TEGAS.CO., NUSANTARA – Di tengah Covid -19, ironi Ibu membunuh anak karena kelaparan dan karena stres dengan pelajaran jarak jauh adalah korban berlakukan sistem salah. Di lansir dari VIVA – ibu membunuh ketiga anak kandungnya di Nias Utara, saat itu tengah pelaksanaan Pilkada serentak 2020, ayah para korban sekaligus suami pelaku pergi ke TPS II Desa Banua Sibonua Rabu pagi sekitar 09.00 WIB, pembunuhan yang dilakukan ibu kandung terhadap 3 anaknya itu di duga stres karena kondisi ekonomi.
Pembunuhan juga terjadi seorang ibu, ibu tega membunuh anaknya karena susah belajar daring. Polres lebak Banten mengungkap motif pembunuhan anak perempuan berusia 8 tahun oleh orang tua kandungnya, warga Jakarta Pusat, Kasat reskrim polres lebak, AKP David adhi kusuma mengatakan, ibu korban melakukan penganiayaan karena putrinya sulit memahami pelajaran saat belajar daring, pelaku yang juga ibu korban mengaku menganiaya korban pada 26 Agustus lalu hingga tewas.
Beberapa kasus ini menjadi indikasi bahwa kesehatan mental para ibu banyak yang terganggu, data WHO, depresi pada ibu di negara berkembang, rata-rata 10-15 persen terjadi di masa perintal, yaitu depresi saat hamil hingga setahun setelah melahirkan, jika di rinci depresi saat hamil di alami oleh 15,6 persen ibu dan depresi setelah melahirkan melanda 9,8 persen ibu. Di Indonesia rata rata 22,4 persen ibu setelah melahirkan, artinya paling sedikit dari 10 orang yang habis melahirkan ada setidaknya 2 yang stres. Itu hanya di hitung yang stres hamil sampai melahirkan, kalau ada survei ibu depresi di sepanjang usia pernikahan pasti angkanya jauh lebih besar, karena pasti semua istri pernah mengalami depresi, entah saat usia pernikahan usia 5, 10, atau bahkan bisa lebih.
Depresi terjadi karena kaum ibu menanggung beban terkait perannya yang kompleks, karena wanita itu sebagai anak dari orang tuanya yang masih ada karena di tuntut untuk berbakti, juga seorang istri yang harus tunduk dan taat pada suami, juga sebagai ibu yang dengan tugas mengurus rumah tangga dan mengasuh serta mendidik anak, belum lagi untuk ibu yang juga mencari untuk membantu ekonomi keluarga maka menjadi bertambah beban stresnya. Batin seorang ibu menyimpan tekanan jiwa yang berat, maka tindakan membunuh atau bunuh diri adalah puncak akumulasi dari persoalan yang di rasakan si ibu.
Ada faktor spiritual yang tak boleh di abaikan dalam mencegah depresi, selain tanggung jawab individu agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt., negara juga harus menjamin penjagaan aspek spiritual warganya dengan menerapkan aturan yang berbasis keimanan, artinya agama menjadi fondasi dalam seluruh aspek kehidupan, Insya Allah dengan terpenuhinya kebutuhan spiritual daya tahan manusia terhadap ujian yang menimpa akan lebih tebal, lebih mampu menghadapi persoalan dengan pikiran positif, karena agama mengajarkan untuk selalu bebaik sangka dan melarang putus asa.
Ini hanya bisa di terapkan di dalam sistem Islam yang membentuk peradaban Islam, karena peradaban Islam adalah peradaban yang menyuburkan orang beriman untuk menghargai dan mencintai kehidupan. Karena itu peradaban Islam inilah yang Insya Allah akan menjaga rakyatnya agar sehatvmentalnya dan tidak mudah putus asa atau putus harapan. Sebab negara ikut menjaga terpenuhinya kebutuhan fisik jiwa dan spiritual.
Wallahu a’lam bishawwab
Penulis: Rani (Ibu Rumah Tangga)
Editor: H5P