Example floating
Example floating
Opini

Antara Gawai dan Peran Penguasa

837
×

Antara Gawai dan Peran Penguasa

Sebarkan artikel ini
Antara Gawai dan Peran Penguasa
Ilustrasi.

Sedari bangun tidur selalu duluan di pegang.

Beranjak siang selalu di pandang.

Hingga waktu masuk petang.

Malam dipuja hingga begadang.

Smartphone memang bikin edan.

Dilansir oleh laman (detikhealth, Rabu, 16/10/2019), ratusan anak di Jawa Barat masuk rumah sakit jiwa karena kecanduan gadget. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua Provinsi Jawa Barat dalam sebulan rata-rata menangani 11 hingga 12 pasien anak dengan rentang usia 7-15 tahun, dan total saat ini ada ratusan anak yang ditangani. Mereka disebut mengalami kecanduan ponsel.

Sub Spesialis Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat, Dr. Lina Budiyanti mengatakan ada 11 gejala bagi anak yang mengalami kecanduan gadget dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V. Beberapa di antaranya bisa dikenali dari perilaku sehari-hari.

Ciri-ciri anak yang kecanduan biasanya memainkan gadget lebih dari enam jam perhari, anak berbohong untuk bisa pakai game, kalau tidak main game membuat anak cemas, mengamuk atau menangis ketika diambil paksa gadget yang dipegangnya.

Lina menghimbau orang tua harus peka dengan tingkah laku anaknya yang gemar bermain game di gadget. Jangan sampai, anak mengalami kecanduan yang berdampak terhadap kesehatan psikologisnya. Karena anak main game biasanya untuk melarikan diri dari ketidaknyamanan. Ujarnya saat ditemui di Cisarua, Selasa (15/10/2019).

Gadget telah menjadi teman akrab setiap orang di abad ini. Tak hanya menjangkiti orang dewasa dan remaja, anak-anak pun mulai terbiasa mengakrabi ponsel pintar. Tak bisa dipungkiri, keberadaan gadget memudahkan kita untuk mengakses berbagai informasi, menjalin komunikasi jarak jauh, serta memanjakan kita dengan beragam aplikasi dan hiburan.

Namun keberadaan gadget di ranah kehidupan anak-anak saat ini, sangat berpotensi mengancam keberlangsungan menuju manusia paripurna. Anak yang kecanduan gadget/gawai akan kehilangan interaksi sosial, cenderung bermain sendiri ketimbang bermain bersama teman-temannya, memandang dunia berdasarkan dunia maya, kehilangan tanggung jawab, tidak bisa mengontrol diri, serta yang paling parah adalah gadget  mempengaruhi respon visual, bahkan menyebabkan gangguan kejiwaan.

Fenomena kecanduan gadget hingga menyebabkan gangguan kejiwaan, menjadi indikasi bahwa kecanggihan teknologi tak berbaring lurus dengan kesiapan mental dan fisik anak dalam menghadang gelombang elektromagnetik yang berbahaya bagi tubuh.

Menurut beberapa penelitian, radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari antena smartphone, tablet, Wi-Fi, dan perangkat elektronik lainnya lebih mudah masuk ke organ otak anak bagian terdalam, hal ini karena tulang tengkorak anak  lebih tipis dan lunak dibandingkan orang dewasa.

Paparan radiasi dari perangkat elektronik juga bisa mempengaruhi sistem reproduksi manusia hingga menyebabkan kanker. Risiko lainnya adalah kehilangan memori dan ketidakmampuan belajar.

Ditengah gempuran teknologi yang semakin canggih ini, membina generasi muda masa depan tak cukup jika dibebankan kepada keluarga, tentunya perlu ada peran sentral negara sebagai controling yang mengawasi, menjaga dan memberikan perlindungan menyeluruh kepada generasi muda  dalam menghadang segala macam bahaya yang datang.

Diamnya penguasa terhadap beragam bahaya yang menyasar masa depan bangsa menunjukkan bahwa  penguasa bukan pelayan umat. Ketidakpedulian penguasa terhadap berbagai bahaya yang ditimbulkan gadget bagi generasi muda, tidak bisa dilepaskan dari sistem Kapitalisme-liberalisme yang diadopsi di negeri ini.

Sistem ini memandang segala sesuatu berdasarkan keuntungan tak peduli rakyat menjadi korban. Dan bisnis gadget saat ini dipandang sebagai bisnis yang menggiurkan. Itulah sebabnya, saat ini gadget semakin berkembang menyasar seluruh lapisan masyarakat.

Berbanding terbalik dengan Islam, Islam adalah sistem agung yang diturunkan Allah SWT untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam memandang segala sesuatu berdasarkan hukum syara. Pemimpin dalam Islam bertanggung jawab penuh dalam menjaga dan melindungi umatnya. Ia pun ditempatkan sebagai  Khadimul Ummah (pelayan umat).

Dengan demikian, kemaslahatan umat senantiasa menjadi prioritas bagi pemimpin. Negara Islam pun hadir sebagai junnah (perisai) bagi umatnya yang berperan aktif menjaga umatnya dari segala macam bahaya termasuk bahaya yang datang dari arus modernisasi dan kecanggihan teknologi seperti saat ini.

Teknologi dalam Islam bukanlah hal baru, pada abad ke Vlll sampai abad ke Xlll Islam pernah berjaya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini dibuktikan dengan banyaknya tulisan ilmuan-ilmuan Islam yang terkenal saat itu. Sejarah mencatat kehidupan generasi muda di era kejayaan Islam begitu luar biasa.

Banyak riset dan karya ilmiah yang mereka hasilkan saat usia mereka masih muda. Semuanya itu merupakan dampak dari kondusifitas kehidupan masyarakat keluarga dan negara, yang saling berkesinambungan dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka. Kehidupan generasi muda diera kejayaan Islam pun jauh dari kesia-siaan, jauh dari stres apalagi mengalami gangguan kejiwaan.

Untuk menciptakan generasi muda yang sehat jauh dari tekanan mental, stres hingga mudah mengalami gangguan kejiwaan, maka berbagai hal yang bisa menyibukkan masyarakat dan generasi muda dalam  kebatilan harus dihentikan. Termasuk penggunaan  gadget yang tidak mendatangkan manfaat. Hal ini sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah SAW

“Diantara ciri baiknya keislaman seseorang, ketika dia bisa meninggalkan apa yang tidak ada manfaatnya bagi dirinya”. HRTirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Agar masyarakat, khususnya generasi muda tidak terperosok dalam kesia-siaan, mereka harus disibukkan dengan ketaatan. Baik membaca, mendengar atau menghafal Alquran, hadits, kitab-kitab tsaqafah para ulama’, atau berdakwah di tengah-tengah umat dengan mengajar di masjid, kantor, tempat keramaian, dan sebagainya. Mereka juga bisa menyibukkan diri dengan melakukan perjalanan mencari ilmu, berjihad, atau yang lain.

Namun semua itu membutuhkan negara dengan sistemnya yang luar biasa. Dan negeri Islamlah yang telah mampu menorehkan tinta emas peradaban dunia lewat karya-karya generasi mudanya.

Islam lah pula sebagai satu-satunya sistem yang mampu menghalau gencarnya serangan  arus modernisasi global yang mengancam jiwa generasi muda. Karenanya,  kembali kepada aturan Islam saat ini adalah suatu keharusan dan suatu hal yang urgent.

Maka dari itu, marilah kita bahu membahu demi tegaknya kembali aturan Islam dalam institusi Daulah Khilafah bukan yang lain, agar masyarakat dan generasi muda tercipta dalam ruh keimanan. Wallahu’alam bisa ash-shawwab.

RENI ROSMAWATI