Example floating
Example floating
Opini

Beda Agama, India Berdarah

940
×

Beda Agama, India Berdarah

Sebarkan artikel ini
Beda Agama, India Berdarah
Erni Yuwana

India dan Mahatma Gandhi, bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Jika kita bicara tentang India, maka yang terbayang sosok penuh kasih sayang Mahatma Gandhi. Begitu pun jika kita mengenang tokoh Mahatma Gandhi, maka yang terbayang adalah negara India. Mahatma Gandhi sukses menjadi ikon negara India. Salah satu ajaran Mahatma Gandhi yang mendunia adalah ahimsa. Ahimsa adalah ajaran anti kekerasan. Ajaran yang menjunjung tinggi kasih sayang.  Menciptakan suasana membangun, cinta, dan berbuat baik kepada orang lain meski telah menyakitinya atau musuh sendiri.

Ajaran ahimsa kini seolah tak berbekas. Indah India ternoda darah, luka, kasta dan agama. Diskriminasi mencoreng wajah India. Hal ini terbukti ketika Perdana Menteri Narendra Modi meloloskan Undang-Undang (UU) Anti-Muslim atau UU Amandemen Warga Negara atau “Citizenship Amendment Bill” (CAB). Tak ayal, UU ini menjadi kontroversi di publik, khususnya warga India. Bahkan, sejumlah aktris Bollywood ramai-ramai menyuarakan protes terhadap UU CAB, yang dianggap anti-Muslim.

Di bawah UU CAB ini, umat Muslim India juga akan wajib untuk membuktikan bahwa mereka memang adalah warga negara India. Sehingga ada kemungkinan warga Muslim India justru akan kehilangan kewarganegaraan tanpa alasan. Peraturan ini bisa dipakai untuk menghalangi Muslim dalam mencari kewaranegaraan, satu hal yang mirip dengan peraturan Donald Trump soal pelarangan umat Islam dalam mencari suaka di AS.

Seperti dikabarkan Pikiran-Rakyat.com, Kota Delhi masih dalam kondusif dengan keberadaan unjuk rasa yang menolak amandemen undang-undang kewarganegaraan (CAB). Namun, tiba-tiba saja meledak menjadi konflik antar komunitas agama yang mematikan dan mengejutkan publik. Terjadi bentrokan massa di India yang menewaskan 38 orang serta menghancurkan sejumlah properti di kawasan permukiman Muslim. Masjid-masjid, rumah, pertokoan, dan kendaraan rusak, bahkan hangus terbakar. Akibatnya, banyak Muslim Delhi India yang mengungsi dari kawasan tersebut.

Terulang kembali. Terus terjadi. Lagi, lagi dan lagi. Ketika penduduk muslim menjadi minoritas disebuah negara, maka tindakan intimidasi, kekejian, kekejaman, kedzaliman selalu diarahkan kepada mereka. Masih kita ingat duka Uighur di Xinjian China, darah Rohingya di Myanmar, penjajahan di Palestina, kini Muslim di India.

Rasulullah Saw bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam” (H.R Bukhari dan Muslim).

Demikianlah seharusnya sikap Umat Rasulullah Muhammad. Yakni, memposisikan dirinya sebagai satu tubuh. Melindungi umat muslim yang lainnya.

Rasulullah bersabda:

 إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به

“Sesungguhnya Imam adalah perisai di mana mereka (Muslim) berperang di belakangnya dan dengannya Muslim dilindungi”. [HR Muslim]

Pemimpin dan penguasa negeri muslim seharusnya bergelar perisai bagi umat Islam yang mampu melindungi harta, nyawa, darah, harga diri dan kemuliaan kaum muslim. Namun sejak Islam tidak diterapkan sebagai peraturan hidup, darah umat islam begitu mudah ditumpahkan. Kehormatannya mudah dilecehkan. Kekayaan mereka dijarah dan negeri mereka dijajah. Sedangkan penguasa dan pemimpin kaum muslim lemah tak berdaya dan buta mata hatinya.

Sudah saatnya Umat Muhammad bersuara. Bungkamnya Umat Muhammad, tanda kehinaan. Sudah saatnya Umat Muhammad bangkit, bergerak, bersuara, bersatu dan berjuang. Ya, berjuang untuk mendobrak dan mengetuk hati penguasa dan pemimpin-pemimpin kaum muslim, untuk mengembalikan posisinya sebagai pelindung, penjaga dan perisai umat. 

Sebagaimana Khalifah al-Mu’tasim Billah yang menyahut seruan seorang budak muslimah yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi, kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim billah dengan lafadz yang legendaris: waa mu’tashimaah! Sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan yang panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari istana khalifah hingga kota Amoria, karena besarnya pasukan.

Dengan keberadaan khalifah yang menjalankan syariah Islam secara kaffah dapat menjaga darah serta kehormatan kaum muslimin kini tak ada. Dengan Khilafah lah umat Islam akan menjadi khairu ummah. Dengan Khilafah, negeri-negeri muslim akan disatukan. Dengan khilafah, kehormatan Islam dan kaum muslimin akan didapatkan. Insya Allah.

 Wallahu a’lamu bish-shawab.

Oleh: Erni Yuwana (Aktivis Muslimah)