Opini

Pemerintah Peduli, Kaum Petani Terselamatkan

Ha\wilawati, S. Pd

Viral, video pedagang sayur atau petani di Desa Kedungrejo, Kecamatan Pakis, Malang, Jawa Timur, membagi-bagikan sayur mayur ke pengendara yang lewat, tersebab tidak terdistribusi karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Video itu diunggah akun Twitter @cholikk pada Jumat (15/5/2020) yang memperlihatkan aksi para petani membagikan hasil panen mereka. Sejumlah petani itu tampak membagikan sayuran kepada para pengguna jalan yang melintas di jalan raya. Aksi kaum petani tersebut menuai empati dari netizen disaat pandemi ini.

Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Sukarman merespon aksi tersebut bahwa pihak pemangku kepentingan terkait daerah setempat telah berkomunikasi dan memberikan solusi kepada para petani untuk mengalihkan stok sayur-mayur ke Kawasan Perdagangan Suncity Biz di Sidoarjo, Jawa Timur.
Untuk ongkos angkut dari Malang ke Sidoarjo, kata Sukarman pun akan disubsidi oleh pihak pengelola Suncity Biz. “Jadi semua masalah sudah clear,” ucapnya (Bisnis.tempo.co 16/05/20)

Tak dipungkiri, saat kondisi pandemi seperti ini, berbagai aspek mengalami duka, tak hanya kesehatan rakyat, tapi juga perekonomian berbagai level mengalami krisis, begitupun perekonomian kaum petani.

Satu sisi, yang dilakukan kaum petani tersebut adalah aksi cepat dan cerdas, agar sayur mayur tak membusuk karena berkurangnya permintaan bahan pangan hasil petani, tersebab banyak restoran atau usaha kuliner sebagai konsumennya tutup sementara.

Sisi lain, tentu hal ini kerugian yang dirasakan kaum petani. Berharap hasil panen dapat terjual habis dan kembali ke rumah membawa rizki untuk menafkahi keluarga dan digunakan untuk modal bertani dan berdagang kembali. Tapi apa daya distribusi terhambat. Semoga dengan aksi ini, kaum petani dilimpahkan segala rizkinya, Aamiin.

Dalam kondisi apapun, baik pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau awal Juni ini akan diberlakukan new normal life, bahkan dalam keadaan normal sekalipun, jika hasil panen kaum petani sulit terdistribusikan, kurang mendapatkan perhatian dan dukungan besar dari pemangku kekuasaan maka nasib kaum petani pun akan setali tiga uang alias sama saja jauh dari sejahterah.

Ironisnya, disaat kaum petani membutuhkan kemudahan distribusi yang seharusnya dilakukan pemerintah sebagai Influenzer. Alih-alih pemerintah masih menjadi pelaku bisnis pangan impor, tentu hal ini membuat kaum petani menjadi lesu, pasalnya tak sedikit hasil panen yang kalah saing dengan pangan impor yang jauh lebih murah dan pelaku besar yang memuluskan pemasaran pangan impor ya pemerintah itu sendiri.

Banyak sebab hasil panen lokal cenderung mahal dan kaum petani jauh dari sejahtera, selain pupuk yang tidak bersubsidi, distribusi yang panjang, bahkan ada saja mafia yang mempermainkan harga, atau tengkulak yang menawar dengan harga di bawah normal. Belum lagi harga BBM yang kian meroket, akan mempengaruhi cost hasil panen.

Jangan sampai kaum petani tidak produktif lagi tersebab begitu banyak kendala yang tidak pernah terselesaikan. Karena hal ini menyebabkan modal yang dikeluarkan akan lebih besar daripada hasil yang didapat.

Pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi setiap individu dan akan berjalan terus selama masih ada kehidupan. Jika kebutuhan ini tak terpenuhi maka akan mengalami sakit bahkan kematian bagi manusia. Karenanya di dalam Islam, setiap kepala keluarga di wajibkan untuk menjemput rizki dengan bekerja yang halal untuk menafkahi keluarganya. Adapun bertani atau menghidupkan tanah mati (bercocok tanam) adalah salah satu aktivitas bekerja yang mulia.

Penguasa sebagai penanggung jawab terbesar atas kebutuhan primer dan penyedia lahan pekerjaan bagi rakyat maka harus mendukung penuh aktivitas kaum petani. Dengan adanya sektor pertanian, banyak sekali yang diuntungkan selain roda produksi pangan terus berjalan, tiadanya pengangguran di desa, lahan pertanian-pun terselamatkan tetap subur produktif, juga dapat menghidupkan makhluk Allah yang lainnya.

Apa yang terjadi jika lahan subur menjadi mati? tentu untuk menyuburkannya kembali membutuhkan biaya dan energi yang besar.

Aktivitas petani jika di-suport dengan baik maka tidak akan mengalami kekurangan suplai pangan (kecuali jika terjadi bencana alam yang tidak bisa dihindari), Insya Allah semua akan tercukupkan bahkan bisa swasembada pangan.

Jika pada hari ini seakan-akan pangan lokal tak bisa memenuhi kebutuhan domestik, tentu banyak sebab, bukan hanya faktor internal kaum petani saja. Penguasa harus mengevaluasi diri dan mendengar gagasan para ahli pertanian agar mampu membuat kebijakan yang terbaik bagi pertaniannya.

Semoga pemangku kekuasan terus melakukan upaya menuju kedaulatan pangan guna menjaga stabilitas pangan lokal dalam rangka ketahanan nasional.
Mampu mengeliminir berbagai faktor yang menghambat kedaulatan pangan seperti melakukan strategi agar harga pupuk tidak mahal, mensubsidi pupuk tepat sasaran, tidak melakukan peralihan lahan pertanian, melakukan berbagai inovasi berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas komiditi pertanian, memangkas jalur distribusi yang panjang dan sebagainya.

Jika penguasa serius mengurusi pertaniannya, tentu julukan negeri agraris yang melekat bangsa ini, tidak hanya sekedar bagian kisah indah masa lalu saja, tapi menjadi harapan yang bisa terealisasi dalam menjaga kedaulatan pangan dan berhasil memajukan perekonomian rakyat baik saat ini maupun mendatang.

Pun, jangan sampai rakyat kelaparan di negeri agraris dengan lahannya yang subur akibat matinya pertanian dan lebih bergantung terhadap pangan impor (food trap) yang disadari atau tidak, dampaknya akan sangat membahayakan bangsa, yang bisa saja nilai pangan impor sewaktu-waktu akan dipermainkan karena motif politik perdagangan luar negeri.

Saat pandemi seperti inilah waktu yang tepat agar pemerintah mendukung aktivitas kaum petani, agar ketersedian pangan lokal cukup memenuhi kebutuhan pangan lokalnya sendiri. Diawali dari pemerintah sendiri sebagai role model pro pangan lokal dan perlahan stop memasok pangan impor dan terus mengedukasi masyarakat untuk memenuhi pangan skala prioritas yaitu mengkonsumsi makanan yang sehat alami dari alamnya sendiri agar terjaga kesehatannya.

Sebuah kemuliaan jika pemerintah memudahkan dalam pemasaran hasil panen kaum petani, misal dengan memborong sayur mayur yang sulit terdistribusi, lalu dibagi-bagikan kepada rakyat. Tentu hal ini akan menggairahkan kaum petani lokal dan juga menyehatkan rakyatnya karena dapat terpenuhi kebutuhan pangan dalam masa sulit ekonomi seperti ini. Hal ini juga dalam rangka memberikan segala kemudahan aktivitas pertanian mulai dari hulu ke hilir, yang tentu akan menuai keberkahan bagi pemimpin bangsa ini.

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa melepaskan kesusahan duniawi seorang Muslim, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim).

Sebaliknya, Jika penguasa justru lebih tertarik memasok pangan impor, sama artinya perlahan mematikan produktifitas kaum petaninya sendiri dan dampak buruknya tiadanya kemakmuran dan keberkahan negeri nan subur ini. Wallahu’alam bishowab

Hawilawati, S.Pd
(Muslimah Revowriter & WCWH)

error: Jangan copy kerjamu bos