perjalanan orang, karena bisnis bisa merugi, ekonomi bisa berhenti,” kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I, Bandara Soekarno-Hatta, dr. Anas Ma’aruf di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (22/1/2020) malam. (Jakarta, Harianjogja.com, 2020).

Bukan hanya itu ditengah mengganasnya penyebaran virus corona ini sudah tidak bisa dibedakan lagi siapa positif corona, dan siapa carriernya.
Dan akhirnya Presiden Joko Widodo pun mengumumkan bahwa pemerintah akan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam menangani penyebaran wabah virus corona Covid-19. Keputusan ini didasarkan pada status kedaruratan kesehatan masyarakat akibat virus corona Covid-19 yang telah ditetapkan. Kebijakan penerapan PSBB merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan. Sementara dengan pemberlakuan pembatasan skala besar dan darurat sipil, maka potensi kewajiban dan tanggungjawab negara akan kebutuhan dasar rakyat berpotensi tidak tertunaikan (Kompas.com, 01/04/2020).

Pemerintah harusnya serius melindungi rakyatnya dari pandemi virus corona. Rakyat butuh selamat, bukan janji-janji manis.Sebagai pemimpin negara yang mayoritas penduduknya Muslim, pemerintah selayaknya berkaca pada Islam, bagaimana Islam mengatasi wabah penyakit menular. Islam memiliki seperangkat solusi yang lengkap dalam mengatasi wabah pandemi. Islam selalu menunjukkan keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang lengkap. Semua hal diaturnya tak terkecuali urusan kesehatan.

Inilah bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah lebih memikirkan untung rugi bisnis dibandingkan Total perlindungan terhadap rakyat, sehingga apapun yang terjadi dianggap tidak urgen untuk segera diatasi selama bisnis untuk meraup banyak keuntungan bisa berjalan dengan baik.
Ketika materi yang menjadi tujuan utamanya, maka nyawa dan perlindungan hidup warga negara tidak begitu penting, dibanding upaya penyelamatan bisnis yang kadung telah berjalan separuh jalan, demi menyelamatkan “ekonomi negeri”. Inilah yang terjadi didalam negara yang menganut paham negara korporatokrasi. Hal ini juga menunjukan jika sistem sekuler-kapitalis telah membentuk individu-individu egois yang hanya memikirkan kepentingan diri dan golongannya saja.

Berbeda dengan Islam tatkala nyawa manusia begitu berharga hingga dijaga kebutuhannya bahkan kehidupannya dilindungi oleh Islam. Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam mengatur semua hal dan memberikan solusi atas segenap persoalan. Islam telah lebih dulu dari masyarakat modern membangun ide karantina untuk mengatasi wabah penyakit menular.

Dalam sejarah, wabah penyakit menular pernah terjadi pada masa Rasulullah saw. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut, salah satu upaya Rasulullah saw. adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah saw. memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut. Beliau bersabda:
Janganlah kalian terus-menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta (HR al-Bukhari).

Dengan demikian, metode karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah saw. untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul saw. membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah. Peringatan kehati-hatian pada penyakit kusta juga dikenal luas pada masa hidup Rasulullah saw. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi singa.” (HR al-Bukhari).

Rasulullah saw. juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Beliau bersabda:

Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninginggalkan tempat itu (HR al-Bukhari).

Bahkan di masa Kekhalifahan Umar bin al-Khaththab juga pernah terjadi wabah penyakit menular. Diriwayatkan:
Khalifah Umar pernah keluar untuk melakukan perjalanan menuju Syam. Saat sampai di wilayah bernama Sargh, beliau mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengabari Umar bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meningggalkan tempat itu.” (HR al-Bukhari).

Pada masa kejayaan Islam wilayah yang terjangkiti wabah diisolasi agar tidak meyebar berbagai wilayah. Agar wilayah yang tidak terjangkiti tetap menjalankan aktivitas sebagaimana biasanya. Wilayah yang terjangkiti dipenuhi segala kebutuhannya serta disediakan tetap yang memadai untuk orang-orang yang terjangkiti wabah ini.

Islam memang telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktikkan gaya hidup sehat. Selain memakan makanan halal dan baik, kita juga diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan. Apalagi sampai memakan makanan yang sesungguhnya tak layak dimakan, seperti kelelawar. Islam pun memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. Untuk itulah Rasulullah saw. pun, misalnya, senang berwudhu, bersiwak, memakai wewangian, menggunting kuku dan membersihkan lingkungannya.

Namun demikian, penguasa pun punya peran sentral untuk menjaga kesehatan warganya. Apalagi saat terjadi wabah penyakit menular. Tentu rakyat butuh perlindungan optimal dari penguasanya. Penguasa tidak boleh abai. Para penguasa Muslim pada masa lalu, seperti Rasulullah saw. dan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra., sebagaimana riwayat di atas, menunjukkan akan peran penting penguasa dalam pemerintahan untuk tidak abai dan melindungi rakyatnya, tanpa terkecuali. Sistem yang mampu melindungi rakyatnya tanpa memikirkan untung dan rugi hanya bersumber dari sistem yang mengambil dari aturan.sang pencipta yaitu Allah swt. Yang memanusiakan manusia. Dan melindungi segenap manusia tanpa melihat lagi ras dan agamanya. Sistem ini adalah sistem Islam. Wallahu a’lam.

ADE IRMA