Oleh : Nelly, M.Pd
Pegiat Opini Medsos, Aktivis Peduli Negeri
Di saat wabah Virus Corona masih menjadi focus warga yang melanda dunia. Hampir semua orang sedang berjibaku melawan Virus agar tidak tertular, ada yang sedang bertahan dalam masa pengobatan, banyak yang sudah meregang nyawa akibat Covid-19. Dan tidak terhitung banyaknya usaha berjuang agar pandemi ini segera berakhir. Namun, lain halnya situasi kondisi ini malah dibuat keruh oleh kelompok-kelompok sayap kanan di berbagai negara.
Mereka menggunakan momen Corona untuk menyerang umat Islam, hingga memicu Islamofobia dengan rumor dan hoaks. Seperti yang ada pada laman berita today.line bahwa peristiwa ini terjadi tidak hanya di negara Barat seperti Inggris dan Amerika Serikat, tapi juga di Asia, tepatnya di India.
Diberitakan The Guardian, kelompok supremasi kulit putih menggunakan media sosial untuk memfitnah warga Muslim. Di Facebook dan Twitter, mereka menyebar foto dan meme salat berjemaah di masjid Inggris untuk menunjukkan bahwa warga Muslim melanggar physical distancing dan semakin menyebarkan Corona.
Taktik yang sama digunakan kelompok radikal kulit putih di Amerika Serikat. Diberitakan Huffington Post, kelompok supremasi kulit putih AS menghembuskan rumor bahwa lockdown di kota-kota AS akan dicabut menjelang Ramadhan agar Muslim bisa ibadah di masjid. Padahal, kata mereka, gereja-gereja saja ditutup saat Paskah.
Di India juga demikian, kelompok Hindu sayap kanan radikal menjadikan Muslim sebagai kambing hitam penyebaran Virus Corona. Terutama karena salah satu klaster penyebaran Corona terjadi di markas Jemaah Tablig yang melanggar aturan berkumpul. Meme, foto, dan video soal Muslim di India semakin memicu Islamofobia di negara yang baru saja terjadi konflik agama yang menewaskan labih dari 50 muslim di sana.
Sayangnya, sentimen anti Islam di India bahkan diembuskan juga oleh politikus negara itu. Tokoh senior partai berkuasa, Partai Bharatiya Janata Party, Mukhtar Abbas Naqvi, mengatakan tindakan Jemaah Tablig itu “kejahatan Taliban”. Kelompok-kelompok sayap kanan di India dan AS bahkan kompak menggunakan tagar #coronajihad untuk mendiskreditkan umat Islam. Mereka menuding Muslim sengaja menyebar corona untuk membunuh. Menurut lembaga HAM, Equality Labs, tagar ini telah digunakan 300 ribu kali antara 29 Maret dan 3 April, (kumparan.com).
Inilah fakta itu, mereka kelompok-kelompok sayap kanan telah mengambil keuntungan dari ketakutan orang-orang terhadap pandemi Covid-19, melalui teori konspirasi dan disinformasi dengan menjelek-jelekkan kaum Muslim, dan menyebarkan propaganda Islamofobia. Barat membangun narasi, bahwa munculnya Islamofobia adalah akibat ulah kaum Muslimin sendiri dan narasi ini diaminkan oleh aktivis liberal sebagai pendukung perpanjangan tangan.
Narasi yang dibangun oleh Barat tersebut itulah sejatinya yang sengaja mereka hembuskan terhadap Islam dalam kaum Muslimin. Dengan melabeli stigma negatif buruk akan ajaran Islam dan orang-orang yang istiqamah keberpegang teguh terhadap syariat Islam. Munculnya Islamofobia di negeri-negeri Barat makin terasa karena derasnya opini akan narasi tersebut. Bila kita telaah dari sejarah perjalanan peradaban kaum muslimin, maka lslamophobia bukan lah sesuatu yang baru. Hal tersebut sudah terjadi sejak diutusnya Rasulullah Muhammad SAW sebagai seorang Nabi.
Islamophobia pada masa itu dilakukan oleh orang – orang Quraisy yaitu abu Lahab dan teman-temannya. Begitupun dimasa kepemimpinan Islam setelah Rasulullah, lslamophobia juga dilakukan oleh mereka yang tidak menyukai peradaban emas kaum muslimin. Dan di abad ini lslamophobia juga semakin marak terutama sejak terjadinya peristiwa 9 /11 tatkala Presiden As George W Bush menabuh genderang perang atas nama War On Terrorism sebagai legalitas untuk menginvasi dan membobardir negeri-negeri kaum muslimin.
Hingga di masa ini terus bergulir, Islamofobia sengaja dihadirkan oleh Barat untuk menjauhkan umat dari kemuliaan yang hakiki, yang tak akan mungkin diraih dengan sistem Kapitalis yang rusak dan merusak. Islamofobia didesain secara sengaja oleh Barat dengan target menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Jalan satu-satunya untuk menghentikannya adalah dengan menghancurkan supremasi Barat di dunia. Tentunya butuh kekuatan yang seimbang.
Maka yang perlu dipahami bersama, bahwa munculnya Islamofobia adalah design busuk Barat. Karena Barat sendirilah yang ada di balik rancangan jahat Islamofobia tersebut. Kerusakan kehidupan akibat diterapkannya sistem demokrasi kapitalis yang digawangi Barat, berupaya dialihkan dengan mengalihkan kesalahan dan kebencian kepada Islam dan kaum Muslimin.
Islamofobia adalah penyakit akut pada masyarakat sekuler yang mengkampanyekan antidiskriminasi dan kesetaraan. Faktanya, selalu muncul kasus-kasus Islamofobia yang dilakukan oleh kelompok yang terorganisir bahkan menjadi bahan kampanye para politisi. Ini menjadi bukti kerusakan masyarakat sekuler dan kegagalan system kapitalis menciptakan integrasi serta keharmonisan di tengah masyarakat.
Semakin ke sini fenomena maraknya lslamophobia adalah akibat dari ketidak ridhaan Barat dan untuk mencegah kebangkitan kaum muslimin. Secara fakta mereka melihat perkembangan lslam yang sangat pesat baik di dunia Eropa yang dibuktikan dengan bertambah banyaknya kaum non muslim yang memutuskan untuk memeluk lslam. Ditambah lagi geliat dan gaung persatuan umat Islam diseluruh penjuru negeri muslim yang tidak bisa dibendung kembali.
Islamophobia akan terus saja berlangsung selain untuk menghambat kebangkitan lslam tentunya. Maka jalan satunya-satunya menghadapi Islamofobia adalah istiqamah menapaki jalan dakwah sebagaimana yang Rasulullah contokan. Dengan dakwah yang masif, akan terbuka mata umat akan kemuliaan Islam. Islam bukan agama teroris, justru Islam hadir adalah untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Hanya dengan Islam, kehidupan manusia akan mulia dan penuh keberkahan.
Lantas apa yang ditakutkan dari sistem Islam, dari syariah Islam? Padahal sejarah telah membuktikan kepada dunia, bahwa Islam telah membawa kemuliaan, kesejahteraan bagi manusia baik muslim maupun nonmuslim selama 13 abad lebih lamanya. Sejarah ini bahkan di akui oleh sejarahwan nonmuslim, yang memuji kekhilafahan. Dari kalangan mantan biarawati pun takjub akan Khilafah, dialah Karen Amstrong mantan biarawati sekaligus penulis terkenal.
Tak beda jauh dengan T.W. Arnold, penulis Amstrong ini juga memuji kehidupan beragama yang ada dalam negara Khilafah. Dalam negara Khilafah, agama selain Islam mendapatkan perlakuan yang sangat baik. Bahkan menurut Karen Amstrong, kaum Yahudi menikmati zaman keemasan di Andalusia. “Under Islam, the Jews had Enjoyed a golden age in al-Andalus” tulis Karen Amstrong. Bahkan kemajuan peradaban Barat yang sekarang ada, tidak mungkin hadir tanpa adanya konstribusi besar dari Islam dan kaum Muslimin.
Tanpa kehadiran para negarawan, ilmuwan dan cendikiawan Muslim yang telah mewariskan peradaban yang sangat agung, kemajuan peradaban Barat saat ini tidak mungkin terjadi. Sebab, merekalah sesungguhnya yang menjadi penghubung peradaban Yunani dan Romawi dengan peradaban Eropa saat ini.
Maka sungguh peradaban Islam adalah jawaban dari semua kekacauan serta kerusakan yang ditimbulkan oleh penerapan sistem kapitalis sekuler saat ini. Kembali pada sistem Islam niscaya akan meraih masa keemasan yang pernah sejarah umat Islam raih. Saatnya kini kita wujudkan masa itu dengan menerapkan Islam kaaffah dalam seluruh aspek kehidupan hingga bernegara. Sebagaimana yang kanjeng Nabi Muhammad contohkan.
Wallahu a’lam bishshawab.