Example floating
Example floating
Berita UtamaOpini

Manipulatif, Senjata Pertarungan Ideologi Kapitalis

912
×

Manipulatif, Senjata Pertarungan Ideologi Kapitalis

Sebarkan artikel ini

Oleh: Hanaa Umm Chareemah

(Penggiat literasi)

Mengamati film barat dengan segala kecanggihan teknologinya, berlatar cerita pembunuhan terhadap pemimpin negara lain, menjadi intrik cerita dalam film. Intrik cerita yaitu dengan penembakan jarak jauh melalui pengawasan satelit, menggambarkan betapa barat menguasai segalanya dan mengenggam dunia dalam hitungan detik.

Terbunuhnya petinggi militer Iran adalah bukti, bahwa setiap hal yg diinginkan negara adidaya kapitalis ini begitu mudah dalam jangkauan pengawasannya dan sekali tombol negara lain akan hancur. Hingga muncul klaim dunia akan terjadi  world war of 3 atau perang dunia ke 3 dengan sikap AS ini. Beragam manipulatif digencarkan bertujuan untuk menancapkan kuku kekuasaannya bertahan pada negara-negara berkembang. Untuk menyembunyikan setiap kejahatan dan memulihkan “citra baiknya” di mata dunia, maka segala kejahatan ditutupi dengan menjadikan islam sebagai tumbal dari pergolakan ideologi mereka.

Awal mula perang ideologi kapitalis

Awal mula pergolakan itu ketika “white house” ditumbangkan diklaim oleh barat dilakukan oleh kelompok islam. Hal ini tentu saja menampar seketika dunia islam dan kaum muslimin sehingga islam kala itu mulai menjadi momok yang menakutkan bagi dunia. Teroris, ekstrimis beserta simbol-simbol islam sengaja dilekatkan dengan kekerasan, sehingga islam dan kaum muslimin di dunia semakin terpojokkan.

Kaum muslimin diawal klaim itu disebar menjadi terancam keamanannya, mengenakan simbol islam diawasi bahkan sampai diintimidasi. Perlakuan barat terhadap islam dan kaum muslimin ibarat 2 sisi mata uang yang berbeda. Disisi lain menebarkan tuduhan stereotif terhadap islam, alergi terhadap simbol2 ajaran islam, namun di sisi lainnya merangkul pemimpin negeri-negeri islam seolah menjadi negara demokrat yang paling peduli dengan jeritan kaum muslim dari tekanan dunia di balik lembaga OKI di bawah kendali mereka.

Lalu bagaimana dengan posisi Indonesia?

Negara besar dengan jumlah populasi terbanyak mayoritas muslim seharusnya menjadikan barat “lapar mata” bisa saja sekali tombol indonesia hancur secara fisik. Namun hal itu tidak dilakukan oleh barat, sebab Indonesia adalah penajam kekuasaan ideologi mereka dari serangan penguasaan pesaing AS. Selain itu Indonesia memiliki potensi SDA yang besar yang mampu menopang pertahanan kebijakan (policy) dan undang-undang yang diadopsi negeri ini sehingga AS tidak akan bangkrut meski negara adidaya ini sempat goyah setelah menyokong peperangan As dan pembiayaan militer selama perang melawan Irak dan membantu negara sekutunya, Israel.

Inilah hebatnya manipulasi yang dilakukan negara besar kapitalis. Bak pecundang yang mengjilat lidah sendiri. Namun apasih yang tidak dilakukan dunia barat? Toh, mereka melakukannya juga karena dorongan kepentingan dan besarnya wilayah kekuasaannya. Tak peduli menghancurkan negara lain ataupun melemahkan stabilitas negara lain dengan ancaman-ancaman hubungan bilateral.

Di balik semua itu, disana  kita lihat skenario Allah swt, posisi Indonesia tidaklah diserang secara fisik sebagaimana negeri muslim lainnya. Tumbuhnya islam dan suburnya dakwah menjadi ketetapan Allah, bahwa bangkitnya islam memang harus dimulai dari jalan perubahan hakiki. Adanya pergerakan dan perubahan pemikiran yang melaju kepada tersebarnya dakwah secara merata.

Seyogianya kita harus yakin bahwa kemenangan islam adalah janji Allah, dan pergolakan ideologi ini pula adalah ketetapan Allah agar kaum muslimin memiliki upaya tegaknya islam melalui orang-orang yang yakin. Sesungguhnya inilah saatnya perang ideologi itu dimulai dengan dakwah, Allah akan menolong orang-orang yang menolong agamanya.

Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

(QS. Muhammad 47: Ayat 7)

Wallahu ‘alam bis shawwab