Example floating
Example floating
HukumOpiniTegas.co Nusantara

Taubat Nasional Hentikan Wabah Corona

804
×

Taubat Nasional Hentikan Wabah Corona

Sebarkan artikel ini
Imroatus Sholeha

TEGAS.CO., NUSANTARA – Tujuh bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda turunnya angka penularan virus Corona. Pemerintah memperlihatkan bahwa jumlah kasus Covid-19 terus meningkat saat ini, dengan penambahan pasien masih di atas 4.000 orang. Berdasarkan data pemerintah pada Jumat ini pukul 12.00 WIB, terdapat penambahan 4.317 kasus baru Covid-19. KOMPAS.com

Sungguh data yang memprihatinkan, selain menelan banyak korban jiwa, virus Corona melumpuhkan berbagai lini kehidupan sosial-masyarakat. Berbagai upaya terus dilakukan demi menekan angka penambahan setiap harinya diantaranya pemberlakuan PSBB dan mematuhi protokol kesehatan.

Baru-baru ini pemerintah menyeru agar masyarakat bertobat atas terjadinya wabah ini seperti yang dilansir, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk saling membantu antar sesama di tengah pandemi Covid-19 yang turut berdampak pada perekonomian. Bagi umat muslim, Jokowi mengajak untuk memperbanyak infak dan sedekah di masa pandemi ini. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat membuka Muktamar IV Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) secara virtual, Sabtu (26/9/2020).

“Kita juga tidak boleh melupakan istighfar, dzikir, taubat kepada Allah SWT, dan memperbanyak infak dan sedekah,” kata Jokowi yang memberi sambutan dari Istana Kepresidenan Bogor.” Karena banyak saudara-saudara kita yang memang perlu dibantu di tengah kesulitan yang mereka hadapi,” sambungnya. Jokowi menegaskan tidak ada cara lain memutus rantai penularan Corona kecuali seluruh masyarakat disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, mulai dari mengenakan masker, menjaga jarak, serta rutin mencuci tangan.

Menutup sambutannya, Jokowi mengajak seluruh masyarakat berdoa agar Covid-19 bisa segera hilang dan keadaan kembali normal.“ Semoga Allah SWT segera mengangkat wabah Covid-19 dari bumi Indonesia, semoga Allah selalu melindungi dan memberikan keselamatan kepada rakyat bangsa dan negara kita,” kata dia. Artinya, dalam setiap menghadapi peristiwa yang terjadi di dunia seperti wabah penyakit menular harus selaras dalam penanganannya antara ikhtiar lahir dan batin.

Jika kita melihat dari segi kaca mata ruhiyah, sesungguhnya virus korona (Covid 19) yang kini telah melanda dunia adalah bentuk cobaan dan teguran dari Allah SWT, pencipta alam semesta ini.

Sebagai seorang muslim dan manusia yang berakal , semestinya hal ini dijadikan pelajaran agar kita bertobat dan kembali kepada petunjuk-Nya. Virus Corona bisa berupa teguran karna manusia telah banyak melanggar larangannya diantara yaitu memakan binatang kelelawar ini terjadi karena manusia diberi kebebasan bertingkah laku buah dari sistem kapitalis-sekuler.

Jadi tak cukup dengan ber taubat kepada Allah SWT, tapi juga disertai dengan ketaatan sepenuhnya akan perintah dan larangan Allah dalam bentuk kembali kepada syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, yang pada hari ini telah diabaikan dan menghapus segala bentuk hukum buatan manusia. Maka, niscaya keberkahan hidup akan terwujud, sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur’an Surah Al-A’Raf Ayat 96, yang artinya:

“Jikalau penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Dalam Tafsirnya, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa jika hati penduduk negeri beriman kepada apa yang disampaikan oleh rasul-rasul, membenarkannya, mengikutinya, dan bertakwa dengan mengerjakan amal-amal ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan

Sejarah Islam mencatat, musim kemarau dan kekeringan panjang pernah melanda umat pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab RA. Selama sembilan bulan Jazirah Arab pada masa itu mengalami kemarau yang melelahkan. Peristiwa ini dikenal sebagai Amar Ramadah atau Tahun Abu. Pada masa itu, segala usaha pertanian dan peternakan yang diupayakan hasilnya hancur total. Hewan-hewan ternak seperti domba dan unta tak lagi dapat menghasilkan susu. Kondisi tubuh ternak-ternak itu pun cukup mengenaskan, kurus-kurus. Pada awal musim paceklik, para penduduk Kota Madinah dapat menyimpan cadangan makanan karena taraf hidup kesejahteraannya sudah meningkat.

Namun, begitu kondisi berbeda dialami para penduduk Arab Badui yang tinggal di pedalaman. Tidak ada cadangan makanan yang dapat disimpan. Mereka, penduduk Arab Badui, pun akhirnya berbondong-bondong menuju Kota Madinah saat kemarau sedang panas-panasnya. Mereka meminta bantuan pertolongan Khalifah Umar bin Khattab RA bisa mendapatkan makanan walaupun sekadar remah-remahnya. Dalam kondisi seperti itu, uang tidak ada lagi artinya. Tidak ada makanan yang dapat dibeli karena hasil panen pun sudah hancur total.

Melihat kondisi paceklik ini, Khalifah Umar bin Khattab RA tidak tinggal diam. Sebagai pemimpin umat Islam, dia pun turut merasakan apa yang dirasakan rakyatnya. Bahkan Sang Al Faruq sampai-sampai tidak mau lagi memakan daging atau samin sampai kondisi pulih seperti sedia kala. Kala itu pernah ada seorang pemuda memberikan susu kepada Sang Khalifah, namun pemberian itu ditolaknya.

Taubat berasal dari akar kata taba-yatubu berarti kembali, yakni kembali ke jalan benar yang dituntunkan Allah SWT. Jika seseorang datang dan ber taubat dengan taubat sejati (taubah nashuha) maka tidak ada mudaratnya bagi Allah SWT untuk mengampuni yang bersangkutan. Bahkan Allah SWT menyatakan:

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah/2″ 222). Sebesar apapun dosa seseorang jika ia bertobat sepenuh hati maka ia akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’/4: 110).

Dengan kata lain ber taubat ialah kembali kepada Allah SWT dan meninggalkan segala bentuk larangan Allah SWT. Dengan kembali berhukum pada hukum Allah SWT dengan menerapkan kembali alquran dan as-sunnah sebagai pedoman hidup dalam bingkai Khilafah Islamiyah seperti yang pernah terjadi selama 13 abad silam.

Maka, jika kita ingin agar wabah segera berakhir, taat dan takwa adalah satu-satunya pilihan yang harus diambil oleh individu, masyarakat hingga negara, agar keberkahan hidup dapat diraih. Ketakwaan dalam Al-Qur’an ialah mengerjakan amal penuh ketaatan kepada Allah SWT, atas dasar petunjuk Allah SWT, dan senantiasa mengharap rahmat Allah swt. Dan meninggalkan segala kemaksiatan atas dasar rasa takut kepada Allah swt. Ketaatan dan tunduk kepada hukum-hukum Islam (Syariat Islam) secara mutlak. Karena syariat yang Allah SWT turunkan bukan hanya mengatur ibadah, keluarga, pakaian dan perkara-perkara personal saja, tetapi secara lengkap syariat juga mengatur urusan masyarakat dan negara. Sebab, ketaatan individu ataupun masyarakat akan sempurna, jika ada Institusi negara yang menerapkan dan menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek Kehidupan

Meninggalkan aturan-aturan hidup ala kapitalis sekuler. Sistem yang bukan bersumber dari Islam dan terbukti gagal dalam mengatur kehidupan manusia. Saat ini perekonomian global luluh lantak, nyawa manusia tak ada artinya, dan segala kerusakan lainnya yang tak terhitung banyaknya adalah buah diterapkannya hukum kufur buatan manusia.

Inilah Langkah yang harus diambil kaum muslim. Karena ketakwaan yang hakiki ialah menerapkan syariat Islam secara kaffah dengan menafikannya sebagai perangkat aturan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW dan para Khalifah Khulafaur Rasyidin pasca hijrah ke Madinah. Sejatinya Islam adalah agama yang bersumber dari sang pencipta, memuaskan akal, menentramkan jiwa dan sesuai fitrah manusia.

Penulis: Imroatus Sholeha
Editor: H5P