Example floating
Example floating
Opini

Saat Mahasiswa menjadi Pemuda Baper, Negara Kuat

616
×

Saat Mahasiswa menjadi Pemuda Baper, Negara Kuat

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

TEGAS.CO., NUSANTARA – Menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda, saya berpesan agar para pemuda kita bersatu dan bangkit. Kita tidak boleh tercerai-berai. Meskipun berbeda, kita harus tetap satu, semangat persatuan harus kita pelihara dengan baik. Tanpa persatuan, kita tidak akan bisa, makanya harus bersatu lalu kita bangkit,” (Zainudin, Menpora RI. tirto.id, 23/10/2020)

28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda, tahun ini masih akan diperingati, walau terjadi di tengah pandemi Covid-19. Bertema bersatu dan bangkit. Tetapi, sayang kebangkitan yang diharapkan belum terwujud dalam sistem demokrasi-liberal ini. Sistem yang mengusungkan kebebasan ini, ternyata tidak benar-benar bermakna bebas. Hal ini dilihat dari memaknai hakikat merdeka belajar. Yakni rezim saat ini bebas atau merdeka mengeksplore potensi anak-anak umat untuk memuluskan kepentingan kapitalisme. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Surat Edaran Imbau Mahasiswa tak demo omnibus law.

Atas nama protokol kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan surat edaran yang mengimbau agar mahasiswa tidak ikut demonstrasi. Hal ini tertuang dalam surat edaran Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nomor 1035/E/KM/2020 perihal ‘Imbauan Pembelajaran secara Daring dan Sosialisasi UU Cipta Kerja’. Surat ini diteken oleh Dirjen Dikti Kemendikbud, Nizam pada Jumat (9/10).

Surat itu ditujukan kepada pimpinan perguruan tinggi serta ditembuskan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud Wikan Sakarinto, dan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah I-XVI. Dalam surat tersebut Nadiem menulis : “Mengimbau para mahasiswa/i untuk tidak turut serta dalam kegiatan demonstrasi/unjuk rasa/penyampaian aspirasi yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan para mahasiswa/i di masa pandemi,” (detiknews.com, 10/10/2020).

Himbauan mahasiswa agar tidak berpartisipasi dalam kegiatan penyampaian aspirasi ini dikhawatirkan bisa menjadi kluster baru penyebaran virus Covid-19. Sehingga dapat membahayakan kesehatan mahasiswa. Kegiatan seperti demonstrasi atau unjuk rasa, yang mengumpulkan kerumunan orang saat pandemi di tanah air belum mereda, dijadikan alasan penguasa untuk membungkam kritisi mahasiswa.

Pemuda baper (baca : bawa perubahan) yang sejatinya menginginkan kebaikan untuk negeri ini dalam menentang kapitalisme dan menuntut perubahan hakiki justru diberangus atau dimandulkan. Mahasiswa yang menginginkan perubahan untuk negeri, merasa terpanggil karena kebijakan omnibus law, yang dirasa tidak memihak rakyat. Omnibus law, ini adalah konsep kebijakan negara yang membuka lebar keran kerjasama masuknya bangsa asing buat “buka lapak” di negeri ini. Kebijakan ini diprediksi akan menambah dan mempersulit masyarakat. Hal ini pun dirasa akan memuluskan bangsa asing untuk semakin banyak mengeruk keuntungan. Tak heran untuk sekedar garam saja, harus impor. Maka, Apakah garam laut Indonesia ini kurang asin?

Potensi yang dimiliki mahasiswa yang bergerak dalam akademisi ini semoga membuat semua melek (terbuka matanya) dengan kondisi kekinian dari negeri ini. Dengan demikian ini bisa membuka cakrawala berpikir. Fakta sebenarnya dengan segala kenyataan yang ada. Sepatutnya akan menyadarkan generasi muda sehingga mampu berubah menjadi lebih baik. Karena generasi muda ini adalah ujung tombak suatu bangsa. Maju dan mundurnya bangsa tergantung pada generasi muda saat ini. Tugas mahasiswa saat ini adalah menjadi pemuda yang membawa perubahan. Hal ini berarti bahwa ketika akan mengubah keadaan berarti harus berbuat sesuatu. Sebagaimana yang telah Allah Swt. ingatkan dalam Al-Qur’an;

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS Ar-ra’d : 11)

Dengan demikian, hanya dengan mengubah pemikiranlah yang bisa membangkitkan negeri ini. Membuka kebobrokan sistem demokrasi yang sudah cacat dari lahir, sehingga tidak layak lagi dipertahankan. Maka ubahlah pemikiran demokrasi-liberal ini menjadi pemikiran Islam.

Maka, jadilah mahasiswa dan pemuda yang beraksi menyelamatkan negeri dan dunia. Berikut ini ada hal yang bisa dilakukan agar menjadi pemuda baper (bawa perubahan) adalah pertama, menjadi pemuda bumbata alias buka mata, buka telinga, sadar akan kondisi negeri kekinian, lalu peduli dengan hal yang ada di sekitar. Artinya tidak acuh tak acuh, atau cuek bebek. Kedua kembali kepada sistem aturan hidup yang sesuai dengan kefitrahannya manusia yaitu Islam. kenali Islam lebih dalam dan menyeluruh, dengan cara ngaji.

Sebab, hanya Islam yang mempunyai paket lengkap dan sempurna untuk melangsungkan hidup sesuai dengan yang diharapkan. Maha benar Allah yang telah berfirman dalam TQS. Al A’raf ayat 96, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatan nya.”

Ketiga, mengenali Islam secara mendalam, paham dengan apa yang telah dipelajari sehingga perlu diamalkan. Terakhir yang keempat, pemuda bawa perubahan artinya tidak lain pemuda yang harus menyebarkan kebaikan. Serta harus siap jadi agent of change, menyampaikan yang ma’ruf and mencegah kemunkaran.

So, jadilah mahasiswa baper. Mahasiswa yang membawa perubahan.

Penulis: Siti Aisah, S. Pd (Guru RA Al-Huda Jati, Subang)
Editor: H5P

error: Jangan copy kerjamu bos