Example floating
Example floating
Opini

Waspada: “King of The King, Kerajaan Baru di Tangerang”

894
×

Waspada: “King of The King, Kerajaan Baru di Tangerang”

Sebarkan artikel ini
Waspada: "King of The King, Kerajaan Baru di Tangerang"
YENI MARLINA, A.MA (PEMERHATI SOSIAL)

Sebagaimana yang baru diberitakan 28 januari 2020 – IDN Times – Publik tanah air kembali dibuat heboh dengan kemunculan ‘kerajaan’ baru. Setelah sebelumnya geger dengan kemunculan Kerajaan Ubur-ubur, Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire, kini muncul raja baru King of The King di Tangerang, Banten.

Mister Dony Pedro adalah orang yang diyakini sebagai King of The King, diklaim sebagai Raja Diraja dari semua raja di dunia. Selain itu, King of The King juga mengklaim yang akan melantik presiden dan raja-raja di dunia.

Tak kalah menghebohkan, King of The King juga disebut-sebut memiliki kekayaan yang sangat fantastis, yakni Rp60.000 T, seperti dilansir dari berbagai sumber. Klaim Kuasai 60.000 T kemudian menjadi trending topic di jagat maya, tak sedikit netizen yang mengomentari kemunculan kerajaan yang dianggap fiktif ini.

1. Mengklaim

Kekayaan King of The King tersebut  merupakan aset yang diturunkan oleh Presiden RI pertama, Soekarno, untuk King of The King. Aset senilai Rp60.000 T tersebut berada di Union Bank Switzerland (UBS), yang juga diklaim King of The King sebagai Presiden UBS.

Selain uang senilai Rp60.000 T, King of The King juga mengklaim beberapa surat aset peninggalan Soekarno yang ada di Bank Swiss tersebut.

2. Setiap orang dari Sabang sampai Merauke akan mendapat uang Rp3 miliar.

Pemkab Tangerang Di Surati Kerajaan King Of The King Pemilik Asset Amanah Bank Kerajaan Dunia (media45.com 30/1/2020)

Menyikapi hal ini, tentunya tidak bisa dipisahkan dengan permasalahan-permasalahan lain yang menyertainya.  Hingga fenomena seperti ini berkembang dan tidak pernah terselesaikan sampai tuntas. Apapun alasannya, kemunculan ide2 aneh ini, salah satu bukti adanya kebebasan cara berfikir yang tidak lagi menggunakan realitas akal sehat.  Tidak hanya berdampak pada para pelaku saja tapi cukup berpengaruh tentunya pada masyarakat lebih luas. Karna terjadi disaat-saat daya keyakinan umat masih lemah dalam memahami Aqidah Islam. Terlebih lagi kelemahan aqidah akan menghantarkan pada kelemahan dalam penerimaan taklif syariah.

Fenomena Kerajaan-kerajaan Palsu

Belum lama masih di Banten serang, 2018 masyarakat dikejutkan dengan adanya kerajaan ubur-ubur. Kerajaan Ubur-Ubur.  Kerajaan baru membungkus diri dengan citra religius, dipimpin pasangan suami-istri dan yang mengaku sebagai jelmaan Nyi Roro Kidul.

Aktifitasnya Mengadakan pertemuan setiap hari Kamis malam hingga Jumat dini hari.  Tujuan dari didirikannya Kerajaan Ubur-Ubur berhubungan dengan bisikan gaib. Mereka mengaku mendapat bisikan untuk membobol dua bank internasional yaitu Bank Swiss dan Bank Griffin 1999 Birmingham.

Lalu muncul Keraton Agung Sejagat, dengan modus yang berbeda, yaitu modus penipuan.  Yang mengaku sebagai oenerus kerajaan majapahit, Toto Santoso mendeklarasikan dirinya sebagai raja. Bahkan mengklain penguasa kerajaan seluruh dunia, bahkan penguasa  pentagon AS.  Dan tak masuk akal, namun tipu-tipu ala kerajaan ini menghasilkan kebodohan bagi para pengikutnya dengan membayar sejumlah uang.  Karna iming-iming jabatan dll.

Sunda Empire, yang mengaku mengendalikan nuklir dengan pasukan berseragam militer, konon disanyalir muncul dari orang-orang stress karna himpitan masalah hidup, dan menjadikan akal tidak waras shg mencari jalan pintas.

Pemikiran-pemikiran ini terus berkembang dan seperti bebas bermunculan, disaat-saat negeri ini didera berbagai problem yang lebih penting untuk untuk segera diselesaikan.  Kejadian seperti ini berakibat terpecahnya fokus perhatian pada permasalahan yang ada. Dan negara belum mampu menghentikan aktifitas-aktifitas seperti ini dan masalah-masalah utama lainnya.  Ini lagi-lagi menguatkan bahwa negara dengan sistem sekuler telah menyuburkan peluang-peluang kerusakan aqidah ditengah-tengah umat Islam. Bahkan pemberlakuan hukum dan sanksi tidak berdampak sebagai pencegahan. 

Karna memang sejatinya aqidah sekuler tidak ada jaminan penyelamatan aqidah umat (Islam). 

Kesulitan beban hidup yang makin bertambah, membuat liar cara bertindak.  Negara abai dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) negri ini agar bisa berfikir produktif.  Salah satu dampak dari kultur sekulerisasi adalah munculnya kebebasan yang kebablasan.  Negara tidak serius dalam menyikapi setiap problem, wajar bisa jadi pembiaran kasus cabang ini sebagai alih fokus dan menutupi berbagai kasus yang ada.  Seperti kasus korupsi, kasus penambahan hutang-hutang negara, kesalahan tata kelola SDA, dan lain-lain.

Banyaknya rakyat yang stress atau depresi, keluar dari fitrahnya tidak membuat pemerintah memubasabah diri.  Rakyatpun dibikin mati rasa untuk bisa mengkritik.  Beginilah jika sistem kapitalis yang dijadikan standar kebijakan.

Islam Mencegah Munculnya Kebebasan Berfikir

Islam, dengan seluruh esensi aturan-aturan yang kamilah(sempurna), memastikan adanya jaminan terhadap Aqidah dan keberlangsungan ibadah hanya semata-mata karna Allah dengan tuntunan Syariat Islam. Menutup celah adanya peluang cara-cara berfikir yang keluar dari tatanan keimanan.  Dan sekaligus  jalan keluar dari berbagai problem kehidupan.   Termasuk kontrol berjenjang agar kemaksiatan seperti kasus kerajaan-kerajaan diatas tidak muncul, diantaranya :

Pertama, ketaqwaan individu. Masing-masing individu dimotifasi untuk menjaga diri dan keluarganya dari ancaman api neraka.

Firman Allah Subhanahu Wata’ala ;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim: 6)

Kedua, kontrol masyarakat.  Masyarakat Islam dengan kesamaan pemikiran, perasaan dan aturan akan terdorong melakukan amar ma’ruf nahi mungkar terhadap fakta-fakta yang merusak.  Termasuk seperti kasus-kasus diatas.  Tidak akan bisa berkembang, jika masyarakat peduli terhadap hal-hal yang merusak agama.  Dan semua dilakukan dengan dorongan iman.  Perintah Allah untuk saling mengingatkan.

 كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”(QS Ali-Imran : 110)

Ketiga, peran negara. Negara memiliki peran yang sangat penting dalam penjagaan Islam.  Baik aqidah ataupun penjagaan terhadap syariah.  Karna taklif (beban), hukum bagi pemimpin negara dalam Islam (Khalifah) adalah menjamin terealisasinya seluruh aturan-aturan Islam. Dan memberlakukan sanksi tegas bagi setiap pelanggaran yang ada. 

Kesimpulan

Bagaimana mungkin kejadian-kejadian diatas bisa dibenarkan dengan mengatasnamakan islam?, sementara semua prakteknya menyalahi islam baik dari sisi aqidah ataupun pemikiran-pemikiran Islam.  Maka peran penting negara sangat dibutuhkan.  Negara yang benar-benar menjalankan fungsinya dengan baik. Sebagaimana dalam sistem Islam, pemimpin (khalifah) berfungsi sebagai raa’in dan junnah.

Sebagai  raa’in,

Khalifah sebagai pemimpin tunggal kaum Muslim di seluruh dunia memiliki tanggung jawab yang begitu besar dalam mengurusi urusan umat.

Rasulullah Saw. bersabda:

الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Dalam hadis tersebut jelas bahwa para Khalifah, sebagai para pemimpin yang diserahi wewenang untuk mengurus kemaslahatan rakyat, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak pada hari kiamat, apakah mereka telah mengurusnya dengan baik atau tidak.

Khalifah sebagai Junnah

Nabi Muhammad Saw bersabda:

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).

Terbukti hanya sistem Islam yang mempu untuk mengatasi berbagai masalah keumatan.  Termasuk mancegah munculnya berbagai pemikiran-pemikiran yang merusak.  Saatnya tinggalkan sistem kapitalis.  Jangan berharap pada sistem selain Islam karna tidak akan pernah membawa kebaikan untuk umat Islam dan manusia secara umum.[]

YENI MARLINA, A.MA (PEMERHATI SOSIAL)

error: Jangan copy kerjamu bos