Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Hipokrisi Perancis Melanggengkan Liberalisme Barat

442
×

Hipokrisi Perancis Melanggengkan Liberalisme Barat

Sebarkan artikel ini
Mariati,SKM (Pemerhati Sosial)
Mariati,SKM (Pemerhati Sosial)

TEGAS.CO., NUSANTARA – Pemerintah Prancis, dalam hal ini Emmanuel Macron, bersikukuh memberikan dukungan terhadap publikasi ulang karikatur Rasulullah oleh majalah Charlie Hebdo, bahkan memajangnya di gedung-gedung pemerintah. Padahal, kondisi politik local dan internasional dipenuhi kemarahan dan kecaman. Macron betul-betul mendukung dan mengeksploitasi momen terbunuhnya Samuel Paty, dengan alasan memuja kebebasan berekspresi, dan gagasan yang tidak bisa dikritik, bahkan mempromosikannya keseluruh penjuru dunia.

Promosi kebebasan berekspresi yang menjadi gagasan suci mereka justru berbenturan dengan gagasan suci agama lain yaitu Islam, dalam hal ini potret Nabi Muhammad Saw. Dari sini mulai tampak sikap hipokrit atau standar ganda total yang sangat ekstrem. Yakni ketika Macron dan seluruh jajarannya beserta para pemuja gagasan kebebasan berekspresi ini, melabeli Islam sebagai radikal dan teroris saat menolak gagasan tersebut. Sebenarnya jika bicara konteks karikatur ini dan kemarahan kaum muslimin, di satu sisi justru dijadikan senjata politik Macron untuk terus memopulerkan gagasan kebebasan berekspresi. Dan di sisi lain menargetkan komunitas muslim di negaranya. Banyak lagi kemunafikan yang dipraktikkan Macron dan jajarannya, seperti saat mengatakan mereka punya kebebasan pers. Namun, saat ada media pada 2019 yang meliput penjualan senjata Prancis ke Saudi Arabia, langsung ditindak Macron.

Cara Menghentikan Penistaan Rasulullah

Agar kaum muslim seluruh dunia bisa menghentikan aksi-aksi penghinaan terhadap Rasulullah, Al-Qur’an, dan agama Islam secara umum yang terus berulang. Saat ini pemerintahan Barat tidak takut terhadap kemarahan kaum muslimin karena tidak ada satu pun penguasa muslim yang mereka takuti. Salah satunya penguasa muslim di Turki yang bersikap lunak terhadap Prancis di beberapa momen. Juga pemerintahan Saudi yang justru mengorganisir counter campaign untuk membela kepentingan Prancis.

Sebuah ironi saat mencermati bagaimana sikap penguasa muslim ketika kehormatan mereka sendiri yang diserang. Contohnya, ada 24 pasal yang membentengi penguasa muslim di Arab Saudi ketika ada yang menghina kehormatan mereka atau legitimasi mereka atau eksistensi kekuasaan mereka. Tidak cukup sekadar retorika mengecam, namun di lapangan mereka terus bergandengan tangan dengan Prancis, khususnya dalam hal counter campaign terhadap upaya boikot produk Prancis. Alhasil, kemarahan kaum muslimin pantas untuk tidak ditakuti. Berbeda pada saat abad 19 akhir, Sultan Abdul Hamid II pernah betul-betul marah ketika Prancis dan beberapa Negara Eropa akan mementaskan teater yang mereka populerkan dengan mengolok-olok Rasulullah.

Kala itu, Kekhilafahan Islam sudah dalam kondisi sakit hingga dijuluki “The Sick Man of The Europe”. Namun, Kekhilafahan tetap mengancam akan mengerahkan apa pun untuk menghentikan teater itu. Hasilnya, Prancis ketakutan dan aktor-aktor pemeran teater itu sebagian diasingkan keInggris sebab khawatir dengan tindakan yang akan dilakukan Kekhilafahan.

Jadi bagaimana cara kaum muslimin menghentikan ini?

Tegakkan Khilafah kembali, yang betul-betul menerapkan Islam tanpa ada wala’ dan tercampur dengan sekularisme ataupun ideologi lain. Murni menerapkan syariat-Nya dan mengerahkan seluruh kekuatan politik, ekonomi, dan militer untuk membela Rasulullah. Selama Kekhilafahan tidak ada penghinaan terhadap Rasulullah, Al-Qur’an, dan ajaran Islam tidak akan pernah bisa berhenti, karena tidak ada satu pun kekuatan politik yang ditakuti. Ditambah sikap penguasa muslim yang membebek Barat, menjadi pelayan Barat, dan berkhianat terhadap rakyatnya sendiri yaitu kaum muslimin.
Wallahu A’lam

Penulis: Mariati,SKM (Pemerhati Sosial)
Editor: H5P