Tradisi dan Kirab Buka Luwur Peringatan HUT Jepara ke 468

tegas.co, JPARA, JATENG – Tradisi Buka luwur (kain penutup nisan) Sultan Hadlirin, selalu digelar jelang puncak HUT Jepara. Hal itu juga dilakukan pada sehari sebelum Hari Jadi Kabupaten itu yang ke 468, tahun, 2017. Namun sebenarnya apa makna dibaliknya?

Tradisi dan Kirab Buka Luwur Peringatan HUT Jepara ke 468
Tradisi dan Kirab Buka Luwur Peringatan HUT Jepara ke 468
FOTO : DSW

Juru Kunci Kompleks Makam Mantingan Ali Syafi’I menjelaskan kepada tegas.co. Menurutnya tradisi tersebut telah ada semenjak ratusan tahun lalu.

“Tradisi ini diselenggarakan sejak dulu. Gunanya ada dua, satu memperbaharui luwur dan menghormati leluhur,” katanya sebelum prosesi buka luwur, Minggu (9/4/2017) sore.

Luwur yang dimaksud adalah sebuah kain berwarna hijau. Berhiaskan potongan kain warna-warni menyerupai bunga. Kain tersebut ditutupkan pada nisan, melindungi ornamen-ornamen yang berada di nisan tersebut. Selain itu menjadi penghias dan pembeda dari nisan lainnya.

“Yang lebih penting adalah mengingat jasa-jasa orang yang terdahulu. Tanpa prosesi ini, mungkin orang sekarang tak peduli akan jasa-jasa mereka,” imbuhnya.

Prosesi buka luwur sendiri, diawali dengan doa bersama. Setelahnya, Bupati didampingi oleh unsur Forkopinda melakukan penggantian kain penutup nisan.

Sementara itu, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menyatakan harapannya terkait usia Jepara yang mencapai 468 tahun. “Setiap peringatannya itu mulai kirab dalam buka luwur. Dikandung maksud kita bertawasul melalui perantara Kanjeng Sultan Hadirin, semoga di usia 468 tahun diberikan tambahan anugrah oleh Allah, semoga rakyatnya sejahtera, kompak dan maju daerahnya. Pada akhirnya tujuan kesejahteraan rakyat tercapai,”Harapnya.

DSW / HERMAN

Komentar