Example floating
Example floating
Opini

Virus Islam Phobia Masuk Madrasah?

830
×

Virus Islam Phobia Masuk Madrasah?

Sebarkan artikel ini
Virus Islam Phobia Masuk Madrasah?
YUPI ALMAIDAH, S.PD (GURU SMAN 1 MELUHU)

Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK), Madrasah Kementrian Agama, Ahmad Umar menuturkan, di tahun ajaran 2020, tidak akan ada lagi materi perang di mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Mulai Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiah (MTS), dan Madrsah Aliyah (MA) saat ditemui di kantor Kemenag, Jakarta Pusat. (Gatra.com, Jum’at, 13/9/2019).

Materi tentang perang, alih-alih akan diganti dengan materi tentang masa-masa kejayaan Islam, baik kejayaan Islam di Indonesia atau kejayaan Islam di dunia. Umar juga menambahkan bahwa hal itu dilakukan, agar Islam tidak lagi dianggap sebagai agama yang radikal, atau agama yang selalu dikaitkan dengan perang oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, tujuan penghapusan materi tentang perang adalah untuk mendidik anak-anak sebagai orang-orang yang punya toleransi tinggi kepada penganut agama-agama lain.

Awal Propaganda Islam di Dunia Barat

Kalau kita melihat ke belakang, awal mula adanya penciptaan propaganda terhadap Islam semua bersumber dari aksi peledakkan gedung WTC, Amerika Serikat, yang dikenal dengan nama Serangan 11 September 2001. Kejadian ini berhasil menanamkan sikap Phobia terhadap Islam itu sendiri. Setelah itu,  Islam juga dikatakan agama perang, agama yang menciptakan kekacauan di seluruh dunia dengan menghubungkan sejarah di mana Rasulullah memerintahkan perang (jihad) untuk menegakkan Islam.

Realita sekarang, justru umat muslim yang mengalami penindasan, pembantaian, bahkan perampasan kehormatan wanita muslimah hampir disetiap negara. Umat muslim dibantai dengan sadis tanpa belas kasihan, namun media bungkam. Kejayaan Islam tidak diraih dengan perang yang dimonsterisasi seperti sekarang ini.

Materi perang manjadi senjata yang ampuh untuk menghapus sedikit demi sedikit pelajaran agama di sekolah. Sebelumnya, ide penghapusan mata pelajaran agama di sekolah telah mereka lontarkan sebagai sentilan untuk melihat bagaimana reaksi masyarakat. Dan ternyata, ide tersebut banyak menuai kritikan dari berbagai pihak.

Dengan begitu, diaturlah cara yang jitu dengan cara memasukkan ide melalui kurikulum sekolah Madrasah, sebagai tahap pembinaan awal penghapusan pelajaran pendidikan agama di sekolah. Selanjutnya, jika rencana ini tidak mengalami kritikan atau penolakan, maka tahap selanjutnya akan berlaku pada sekolah-sekolah umum atau dengan sempurnanya tujuan penghapusan mata pelajaran agama, benar-benar akan ditiadakan di sekolah-sekolah.

Ini jelas-jelas suatu upaya untuk menghilangkan identitas Islam itu sendiri, dengan dalih bahwa Islam identik dengan peperangan. Ini adalah cara untuk menghapus mata pelajaran agama Islam, dengan cara mencopot satu persatu identitas aslinya. Ini adalah cara halus untuk menghapus semangat generasi muslim untuk menda’wahkan Islam, agar generasi kita tidak punya panutan, dorongan atau semangat juang dalam berda’wah karena mereka tidak mengenal perjuangan Rasulullah Salallahualaihi wasallam. Anak-anak kita dipaksa mengenal agamanya sebagian saja dengan jalur perubahan kurikulum pembelajaran dan membuang sebagian yang dianggap mengajarkan radikal.

Itulah kondisi agama Islam saat ini, yang di mana materi perang dijadikan alasan bahaya radikal atau teroris di kalangan anak didik. Namun, saat Islam diteror bahkan diperangi di berbagai negara itu tidak dikatakan sebagai aksi teror, atau pelanggaran HAM terhadap kaum muslim.

Jihad Dalam Prespektif Islam

Islam membolehkan perang tidak dengan membabi buta tanpa aturan. Sabda Rasulullah salaullah hualaihi wasallam, “berperanglah dengan menyebut nama Allah dan di jalan Allah. Perangilah mereka yang kufur kepada Allah. Berperanglah, jangan kalian berlebihan (dalam membunuh). Jangan kalian lari dari medan perang, jangan kalian memutilasi, jangan membunuh anak-anak, perempuan, orang tua yang sepuh, dan rahib di tempat ibadahnya.” (HR. Muslim 1731, abu Dawud 2613, at-Tirmidzi 1408, dan al-Baihaqi 17935)

Apakah dengan menghilangkan materi tentang perang adalah jalan untuk menumbuhkan sikap toleransi kepada anak-anak? Tentu saja tidak. Karena dalam hadis di atas, jelas Rasulullah telah mengajarkan sikap toleransi dengan melarang pasukan perangnya agar tidak memerangi para rahib di tempat ibadahnya.

Begitupun Alquran telah menegaskan “untukmu agamamu dan untukku agamaku” (TQS. Al-Kafirun). Ini jelas-jelas suatu upaya untuk menghilangkan identitas Islam itu sendiri dengan dalih bahwa Islam identik dengan peperangan. Ini adalah cara untuk menghapus mata pelajaran agama Islam, dengan cara mencopot satu persatu identitas aslinya. Anak-anak kita dipaksa mengenal agamanya sebagian saja, dengan jalur perubahan kurikulum pembelajaran dan membuang sebagian yang dianggap mengajarkan radikal. Wallahu ‘alam bissawab.

YUPI ALMAIDAH, S.PD (GURU SMAN 1 MELUHU)

error: Jangan copy kerjamu bos