Example floating
Example floating
Opini

Mencari Naluri Ibu dalam Kubangan Sistem Kapitalisme

1276
×

Mencari Naluri Ibu dalam Kubangan Sistem Kapitalisme

Sebarkan artikel ini
Mencari Naluri Ibu dalam Kubangan Sistem Kapitalisme
ILUSTRASI

“Ibu,

Engkaulah wanita mulia,

Derajatmu tiga tingkat dibanding ayah

Kau mengandung, melahirkan…”

Sebait lagu di atas, bisa menggambarkan bahwa betapa perjalanan menjadi sosok ibu penuh liku-liku. Tidak pernah terbayang sebelumnya, ada sesuatu yang tumbuh di dalam perutnya, makan tak enak, perut mual. Namun, rasa itu seakan sirna ketika buah hati lahir dengan selamat. Naluri keibuan muncul dengan alami dalam diri seorang wanita. Namun, anugerah itu Allah berikan tidak khusus kepada wanita yang mampu melahirkan saja, akan tetapi merata kepada setiap wanita. Dengan kehendak-Nya pula, anugerah itu bisa dicabut di dalam diri wanita.

Beberapa kasus hilangnya naluri keibuan, beritanya berseliweran di jagat maya. Puluhan kasus ibu membunuh anaknya sendiri sudah tak asing lagi di telinga kita. Berita terhangat yaitu tentang kasus ibu kandung memasukan bayi yang baru ia lahirkan ke dalam mesin cuci. Ibu St (36) ini tega hanya karena ia malu melahirkan bayi hasil hubungan gelap dengan pacarnya yang tidak mau bertanggung jawab. (INews.id, 5/11/2019). Alasan lainnya, faktor seorang ibu tega menjadi algojo bagi anaknya adalah karena stress, kesal terhadap pasangannya. Dilansir dari berita news.detik.com, (25/11/2019) ibu inisial NP (21) mengaku menyesal telah menganiaya anaknya ZNL (2,5) hingga tewas dengan di gelonggong air. NP mengaku tidak bisa mengontrol emosinya.

Ironis, orang tua yang sejatinya menjadi sosok pelindung bagi buah hati, justru menjadi algojo dari kematian anaknya sendiri. Kasus pembunuhan ini didasari karena faktor ekonomi, dan psikologi takut dicerai, malu karena hasil hubungan gelap. Hal ini adalah bukti makin hilangnya naluri keibuan akibat berlakunya kapitalisme. Selain itu, tidak ada pula jaminan negara terhadap kesejahteraan wanita, khususnya bagi seorang ibu.

Saat ini, wanita dituntut untuk mampu sejajar dengan pria. Intensitas wanita bekerja lebih banyak di dibanding pria. Pekerjaan itu pun memiliki tuntutan tersendiri yang harus dipenuhi wanita. Khususnya ibu, yang mengalami pergeseran dalam tugasnya. Diantaranya, banyak tenaga kerja wanita (TKW) yang harus bersusah payah mencari uang sampai ke luar negeri. Walaupun dengan taruhan nyawa sekalipun. Sehingga, wanita lebih memilih berkiprah dalam kariernya daripada mendidik anak. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pandangan Barat. Mereka beranggapan bahwa wanita itu wajib bekerja. Jika tidak bekerja mereka dianggap tidak produktif. Sehingga, profesi sebagai ibu rumah tangga dipandang sebelah mata.

Secara individual, seorang wanita khususnya ibu sebagai pendidikan pertama anak harus segera kembali memahami Islam. Dimana di dalamnya telah diatur segala permasalahan kehidupan. Selain itu, negara mempunyai peranan penting dalam menjaga naluri keibuan ini. Peranan tersebut diantaranya sebagai berikut. Yaiitu:

Pertama, menjaga keimanan merupakan fondasi pembangun dimensi kesehatan mental dan fisik. Proses pembentukan keimanan yang melibatkan akal akan membentuk pemenuhan kebutuhan naluri beragama, juga menghasilkan keimanan yang sempurna dan menutup semua keraguan (tashdhiq al-jazm). Keimanan yang sempurna akan memuaskan akal, menentramkan hati, dan sesuai fitrah manusia terhadap kebenaran Islam. Kondisi ini akan membentuk pemenuhan kebutuhan naluri beragama. Sehingga, mampu menjalankan konsekuensi keimanannya. Rasa bergantungnya pada Pencipta menjadi pengukur satu persatu aktivitasnya. Apakah sesuai dengan syariat-Nya atau tidak. Ketika kenyataan hidup tidak berkesuaian dengan rencana, maka akan mendorongnya berintrospeksi diri. Adakah kelalaian yang dilakukan pada syariat Allah.

Kedua, Jaminan negara terhadap kesehatan individu dan masyarakat yang merupakan bentuk ketaatan penguasa terhadap syariat-Nya. Negara juga bertanggung jawab mewujudkan kestabilan ekonomi yang menjadi urat nadi kehidupan rakyat. Politik ekonomi Islam meletakkan pengelolaan kekayaan berdasar tiga prinsip kepemilikan yaitu kepemilikan umum, kepemilikan negara, dan kepemilikan individu.

Jika sistem kehidupan Islam diterapkan, tidak akan terlihat lagi seorang ibu hamil sibuk mengumpulkan dana persiapan persalinan. Ibu hamil akan lebih berkonsentrasi terhadap kesehatan diri dan janinnya. Menjaga kedekatan pada Allah dengan memperbanyak dzikir dan membaca tilawah. Tidak lagi kita dapatkan keluarga condong mencari pertolongan persalinan pada tenaga tidak terdidik. Namun, akan menuju tempat pelayanan persalinan terbaik didampingi tenaga kesehatan yang ramah dan terlatih. Jika akses pelayanan terbaik masih sulit, akan dihadirkan rumah sakit keliling tanpa mengurangi kualitas pelayanan. Sebagaimana yang terjadi pada masa Sultan Mahmud (511-525 H). Ibu hamil tidak lagi khawatir kekurangan asupan nutrisi dan gizi. Negaralah  yang menyiapkan menu diet seimbang dan bergizi tinggi melalui ahli gizi yang kompeten.

Itulah sistem Khilafah Islamiyah yang membentangkan jalan menuju kesejahteraan dan kemuliaan umat secara universal. Sistem itulah yang diperlukan saat ini. Bersegeralah menegakkannya untuk membangun negeri tercinta ini. Menerapkan syariat Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Aamiin. Wallahu a’lam bishshawab.

SITI AISAH, S. PD GURU DAN MEMBER AKADEMI MENULIS KREATIF SUBANG

error: Jangan copy kerjamu bos